Ngiau
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka aku ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga.
Sumber: Horison (Juni, 1970)
Analisis Puisi:
Puisi "Ngiau" karya Sutardji Calzoum Bachri mengangkat tema tentang ambiguitas makna dalam kehidupan, terutama dalam relasi antar manusia. Melalui simbolisme kucing dan tikus, serta gambaran gigitan antara lelaki dan perempuan, puisi ini menggali pertanyaan tentang batas antara cinta dan luka, antara kebahagiaan dan kehampaan.
Makna Tersirat
Puisi ini secara tersirat membahas ketidakpastian dalam hubungan manusia. Simbol kucing dan tikus yang saling bergigitan mencerminkan relasi kekuasaan, dominasi, dan ketidakjelasan peran dalam kehidupan. Apakah yang berkuasa selalu benar? Apakah yang lemah selalu korban? Penyair juga menyinggung keterasingan dalam peradaban modern, di mana batasan antara kesenangan dan penderitaan, dosa dan kebajikan, semakin kabur.
Baris "Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku kenal terbang." menunjukkan bahwa manusia telah memahami banyak hal tentang dunia, tetapi tetap tidak mampu memahami makna dari hubungan antar manusia yang kompleks.
Puisi ini bercerita tentang kebingungan seseorang dalam memahami makna sebuah hubungan atau interaksi manusia. Ia menggambarkan peristiwa yang tampak sederhana—seekor kucing menjinjit tikus dan sepasang manusia saling menggigit—namun di balik itu terdapat makna yang sulit ditentukan. Apakah tindakan tersebut dilandasi cinta atau kekerasan? Apakah hubungan itu penuh kebahagiaan atau justru kehampaan?
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa absurd, penuh teka-teki, dan sarat dengan perenungan mendalam. Ada nuansa kebingungan, keterasingan, dan pertanyaan eksistensial tentang hakikat manusia dan kehidupan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini ingin menyampaikan bahwa dalam kehidupan, tidak semua hal memiliki batasan yang jelas antara benar dan salah, suka dan luka, makna dan kehampaan. Manusia sering kali terjebak dalam kebingungan antara perasaan dan realitas, antara insting dan rasionalitas.
Imaji
- Imaji visual: "Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya." memberikan gambaran kuat tentang situasi pertarungan antara yang kuat dan yang lemah.
- Imaji taktil: "Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan." menciptakan sensasi fisik yang kuat, menekankan hubungan yang ambigu antara keintiman dan agresi.
- Imaji perasaan: "Aku ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna." menggambarkan kebingungan emosional yang mendalam.
Majas
- Metafora: "Gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang." menggambarkan perjalanan hidup yang penuh kesulitan dan ketidakpastian.
- Personifikasi: "Tikus yang menggelepar tengkuknya." memberikan kesan penderitaan yang hampir manusiawi pada tikus, menambah dimensi emosional.
- Paralelisme: "Yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga." menciptakan efek berulang untuk menekankan kebingungan dalam menentukan batasan antara hal-hal yang bertentangan.
Puisi "Ngiau" adalah refleksi tentang ambiguitas dalam kehidupan, khususnya dalam hubungan antar manusia. Sutardji Calzoum Bachri menggunakan simbolisme binatang dan pertanyaan retoris untuk menggambarkan ketidakpastian antara cinta dan penderitaan, antara yang benar dan yang salah. Dengan gaya absurd dan eksperimental, puisi ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan kembali pemahaman mereka tentang kehidupan, makna, dan relasi manusia.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.