Siapakah?
Siapakah yang bisa berpesta dengan tenang
dan tertawa penuh kesungguhan
sedang seorang perempuan tua yang hampir telanjang
duduk di atas jembatan
tua. Menadahkan tangan ia
di antara lalulintas kendaraan dan kesibukan
Ataukah memang ada yang mengajarkan
mesti melupakan ibu bapa kita
saudara-saudara kita. Melupakan kebenaran sejarah
sehingga orang dengan gampang bisa melupakan
persoalan yang sesungguhnya
Ataukah ia hanya sebuah noktah pada luasan cakrawala
Marx. Adakah seorang suami yang setia menciumi isterinya
tanpa merasakan sesuatu. Di balik gedung-gedung dan hirukpikuk
mereka berpeluk tanpa tahu malam dan siang
Ataukah kita kerbau yang tak membutuhkan kandang?
Barangkali terlalu kecil kesedihan ini
Tidak membutuhkan pengertian dibanding kerepotan kuli-kuli
yang mengangkuti peti-peti, dan para arsitek yang sibuk memancangkan
pencakar-pencakar langit. Barangkali?
Padahal sejak kebesaran Yunani, Tiongkok dan India
bangga menepuk dadanya, perempuan tua itu telah duduk di sana
sampai hari ini dan kapan saja (?)
melewati kepongahan Jermania, Jepang
Amerika dan Russia. Harus diakui
dunia selamanya angkuh!
Barangkali juga ini suatu pengakuan — ataukah putusasa?
Tak ada satu pun sistim yang dapat menolong dia
nenek manusia bersama debu yang dilupa
Tak ada? — Wahai, waktu kumusuhi tiba-tiba!
Betapapun biarkanlah aku kembali bertanya
Begitu mudahkah engkau bisa menganggap ia
tak ada?
Sumber: Horison (Desember, 1966)
Analisis Puisi:
Puisi "Siapakah?" karya Arifin C. Noer mengangkat tema ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Penyair menggambarkan penderitaan kaum miskin yang terpinggirkan di tengah kehidupan kota yang sibuk dan penuh kemewahan.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini mengkritik sikap manusia yang acuh tak acuh terhadap penderitaan sesama. Sosok perempuan tua yang duduk di jembatan melambangkan kaum tertindas yang terus diabaikan dari zaman ke zaman. Penyair juga mempertanyakan apakah sistem sosial dan ekonomi yang ada benar-benar dapat memberikan keadilan bagi semua orang atau justru semakin mempertajam kesenjangan.
Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan tua yang hampir telanjang, duduk menadahkan tangan di tengah hiruk-pikuk kota. Ia menjadi simbol ketidakadilan yang terus berulang sepanjang sejarah peradaban manusia. Di tengah kemajuan bangsa-bangsa besar seperti Yunani, Tiongkok, Jepang, dan Amerika, kaum miskin tetap dibiarkan menderita. Penyair mempertanyakan apakah dunia memang selalu angkuh dan apakah manusia begitu mudah melupakan penderitaan orang lain.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa masyarakat tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan kaum lemah. Kemajuan peradaban tidak boleh hanya diukur dari bangunan pencakar langit dan perkembangan teknologi, tetapi juga dari bagaimana manusia memperlakukan sesamanya. Penyair mengajak pembaca untuk mempertanyakan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan modern.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – Perempuan tua di jembatan mewakili kaum miskin dan tertindas yang terus diabaikan.
- Personifikasi – Dunia digambarkan sebagai entitas yang "angkuh," seolah memiliki sifat manusia.
- Retorika – Puisi ini penuh dengan pertanyaan-pertanyaan retoris yang menggugah pemikiran pembaca.
- Hiperbola – Penggambaran bagaimana perempuan tua itu telah duduk sejak zaman Yunani hingga saat ini menunjukkan betapa lama ketidakadilan sosial berlangsung.
Puisi "Siapakah?" adalah refleksi tajam tentang ketidakadilan sosial yang terus berulang dalam sejarah manusia. Penyair mengajak kita untuk tidak menjadi apatis dan mulai mempertanyakan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang sering terabaikan dalam kesibukan dunia modern.
Karya: Arifin C. Noer
Biodata Arifin C. Noer:
- Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
- Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
- Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.