Analisis Puisi:
Puisi "Musik Malam" karya Gunoto Saparie menggambarkan suasana malam yang penuh dengan ketenangan yang diiringi dengan perasaan hati yang dalam.
Tema
Tema utama dalam puisi Musik Malam adalah kesunyian malam yang penuh dengan perasaan dan refleksi batin. Puisi ini juga mengangkat tema tentang perasaan pribadi yang mendalam, baik itu kesedihan maupun pencarian makna di balik kesunyian. Melalui musik malam dan bisikan kalbu, puisi ini menggambarkan bagaimana suara batin bisa mengisi ruang kosong dalam malam yang sunyi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pencarian kedamaian dan pengertian dalam kesunyian. Kalimat "Masihkah kaudengar musik malam" dan "Adakah kaudengar bisikan kalbu" menunjukkan bagaimana suara-suara dalam hati bisa menciptakan dampak emosional yang besar meskipun dalam kesunyian malam. Suara musik malam yang "menggema pelan di ruang tamu" dan "merayap ke dalam kamarmu" bisa menggambarkan perasaan yang halus, seakan-akan ada kedamaian yang datang dalam bentuk suara yang lembut, tetapi pada saat yang sama membawa perasaan sedih atau kehilangan. Kalimat "senandung duka" dan "terpantul di tembok-tembok duka" memperlihatkan betapa kesedihan bisa memenuhi ruang dan menghantui pikiran seseorang.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tengah terhanyut dalam suasana malam, di mana ruang-ruang yang sepi dipenuhi dengan suara-suara batin. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan apakah mereka bisa merasakan musik malam dan bisikan hati yang dalam. Cerita dalam puisi ini menggambarkan kesendirian yang mengundang perasaan reflektif dan introspektif, serta bagaimana seseorang bisa merasa terhubung dengan perasaan sendiri meskipun di tengah kesunyian malam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah pentingnya mendengarkan suara hati di saat-saat sunyi, terutama ketika dunia di luar tampak gelap atau penuh dengan kesedihan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang perasaan mereka, dan untuk tidak mengabaikan "musik malam" atau bisikan kalbu yang bisa membawa kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas untuk memperkuat penggambaran suasana hati. Salah satunya adalah metafora yang digunakan dalam frasa "musik malam" untuk menggambarkan perasaan yang mengalun lembut namun penuh makna. Selain itu, personifikasi terlihat dalam ungkapan "musik malam mengalun merayap," yang memberi kehidupan pada konsep musik malam. Kalimat seperti "terpantul di tembok-tembok duka" juga menunjukkan penggunaan metafora untuk menggambarkan bagaimana kesedihan dan perasaan itu menyebar dan mempengaruhi setiap bagian dari kehidupan seseorang.
Puisi "Musik Malam" karya Gunoto Saparie mengajak pembaca untuk meresapi kesunyian malam dan mendengarkan suara-suara batin yang mungkin tersembunyi di balik kesunyian tersebut.
Karya: Gunoto Saparie
Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).
Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).
Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).
Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.