Ada
Ada danau dalam hidup kita
sumbernya terhimpun dari keringat pengalaman
Ada laut dalam jiwa kita
ombaknya kristal kata-kata
yang meledakkan sunyi
Ada sumur dalam diri kita
langkahnya detak dalam jantung
jejaknya dalam angin, kemanakah
akan sampainya
Ada hidup dalam daging kita
yang melahirkan gerak dan jemu
maka ada diam
tempat mematikan jejak
Ada dendam dalam jiwa kita
meronta dalam pelbagai penipuan
dan tirani penghisapan
Terakhir, sayangku
ada puisi tersisa dalam jiwaku
lahir dalam ujud bisikan-
bisikan
Sumber: Doa Sebatang Lilin (1980)
Analisis Puisi:
Puisi "Ada" karya Pesu Aftarudin menawarkan refleksi mendalam tentang eksistensi manusia, menggambarkan berbagai elemen kehidupan yang ada dalam diri manusia melalui metafora alam. Dengan menggunakan gambaran seperti danau, laut, sumur, dan hidup itu sendiri, penyair berhasil menyampaikan ide tentang kehidupan yang penuh dengan kompleksitas, dari pengalaman hingga perasaan yang mendalam. Dalam puisi ini, segala sesuatu yang ada dalam diri manusia disingkapkan sebagai bagian dari perjalanan batin yang terus menerus mencari makna.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah keberadaan dan perjalanan batin manusia. Penyair menggambarkan berbagai elemen kehidupan yang ada dalam diri manusia, mulai dari pengalaman, perasaan, hingga penyesalan dan dendam. Setiap metafora yang digunakan—dari danau, laut, hingga sumur—berfungsi untuk menggambarkan kedalaman jiwa manusia dan bagaimana perasaan serta pengalaman membentuk perjalanan hidup.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini mencakup proses pencarian makna hidup dan perenungan batin. Setiap elemen alam yang disebutkan dalam puisi, seperti danau, laut, sumur, dan hidup, menyiratkan kedalaman dan kompleksitas dari kehidupan itu sendiri. Dalam konteks ini, penyair tidak hanya berbicara tentang aspek fisik dari elemen-elemen tersebut, tetapi juga tentang dimensi batin yang tersirat dalam setiap pengalaman dan perasaan yang dijalani manusia. Makna tersirat ini menyoroti bagaimana manusia sering kali merasakan beban dalam hidup, termasuk dendam dan jemu, yang mengarah pada pencarian makna yang lebih dalam, dan akhirnya menemukan keberadaan puisi itu sendiri sebagai bentuk ekspresi terakhir.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin manusia yang melibatkan perasaan, pengalaman, dan pencarian makna hidup. Penyair menggambarkan berbagai aspek kehidupan yang ada dalam diri kita, yang membentuk siapa kita sebenarnya. Setiap elemen—danau, laut, sumur, hidup, dan dendam—adalah metafora untuk menggambarkan berbagai keadaan batin yang kita alami. Puisi ini menggambarkan ketegangan batin antara hidup dan mati, gerak dan diam, serta cinta dan dendam, yang pada akhirnya mengarah pada penemuan puisi sebagai bentuk ekspresi jiwa yang terpendam.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah melankolis dan penuh perenungan. Dengan penggunaan metafora alam yang mendalam, seperti "danau," "laut," dan "sumur," puisi ini menggambarkan kesendirian dan pencarian makna dalam hidup. Ada ketegangan batin yang muncul dari perasaan jemu dan dendam, namun juga ada harapan dan pencarian arti yang lebih dalam. Keberadaan "puisi tersisa dalam jiwaku" menggambarkan adanya kebutuhan mendalam untuk mengekspresikan perasaan yang tidak terucapkan dan menemukan bentuknya dalam kata-kata yang tertulis.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya pencarian makna dalam hidup dan bagaimana berbagai perasaan serta pengalaman membentuk perjalanan batin manusia. Puisi ini menyampaikan bahwa meskipun kita menghadapi perasaan yang kompleks seperti dendam, jemu, dan keinginan untuk menghentikan jejak, pada akhirnya, ada kebutuhan untuk mengekspresikan diri dan menemukan kedamaian melalui kata-kata dan puisi itu sendiri.
Imaji
Puisi ini menggunakan imaji yang sangat kuat dan menggugah pembaca untuk merasakan kedalaman makna di balik setiap elemen alam yang disebutkan. Imaji yang tercipta mencakup:
- Danau dalam hidup kita yang menggambarkan kedalaman pengalaman hidup.
- Laut dalam jiwa kita, dengan ombak kristal kata-kata yang menggambarkan pergulatan batin yang meledakkan keheningan.
- Sumur dalam diri kita, yang melambangkan jejak langkah dan ketidakpastian yang harus ditempuh.
- Hidup dalam daging kita, yang melahirkan gerak dan jemu, menciptakan ketegangan antara gerak dan diam.
Majas
Dalam puisi ini, penyair menggunakan beberapa majas untuk memperkuat pesan dan makna yang ingin disampaikan:
- Metafora: Setiap elemen alam, seperti "danau," "laut," dan "sumur," digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kondisi batin manusia yang penuh dengan kompleksitas dan kedalaman.
- Personifikasi: Dalam kalimat "ombaknya kristal kata-kata yang meledakkan sunyi," ombak diberikan sifat manusiawi, menggambarkan bagaimana kata-kata dapat membangkitkan perasaan yang mendalam.
Puisi "Ada" karya Pesu Aftarudin adalah sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan dan perjalanan batin manusia. Dengan menggunakan metafora alam yang kaya, penyair menggambarkan berbagai lapisan perasaan yang ada dalam diri kita, dari pengalaman hidup, dendam, hingga pencarian makna yang lebih dalam melalui puisi itu sendiri. Tema kehidupan, perasaan, dan pencarian makna diekspresikan dengan sangat indah, mengajak pembaca untuk merenung dan menemukan arti dalam setiap elemen kehidupan yang ada. Puisi ini mengingatkan kita bahwa di dalam setiap perasaan yang terpendam, ada sebuah puisi yang menunggu untuk ditemukan.
Puisi: Ada
Karya: Pesu Aftarudin
Biodata Pesu Aftarudin:
- Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
- Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.