Analisis Puisi:
Puisi "Penantian" karya Juniarso Ridwan adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan yang mendalam tentang waktu, penantian, dan kerentaan.
Tema
Tema utama dalam puisi Penantian adalah kerentaan dan kesendirian yang datang seiring bertambahnya usia. Puisi ini menggambarkan sebuah proses perjalanan hidup, terutama pada saat-saat yang terasa sunyi dan penuh penantian. Perasaan sepi, kehilangan, dan ketidakpastian juga menjadi bagian yang kuat dalam tema puisi ini.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini mencerminkan kesadaran tentang berlalunya waktu yang tak dapat dihentikan. Kalimat "mengisyaratkan kerentaan hari, yang tergusur lokomotif usia" menggambarkan bagaimana waktu yang terus bergerak membuat seseorang merasa semakin tua dan semakin jauh dari masa muda. Puisi ini juga menunjukkan keterasingan diri, di mana "kau semakin tak mengenal sosok sendiri" mencerminkan perasaan kebingungan atau kehilangan jati diri. Keraguan diri ini diperparah dengan ketidaksenangan terhadap kenyataan, seperti ketika cermin menjadi musuh. Di sisi lain, suara atau perasaan yang datang dari hal-hal kecil seperti "dengung nyamuk" menjadi hal yang terasa akrab, menandakan kesendirian yang penuh dengan kebosanan.
Penuh dengan rasa sepi dan penantian, puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengalami proses penuaan dan perasaan kesendirian. Keadaan tubuh dan jiwa yang semakin rapuh menjadi pusat perhatian, dengan penantian yang seolah tak berujung. Penyair menggambarkan ruang kosong, suara yang mengganggu, dan perasaan terisolasi yang datang dengan berlalunya waktu. Lirik seperti "lorong-lorong panjang menyimpan detak sepatu" dan "tirai mendesir" menciptakan gambaran tentang kesendirian yang terperangkap dalam waktu yang terus bergerak.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Meskipun puisi ini cenderung menggambarkan kesedihan dan kesepian, ada pesan yang tersirat tentang pentingnya mengenali dan menghadapi kenyataan hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan siklus hidup yang tak bisa dihentikan, serta penerimaan terhadap perubahan yang datang dengan bertambahnya usia. Dalam hal ini, "igauanmu yang jernih tetap akan kucatat sebagai puisi yang tak terselesaikan" menggambarkan bahwa meskipun ada ketidaksempurnaan dalam hidup, ada hal-hal yang tetap dicatat sebagai bagian dari perjalanan.
Majas
Puisi ini juga menggunakan beberapa majas yang memperkuat pesan yang disampaikan. Misalnya, personifikasi terlihat pada "cermin pun menjadi musuh" yang menggambarkan rasa tidak nyaman terhadap kenyataan diri. Selain itu, metafora "seperti balon udara pecah di langit-langit temaram" memperlihatkan bagaimana harapan atau kenangan yang ada sering kali terasa rapuh, pecah, atau hilang begitu saja dalam kegelapan waktu.
Puisi "Penantian" karya Juniarso Ridwan menggambarkan perjalanan hidup yang dipenuhi penantian, kesendirian, dan perasaan kerentaan. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan siklus waktu dan bagaimana kita menghadapi perubahan dalam diri seiring bertambahnya usia.
Puisi: Penantian
Karya: Juniarso Ridwan
Biodata Juniarso Ridwan:
- Juniarso Ridwan lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 10 Juni 1955.
