Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perjalanan Senja ke Jakarta (Karya Joss Sarhadi)

Puisi "Perjalanan Senja ke Jakarta" karya Joss Sarhadi bercerita tentang perjalanan menggunakan kereta api di waktu senja menuju Jakarta.
Perjalanan Senja ke Jakarta

kucak-kacik
kucak-kacik. Kereta senja
diam
diam
tak langit
tak bumi. Benturan besi
kucak-kacik
kucak-kacik. Jaga kantuk
kucak-kacik
kucak-kacik. Menembus pekat
segala lewat
kucak-kacik
kucak-kacik. Sejuta kunang-kunang
sejuta kematian
diam
diam
dari kota ke kota
dari desa ke desa. Kereta saga dengan mata pejam
kucak-kacik
kucak-kacik. Tak punya henti
kucak-kacik
kucak-kacik. Melanda gambir
bios
pejompongan. Lantas selinap
dalam got taman. Monumen Laki

1976

Sumber: Horison (Februari, 1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Perjalanan Senja ke Jakarta" karya Joss Sarhadi menggambarkan sebuah perjalanan menaiki kereta api yang penuh ritme dan suara. Dengan gaya repetitif dan suasana yang kelam, puisi ini tidak hanya mengisahkan perjalanan fisik, tetapi juga membawa makna yang lebih dalam mengenai kehidupan, pergerakan waktu, dan nasib manusia dalam perjalanan menuju tujuan mereka.

Tema Puisi

Puisi ini mengangkat tema tentang perjalanan, waktu, dan kehidupan. Kereta senja yang digambarkan dalam puisi ini bukan sekadar moda transportasi, tetapi juga simbol perjalanan manusia yang terus bergerak tanpa henti dari satu titik ke titik lain.

Selain itu, puisi ini juga mencerminkan tema ketidakpastian dan keterasingan, di mana perjalanan terasa seperti rutinitas yang tak memiliki batas yang jelas antara langit dan bumi, antara desa dan kota.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai refleksi tentang perjalanan hidup yang terus berjalan, tanpa ada kepastian tentang apa yang akan terjadi di ujung perjalanan. Repetisi kata kucak-kacik menggambarkan ritme monoton perjalanan, yang bisa diartikan sebagai representasi dari siklus kehidupan manusia yang terus berulang.

Selain itu, frasa sejuta kunang-kunang, sejuta kematian membawa makna simbolis yang cukup mendalam. Kunang-kunang sering diasosiasikan dengan cahaya kecil dalam kegelapan, mungkin melambangkan harapan atau kehidupan yang singkat. Sementara itu, sejuta kematian bisa merujuk pada berbagai nasib dan tragedi yang terjadi dalam perjalanan, baik secara fisik maupun metaforis.

Gambaran perjalanan menuju Jakarta juga bisa diartikan sebagai perjalanan menuju pusat kehidupan yang lebih keras, penuh hiruk-pikuk, dan mungkin juga membawa tantangan yang lebih besar.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan menggunakan kereta api di waktu senja menuju Jakarta. Kereta yang terus bergerak dengan bunyi khasnya (kucak-kacik, kucak-kacik) menciptakan ritme yang mencerminkan suasana perjalanan yang panjang dan mungkin melelahkan.

Sepanjang perjalanan, si penyair atau tokoh dalam puisi ini mengalami berbagai refleksi, mulai dari melihat kehidupan di luar jendela hingga merasakan kesunyian di tengah hiruk-pikuk perjalanan. Kota-kota dan desa-desa dilewati, menunjukkan bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang transisi kehidupan dari satu tahap ke tahap lainnya.

Bagian akhir puisi menyebutkan beberapa tempat di Jakarta seperti Gambir, Pejompongan, dan Monumen Laki, yang menunjukkan bahwa perjalanan ini bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam tentang perubahan dan adaptasi di tempat baru.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, monoton, dan penuh dengan refleksi. Dengan repetisi bunyi kucak-kacik, puisi ini menciptakan kesan perjalanan panjang yang melelahkan, di mana waktu dan ruang seakan bercampur menjadi satu.

Kesunyian juga terasa dalam beberapa bagian, seperti pada kata diam, diam, yang menegaskan adanya kekosongan atau keterasingan di tengah perjalanan.

Amanat/Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa perjalanan hidup adalah sesuatu yang terus bergerak tanpa henti, seperti kereta yang melaju dari satu kota ke kota lain. Tidak ada yang bisa menghindari perjalanan ini, dan setiap orang akan melewati berbagai perubahan, tantangan, serta refleksi dalam hidupnya.

Puisi ini juga mengingatkan kita bahwa perjalanan bukan hanya soal mencapai tujuan akhir, tetapi juga tentang bagaimana kita mengalami proses tersebut. Setiap perhentian, setiap suara, dan setiap cahaya kecil dalam kegelapan memiliki makna tersendiri dalam kehidupan.

Imaji dalam Puisi

Puisi ini kaya akan imaji yang menggambarkan suasana perjalanan, di antaranya:
  • Kucak-kacik, kucak-kacik. Kereta senja → Imaji auditori yang menggambarkan suara khas kereta yang terus bergerak.
  • Tak langit, tak bumi → Imaji visual yang memberikan kesan keterasingan, di mana perjalanan terasa seperti berada di antara dua dunia.
  • Sejuta kunang-kunang, sejuta kematian → Imaji kontras antara kehidupan dan kematian, antara cahaya kecil harapan dan nasib tragis.
  • Kereta saga dengan mata pejam → Imaji yang menggambarkan perjalanan seperti sesuatu yang dijalani secara otomatis, tanpa kesadaran penuh.

Majas dalam Puisi

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat efek puitisnya:
  • Repetisi: Kucak-kacik, kucak-kacik diulang beberapa kali untuk menciptakan efek ritmis dan menggambarkan monoton perjalanan.
  • Metafora: Sejuta kunang-kunang, sejuta kematian menggambarkan kehidupan dan kematian dalam satu gambaran yang kontras.
  • Personifikasi: Kereta saga dengan mata pejam menggambarkan kereta seolah memiliki kesadaran sendiri, tetapi tetap bergerak tanpa melihat.
  • Hiperbola: Tak langit, tak bumi yang memberikan kesan perjalanan yang tidak memiliki batas atau kepastian.
Puisi "Perjalanan Senja ke Jakarta" karya Joss Sarhadi adalah sebuah refleksi tentang perjalanan fisik sekaligus perjalanan hidup. Dengan gaya repetitif yang mencerminkan bunyi dan ritme perjalanan kereta, puisi ini menggambarkan pengalaman perjalanan yang penuh keterasingan, refleksi, dan mungkin juga kelelahan.

Melalui berbagai imaji dan majas yang digunakan, puisi ini tidak hanya menggambarkan perjalanan menuju Jakarta secara fisik, tetapi juga perjalanan batin manusia yang terus bergerak tanpa henti dalam hidupnya. Pesan utama yang dapat dipetik adalah bahwa perjalanan bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita mengalami dan memahami setiap momen di sepanjang perjalanan tersebut.

Joss Sarhadi
Puisi: Perjalanan Senja ke Jakarta
Karya: Joss Sarhadi

Biodata Joss Sarhadi:
Nama lengkapnya adalah Joseph Suminto Sarhadi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.