Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bunga-Bunga Sepanjang Jalan (Karya Pesu Aftarudin)

Puisi “Bunga-Bunga Sepanjang Jalan” karya Pesu Aftarudin bercerita tentang seorang aku lirik yang merenungi keindahan bunga-bunga di sepanjang ...
Bunga-Bunga Sepanjang Jalan

Sepanjang jalan tersembunyi bahasa
yang tak terucapkan. Dalam getaran
cahaya, dalam warna bunyi, atau
pada saat hari membaringkan kelam
di sepanjang jalan. Bunga demi bunga
mengejapkan pesona, padamu
tapi terasa beribu rahasia
tak terungkapkan dalam bahasa

Akan kuberikan hatiku yang penghabisan
agar kutemukan bahasa
di dalam warna

Ketika cahaya bersilang, diam-diam
saya mencintai bunga sepanjang jalan
walau makna dalam daun
tak kutemukan dalam bahasa

Bunga-bunga, bagai kerumunan merpati
tengah mengibaskan sayap-sayapnya
adakah mereka mendengar
keluhan-keluhan kita sepanjang zaman?

Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, 1972

Sumber: Horison (September, 1974)

Analisis Puisi:

Puisi “Bunga-Bunga Sepanjang Jalan” karya Pesu Aftarudin adalah sebuah karya yang penuh perenungan, keindahan, dan kedalaman makna. Melalui bahasa yang puitis dan metaforis, penyair menyampaikan pengalaman batin yang tidak mudah dijelaskan lewat kata-kata biasa. Ia menghadirkan potret tentang keindahan, keheningan, dan pencarian makna yang tak terungkapkan. Dalam puisi ini, pembaca diajak untuk menyelami ruang antara cahaya dan bayangan, antara kata dan rasa.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian makna dan keindahan yang tak terucapkan. Puisi ini merefleksikan upaya manusia memahami kehidupan, cinta, dan keberadaan melalui simbol-simbol alam seperti bunga dan cahaya, yang menyimpan misteri mendalam dan tak mudah dijelaskan dengan bahasa verbal.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menunjukkan bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan dengan kata-kata. Keindahan, cinta, dan pengalaman batin terkadang hanya bisa dirasakan—bukan dijabarkan. Penyair menyiratkan bahwa dalam hidup ini, kita sering kali bertemu dengan momen-momen penuh makna yang sulit dilisankan, dan karena itu hanya bisa disimpan dalam hati atau dicari lewat simbol-simbol seperti warna, cahaya, dan bunga.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang merenungi keindahan bunga-bunga di sepanjang jalan, yang baginya menyimpan pesan-pesan rahasia. Dalam upaya memahami makna di balik keindahan tersebut, ia menyadari keterbatasan bahasa manusia. Ia bahkan rela memberikan "hatinya yang penghabisan" demi menemukan bahasa dalam warna, menandakan hasrat mendalam untuk memahami esensi dari kehidupan atau cinta itu sendiri. Puisi ini juga mempertanyakan, apakah keindahan alam yang kita saksikan diam-diam mendengar keluhan manusia sepanjang sejarah?

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini didominasi oleh kesunyian, keheningan, dan perenungan yang mendalam. Ada aura tenang namun sarat emosi, ketika penyair berhadapan dengan keindahan alam dan menyadari ketidakmampuan dirinya untuk sepenuhnya memahami atau mengartikulasikannya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah bahwa keindahan sejati terkadang tidak bisa dijelaskan dengan bahasa, namun dapat dirasakan secara mendalam oleh jiwa yang peka. Puisi ini mengajak pembaca untuk lebih membuka hati dalam meresapi kehidupan, bukan hanya mengandalkan akal dan kata-kata. Ia juga mendorong kita untuk menghargai keheningan dan simbol-simbol alam sebagai wahana komunikasi spiritual antara manusia dan semesta.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual dan auditif yang menggugah:
  • “Sepanjang jalan tersembunyi bahasa” menciptakan imaji tentang sesuatu yang hadir namun tidak kasatmata.
  • “Dalam getaran cahaya, dalam warna bunyi” menghadirkan imaji pancaindra yang saling bersilang, menciptakan sensasi sinestetik antara cahaya dan suara.
  • “Bunga demi bunga mengejapkan pesona” adalah imaji visual yang menggambarkan bunga-bunga seolah hidup dan berkomunikasi.
  • “Bunga-bunga, bagai kerumunan merpati tengah mengibaskan sayap-sayapnya” menciptakan imaji dinamis yang menggambarkan gerak dan harapan.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Bunga-bunga “mengejapkan pesona” dan digambarkan seolah bisa mendengar keluhan manusia.
  • Metafora: “Bahasa dalam warna” adalah metafora dari makna tersembunyi yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
  • Simile (perumpamaan): “Bunga-bunga, bagai kerumunan merpati” menyamakan bunga dengan merpati untuk menunjukkan kelembutan dan gerakan yang penuh makna.
  • Paradoks: “tak terungkapkan dalam bahasa” menunjukkan kontradiksi antara keberadaan makna dan ketidakmampuan bahasa untuk mengungkapkannya.
Puisi “Bunga-Bunga Sepanjang Jalan” karya Pesu Aftarudin adalah refleksi puitis tentang keterbatasan bahasa manusia dalam memahami makna terdalam dari keindahan, cinta, dan eksistensi. Penyair menghadirkan simbol-simbol seperti bunga, cahaya, dan warna sebagai media untuk menyampaikan perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara langsung. Dalam kesunyian itulah, puisi ini justru menjadi sangat kuat: ia berbicara dalam bahasa yang tidak harus dimengerti, melainkan dirasakan.

Dengan paduan antara tema kontemplatif, makna tersirat yang mendalam, imaji yang memikat, dan majas yang halus namun kuat, puisi ini mengajak kita untuk mengapresiasi keheningan sebagai bentuk komunikasi paling jujur antara manusia, alam, dan cinta itu sendiri.

Puisi
Puisi: Bunga-Bunga Sepanjang Jalan
Karya: Pesu Aftarudin

Biodata Pesu Aftarudin:
  • Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
  • Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.