Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bukit-Bukit (Karya Pesu Aftarudin)

Puisi "Bukit-Bukit" karya Pesu Aftarudin bercerita tentang keheningan alam yang menjadi tempat bersembunyi bagi kegelisahan dan rahasia.
Bukit-Bukit

Bukit-bukit
Kembali menemukan diamnya
Dan semua gelisah
Kembali tumpah ke laut kini.
Pucuk-pucuk meletakkan senyapnya
di puncak
        hanya beribu rahasia
meledakkan jemunya
ke dalam baris puisi-
puisi.

Sumber: Horison (September, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Bukit-Bukit" karya Pesu Aftarudin adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran tentang kesunyian alam yang penuh dengan makna tersembunyi. Dalam puisi ini, penyair menyajikan keheningan yang terasa mencekam sekaligus menenangkan, mengajak pembaca untuk meresapi kedalaman emosi yang tersembunyi di balik keheningan alam dan kehidupan manusia.

Tema

Tema utama dalam puisi "Bukit-Bukit" adalah keheningan dan keresahan yang terpendam. Penyair menggambarkan bukit-bukit sebagai tempat di mana segala kegelisahan dan rahasia kehidupan yang tersembunyi kembali menemukan kediamannya. Bukit-bukit yang seolah-olah menjadi saksi bisu bagi semua yang terjadi, menyimpan beribu rahasia yang tak terucapkan.

Puisi ini bercerita tentang keheningan alam yang menjadi tempat bersembunyi bagi kegelisahan dan rahasia. Bukit-bukit di sini menjadi simbol dari sebuah tempat yang penuh dengan ketenangan, tetapi juga menyimpan ketidakpastian dan rahasia yang terdalam. Penyair mencatat bagaimana keheningan alam—yang digambarkan sebagai diamnya bukit-bukit—menjadi wadah bagi semua keresahan yang kemudian “tumpah” ke laut. Laut, dalam hal ini, menjadi simbol dari pelepasan atau pencurahan perasaan yang terpendam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah proses pelepasan atau pembebasan dari beban batin yang selama ini terkumpul. Bukit yang diam mencerminkan tempat penyimpanan rasa atau keresahan, sementara laut yang menerima tumpahan perasaan menggambarkan tempat di mana segala emosi dan kegelisahan bisa disalurkan. Puisi ini juga menunjukkan bahwa kadang-kadang, dalam keheningan yang tampaknya tak tergerakkan, tersimpan banyak perasaan dan rahasia yang hanya bisa dikeluarkan dalam bentuk tulisan atau puisi.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa tenang namun penuh dengan ketegangan yang tersembunyi. Keheningan bukit-bukit yang digambarkan dalam puisi ini memberikan kesan damai, tetapi juga membangkitkan perasaan kesendirian atau pengasingan. Laut yang menerima tumpahan kegelisahan memberikan gambaran perasaan yang tidak terungkapkan, seolah-olah ada sesuatu yang bergejolak di balik ketenangan itu.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa keheningan sering kali menyimpan banyak hal yang tidak terlihat atau tidak terdengar, dan terkadang kita harus belajar untuk melepaskan segala perasaan atau keresahan yang terpendam. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa di balik ketenangan, ada kehidupan emosional yang penuh dengan rahasia yang hanya bisa diungkapkan melalui cara-cara tertentu, seperti puisi.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang menggambarkan alam dengan cara yang puitis:
  • “Pucuk-pucuk meletakkan senyapnya di puncak” memberikan gambaran tentang ketenangan yang ada di puncak bukit, menyiratkan kesunyian yang dalam.
  • “Hanya beribu rahasia meledakkan jemunya ke dalam baris puisi-puisi” adalah imaji yang menggambarkan bagaimana rahasia yang terpendam di dalam keheningan akhirnya meledak dan terungkap melalui kata-kata puisi.
Imaji-imaji ini membangkitkan perasaan tenang namun misterius, mengundang pembaca untuk meresapi makna yang tersembunyi di balik setiap kalimatnya.

Majas

Puisi ini juga mengandung majas yang memperkuat pesan dan suasana yang ingin disampaikan:
  • Metafora: “Bukit-bukit kembali menemukan diamnya” adalah metafora yang menggambarkan keadaan keheningan yang tidak berubah, di mana segala perasaan dan kegelisahan bersemayam.
  • Personifikasi: “Pucuk-pucuk meletakkan senyapnya di puncak” adalah personifikasi yang memberikan sifat manusiawi pada pucuk-pucuk pohon yang seolah-olah bisa merasakan dan meletakkan keheningan.
  • Hiperbola: “beribu rahasia meledakkan jemunya” menggunakan hiperbola untuk menggambarkan betapa banyaknya rahasia yang tersembunyi dalam keheningan dan akhirnya “meledak” dalam bentuk puisi.
Puisi "Bukit-Bukit" karya Pesu Aftarudin menyajikan sebuah perjalanan emosional yang menggambarkan bagaimana keheningan alam bisa menjadi wadah bagi segala keresahan dan rahasia. Dengan tema tentang keheningan yang menyimpan banyak makna, makna tersirat tentang proses pelepasan perasaan yang terpendam, dan imaji serta majas yang memperkaya teks puisi ini, penyair berhasil menyampaikan pesan bahwa dalam diam, terkadang terdapat dunia yang lebih besar dari apa yang terlihat. Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang bagaimana kita sering kali mengabaikan perasaan yang terkumpul dalam keheningan, dan bagaimana kata-kata bisa menjadi jalan untuk melepaskan beban tersebut.

Puisi
Puisi: Bukit-Bukit
Karya: Pesu Aftarudin

Biodata Pesu Aftarudin:
  • Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
  • Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.