Analisis Puisi:
Puisi "Ngupil" karya F. Aziz Manna adalah sebuah karya yang menantang pembaca untuk melihat ke dalam tindakan yang dianggap sepele, bahkan cenderung tabu dalam budaya tertentu—mengupil. Namun, dalam dunia puisi, tindakan sederhana tersebut bisa menjadi medium untuk menggali makna yang lebih dalam tentang kehidupan, kenangan, dan bahkan sejarah. Dalam puisi ini, F. Aziz Manna menyampaikan sesuatu yang tampaknya sepele namun penuh dengan makna tersirat.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman seorang individu yang terlibat dalam tindakan yang tampaknya sederhana—mengupil. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengamatan, tindakan ini berubah menjadi sesuatu yang lebih filosofis. Dengan imaji yang kuat dan penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk menggali sesuatu yang tersembunyi di balik aktivitas biasa.
Dalam bait pertama, penyair menggambarkan sensasi fisik dan emosi yang muncul saat “mengupil,” menyamakan tindakan itu dengan pekerjaan seorang arkeolog atau sejarawan yang menggali masa lalu atau menelusuri sejarah. Penyair bahkan menggambarkan kondisi yang penuh dengan “debu dan angin” serta dinding berlendir dan licin, yang menggambarkan bahwa pekerjaan tersebut penuh dengan tantangan dan rintangan, baik fisik maupun mental.
Tema: Menggali dan Menyentuh Sejarah yang Tersembunyi
Tema utama puisi ini adalah “menggali”—baik dalam konteks fisik (mengupil) maupun dalam konteks simbolik, yaitu menggali kenangan, sejarah, dan waktu yang telah berlalu. Penyair memanfaatkan tindakan mengupil sebagai metafora untuk menggali lapisan-lapisan kehidupan, mencari makna dalam bagian yang tersembunyi atau tak terungkap.
Tindakan yang awalnya tampak remeh ini, ternyata memiliki korelasi dengan pencarian makna lebih dalam dalam kehidupan. Dalam penggalian tersebut, kita menemukan kenangan dan jejak sejarah yang selama ini terabaikan. Ini mengundang pembaca untuk merenung tentang betapa banyak hal yang tersembunyi dalam keseharian kita, dan betapa banyak waktu dan peristiwa yang tergerus dan terlupakan.
Makna Tersirat: Kehidupan yang Dipenuhi Lapisan dan Kenangan
Makna tersirat dalam puisi ini berhubungan dengan bagaimana kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan yang tak tampak—seperti debu yang menimbun dan membentuk celah. Lapisan-lapisan tersebut bisa berupa kenangan, sejarah, atau bahkan bagian dari diri kita yang sering kali kita abaikan atau anggap remeh. Proses menggali yang dilakukan oleh si narator bukan hanya soal mencari “yang hilang,” tetapi juga merupakan cara untuk memahami waktu yang tergerus dan bagaimana kita sering kali tidak menyadari jejak yang tertinggal.
Bagian yang sangat kuat dalam puisi ini adalah kalimat:
"biji-biji waktu, tergerus, mulus?"
Di sini, waktu diibaratkan sebagai biji-biji yang perlahan tergerus oleh aktivitas sehari-hari. Hal ini menunjukkan betapa banyak peristiwa kecil yang kita anggap sepele, namun pada akhirnya membentuk kita dan sejarah hidup kita.
Suasana dalam Puisi: Penuh Kegelapan dan Misteri
Suasana dalam puisi ini cukup gelap dan penuh misteri. Penggambaran tentang “dinding berlendir” dan “debu” memberikan kesan bahwa proses ini adalah sesuatu yang penuh dengan kekotoran, sesuatu yang tak bisa langsung dilihat atau dijangkau dengan mudah. Debu yang menimbun dan membentuk celah adalah gambaran tentang proses pembersihan atau penggalian yang terkadang harus melewati kotoran dan hal-hal yang tak diinginkan.
Namun, dalam kegelapan ini, ada kemungkinan untuk menemukan sesuatu yang tersembunyi—sesuatu yang berharga dan penting. Seperti sejarawan yang mengamati jejak-jejak masa lalu, narator dalam puisi ini juga berusaha untuk memahami bagaimana waktu bekerja dan bagaimana kenangan atau peristiwa lama masih mempengaruhi kita hingga saat ini.
Imaji: Kotoran, Debu, dan Ruang Tersembunyi
Puisi ini penuh dengan imaji yang kuat yang menghubungkan aktivitas sehari-hari dengan simbolisme yang lebih dalam. Beberapa imaji tersebut termasuk:
- "Debu dan angin": mengingatkan kita pada sesuatu yang tidak terhindarkan dalam hidup—seperti waktu dan peristiwa yang terus bergerak meskipun kita tak menyadarinya.
- "Dinding-dinding berlendir dan licin": menggambarkan ketidakpastian dan kesulitan dalam menggali atau mencari makna yang tersembunyi.
- "Biji-biji waktu, tergerus, mulus?": menunjukkan bagaimana waktu mengikis dan menggerus ingatan dan pengalaman kita, menjadikannya hal yang mulus, sulit untuk ditangkap kembali.
Majas: Metafora dan Simbolisme dalam Menggali Kehidupan
Majas yang digunakan dalam puisi ini adalah metafora dan simbolisme yang menyelubungi aktivitas mengupil. Penyair menggunakan metafora arkeolog untuk menggambarkan pekerjaan yang penuh gairah dan godaan dalam menggali kenangan atau sejarah, sekaligus memberikan konotasi bahwa yang ditemukan bisa jadi sesuatu yang tak terduga atau bahkan berbahaya. Ini menciptakan sensasi adrenalin yang dihadapi dalam setiap pencarian makna.
- "Cakar kekar, singkal dempal": metafora ini memberi gambaran tentang proses yang tidak mudah dalam menggali—bahwa ada bagian-bagian kehidupan yang perlu dipaksa keluar atau dibuka.
- "Ekor merahnya": ini bisa menjadi simbol dari sesuatu yang berbahaya atau menakutkan, yang terungkap melalui usaha menggali kenangan atau sejarah yang terlupakan.
Amanat: Pencarian Makna dalam Kehidupan yang Terlupakan
Amanat atau pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah tentang pentingnya menggali dan memahami masa lalu—baik itu dalam kehidupan pribadi maupun dalam konteks yang lebih luas, seperti sejarah atau kenangan kolektif. Pencarian yang dilakukan mungkin penuh dengan kekotoran, rasa takut, dan kesulitan, tetapi itu adalah bagian dari proses pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita dan bagaimana kita terhubung dengan waktu dan dunia di sekitar kita.
Penyair seolah ingin mengingatkan kita bahwa setiap bagian kehidupan, bahkan yang paling sepele, memiliki cerita dan makna tersendiri yang perlu kita gali, meski sering kali kita terhalang oleh debu dan kekotoran yang menutupinya.
Puisi "Ngupil" karya F. Aziz Manna mengajak kita untuk melihat lebih jauh daripada sekadar apa yang tampak di permukaan. Menggali, membersihkan, dan menyelami adalah cara kita untuk mengerti lebih dalam tentang waktu, kenangan, dan bagaimana kita menghadapinya. Dalam kesederhanaan tindakan, tersembunyi makna besar yang tak terlihat oleh mata biasa.
Puisi: Ngupil
Karya: F. Aziz Manna
Karya: F. Aziz Manna
Biodata F. Aziz Manna:
- F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.