Kemerdekaan
Kemerdekaan menitikkan air mata
terduduk lemah di atap rumah
ketika amuk air menenggelamkan rumah warga
Kemerdekaan menggelengkan kepala
ketika menyaksikan aksi saling kecam
warga meributkan pilihan pemimpin
Kemerdekaan duduk termenung
ketika tahu masih berjuta warga
tetap dililit kemiskinan
kekurangan gizi
anak bangsa tak bersekolah
terserang demam
dan cacingan
Kemerdekaan tampak geram
melihat para koruptor melenggang
seraya senyum-senyum tanpa malu
betapa jauh jarak mereka rentang
dengan mereka yang terhuyung-huyung
di jalanan
Kemerdekaan belum tahu cara bagaimana
merayakan ulang tahun
Jakarta, 14 Agustus 2014
Analisis Puisi:
Puisi "Kemerdekaan" karya Aspar Paturusi menyajikan gambaran kritis atas kondisi kemerdekaan yang seharusnya merayakan kebebasan, tetapi juga dihantui oleh realitas yang menyakitkan.
Metafora Air Mata dan Kemerdekaan: Penggunaan metafora air mata yang menetes dari kemerdekaan menciptakan gambaran kecewa dan kepahitan. Ini menunjukkan bahwa kemerdekaan, meskipun diakui, masih menyimpan banyak beban dan kekecewaan.
Kritik atas Bencana dan Kondisi Sosial: Puisi menggambarkan kemerdekaan yang terduduk lemah ketika bencana alam menimpa warga. Selain itu, penekanan pada kemiskinan, kekurangan gizi, dan ketidaksetaraan pendidikan menggambarkan realitas pahit sosial yang masih dihadapi oleh sebagian besar masyarakat.
Ketidaksetaraan dan Korupsi: Puisi mencerminkan rasa geram terhadap ketidaksetaraan di masyarakat, terutama melihat perilaku para koruptor yang hidup dengan kemewahan sementara banyak yang menderita. Ini menciptakan kesenjangan yang tajam antara kelompok berkuasa dan rakyat biasa.
Ketidaktahuan Kemerdekaan: Penggunaan kalimat "Kemerdekaan belum tahu cara bagaimana" menyoroti ketidaktahuan atau ketidakpahaman masyarakat tentang bagaimana seharusnya merayakan kemerdekaan. Hal ini dapat diartikan sebagai panggilan untuk lebih memahami dan menghargai makna sebenarnya dari kemerdekaan.
Gaya Bahasa yang Sederhana: Paturusi menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan langsung, memperkuat pesan kritik sosialnya. Ini membuat puisi mudah diakses dan dapat menggugah pemikiran pembaca dengan efektif.
Puisi "Kemerdekaan" merupakan sebuah karya sastra yang menghadirkan suara kritis dan refleksi atas realitas kemerdekaan. Aspar Paturusi menyuguhkan gambaran yang mengundang perenungan, mengajak kita untuk tidak hanya merayakan kemerdekaan secara seremonial, tetapi juga untuk mengatasi tantangan dan ketidaksetaraan yang masih ada dalam masyarakat.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
