Antara Kebenaran dan Kekuasaan
Kebenaran itu keras
Tapi kekuasaan punya pasukan
Berseragam, berdasi, bersandi
Siapa yang menang? Siapa yang mati?
27 Mei 2025
Analisis Puisi:
Puisi “Antara Kebenaran dan Kekuasaan” karya Fitri Wahyuni menyajikan gambaran singkat namun mendalam mengenai konflik laten antara suara kebenaran dan kekuatan politik yang memegang kendali. Dalam satu bait yang padat, penyair mengangkat isu serius tentang bagaimana realitas politik dapat mencederai idealisme demi mempertahankan status quo. Puisi ini menjadi cermin tajam dari kenyataan yang seringkali diabaikan: bahwa kebenaran tidak selalu menjadi pemenang dalam gelanggang kekuasaan.
Tema
Puisi ini mengangkat tema utama tentang pertentangan antara kebenaran dan kekuasaan. Ia mengeksplorasi bagaimana kekuatan politik dan otoritas institusional kerap membungkam kebenaran, atau bahkan memusnahkannya, demi melindungi kepentingan dan kekuasaan yang telah terbangun.
Puisi ini bercerita tentang sebuah konflik antara kebenaran yang bersifat tegas dan kekuasaan yang memiliki alat-alat untuk mengatur narasi. Diperlihatkan bahwa meskipun kebenaran itu “keras” — dalam arti tidak bisa disangkal, tidak bisa dibengkokkan — kekuasaan memiliki “pasukan”, yaitu kekuatan sistemik yang mampu menekan, membungkam, atau mengeliminasi siapa pun yang memperjuangkan kebenaran itu. Puisi ini adalah refleksi pahit atas ketidakadilan yang sering terjadi dalam sistem kekuasaan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa di dunia nyata, kemenangan tidak selalu berpihak pada kebenaran, melainkan sering kali kepada pihak yang memiliki alat, pengaruh, dan kekuatan. Kebenaran bisa dikalahkan oleh kekuasaan jika tidak ada yang menjaganya. Penyair seolah mengajak pembaca merenungkan: siapa yang benar-benar menang dalam masyarakat kita — mereka yang menjunjung nilai moral dan kejujuran, atau mereka yang menguasai aparat dan kekuatan?
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat ditarik dari puisi ini adalah pentingnya memperjuangkan kebenaran meski dihadapkan pada kekuasaan yang menindas. Puisi ini juga memberi peringatan bahwa masyarakat perlu mewaspadai bentuk-bentuk penindasan yang dibungkus dalam formalitas — entah itu berseragam, berdasi, atau berbicara dengan kode (sandi). Semua itu adalah simbol bagaimana kekuasaan bisa tampil rapi namun menyimpan ancaman terhadap kebenaran.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat dan lugas, seperti:
- “Kebenaran itu keras” – menyiratkan bentuk kebenaran yang tegas, tidak kenal kompromi.
- “Berseragam, berdasi, bersandi” – membentuk visual yang menggambarkan simbol kekuasaan formal, mulai dari militer (berseragam), birokrasi atau elite politik (berdasi), hingga agen-agen rahasia atau jaringan tersembunyi (bersandi).
- Pertanyaan retoris “Siapa yang menang? Siapa yang mati?” menjadi imaji paling mengerikan, menempatkan nasib orang-orang yang memperjuangkan kebenaran dalam bayang-bayang kekalahan dan kematian.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Kebenaran itu keras” tidak hanya bermakna literal, tapi sebagai metafora dari kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar, meskipun realitas politik bisa mengaburkannya.
- Personifikasi: Kekuasaan digambarkan seolah memiliki “pasukan” yang konkret, menunjukkan kekuasaan sebagai sosok hidup yang mengorganisir kekuatan untuk menekan.
- Repetisi bunyi dan paralelisme: Frasa “Berseragam, berdasi, bersandi” menciptakan ritme yang kuat dan menambah tekanan pada kesan sistemik dan terstruktur dari kekuasaan yang menindas.
- Pertanyaan retoris: “Siapa yang menang? Siapa yang mati?” bukan untuk dijawab secara literal, tapi untuk menggugah batin pembaca terhadap ketimpangan dan risiko menjadi pihak yang memperjuangkan nilai luhur di tengah dunia yang dikendalikan kekuasaan.
Puisi “Antara Kebenaran dan Kekuasaan” karya Fitri Wahyuni adalah karya yang singkat namun padat dengan kritik tajam terhadap wajah politik yang manipulatif dan represif. Dengan mengusung tema konflik antara idealisme dan realitas kekuasaan, puisi ini bercerita tentang perlawanan diam-diam dari kebenaran terhadap struktur kekuasaan yang mengintimidasi.
Melalui makna tersirat yang penuh kegelisahan, imaji yang tegas, dan majas yang efektif, penyair tidak hanya menyampaikan realitas yang menyakitkan, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan posisi mereka di antara kebenaran dan kekuasaan.
Sebuah karya yang layak dibaca ulang — bukan hanya untuk keindahan bahasanya, tetapi juga untuk menggugah kesadaran dan keberanian moral dalam menghadapi ketidakadilan.
Karya: Fitri Wahyuni
Biodata Fitri Wahyuni:
- Fitri Wahyuni saat ini aktif sebagai mahasiswa, Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Andalas.