Mujijat
Mawar yang luka tangkainya
mengucurkan
tiga tetes mujijat
Pertama A l i f
yang meratap
Kedua Betina
yang dipetik dari rusuk Adam
Terakhir mujijat cinta
yang dilemparkan ke bumi
Sumber: Doa Sebatang Lilin (1980)
Analisis Puisi:
Puisi "Mujijat" karya Pesu Aftarudin tampil sebagai puisi yang ringkas, namun sarat makna. Dengan menggunakan citra-citra simbolik yang kuat dan religius, puisi ini menyingkap tiga manifestasi dari sesuatu yang disebut sebagai “mujijat” atau mukjizat—keajaiban yang muncul dari luka dan penderitaan. Dalam bentuk tiga tetes, penyair menyajikan lapisan-lapisan makna eksistensial dan spiritual.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cinta sebagai mukjizat dalam kehidupan manusia, yang lahir dari luka, penciptaan, dan penderitaan. Cinta tidak hadir sebagai sesuatu yang indah semata, tetapi sebagai proses yang penuh keretakan dan misteri.
Puisi ini bercerita tentang sebuah mawar yang terluka di tangkainya, dan dari luka itu mengalir tiga tetes "mujijat". Setiap tetes merupakan simbol: yang pertama adalah huruf Alif yang “meratap”, mewakili awal mula, mungkin juga kesadaran spiritual dan pencarian makna. Tetes kedua adalah “Betina yang dipetik dari rusuk Adam”, sebuah rujukan langsung pada mitos penciptaan manusia dalam tradisi Abrahamik. Dan tetes terakhir adalah “mujijat cinta” itu sendiri, yang dilemparkan ke bumi—memberi kesan bahwa cinta adalah sesuatu yang hadir di dunia sebagai pemberian sakral, namun juga penuh ujian.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini sangat kaya. Luka tangkai mawar dapat dilihat sebagai metafora dari penderitaan sebagai asal mula keajaiban, bahwa dari rasa sakit dan keretakan justru muncul hal-hal yang paling manusiawi dan spiritual: bahasa (Alif), perempuan (betina dari rusuk Adam), dan cinta (yang dilempar ke bumi).
- Alif adalah huruf pertama dalam abjad Arab dan sering dianggap sebagai simbol Tuhan, keesaan, dan permulaan. Alif yang meratap bisa menandakan kesedihan ilahiah, atau kesadaran awal manusia terhadap derita dunia.
- Betina dari rusuk Adam mengacu pada penciptaan Hawa—menyiratkan bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan berasal dari satu tubuh, satu luka, satu kerinduan akan keutuhan.
- Mujijat cinta yang dilemparkan ke bumi adalah representasi keajaiban cinta sebagai sesuatu yang diberikan kepada manusia, namun juga mengandung rasa sakit, harapan, dan keterbatasan.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah sakral dan hening, dengan nuansa spiritual dan perenungan. Ada semacam kesedihan yang mendalam, tetapi bukan putus asa—melainkan semacam kebeningan eksistensial saat menyadari makna-makna agung dalam hidup.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat puisi ini adalah bahwa keajaiban sejati tidak datang dari kemewahan atau kekuatan, tetapi justru dari luka, penciptaan, dan cinta. Mukjizat terbesar manusia adalah kemampuannya mencintai meskipun terluka. Penyair seolah berkata bahwa dari luka-luka terdalam, manusia bisa menemukan hal-hal paling suci.
Imaji
Puisi ini penuh dengan imaji simbolik dan religius yang kuat:
- “Mawar yang luka tangkainya” adalah imaji visual dan taktil yang kuat, menggambarkan keindahan yang rapuh dan luka yang tetap berbunga.
- “Tiga tetes mujijat” memberikan imaji cairan atau darah yang menetes, yang bisa menimbulkan kesan sakral dan dramatis.
- “Alif yang meratap” menghadirkan imaji abstrak namun kuat, menggambarkan huruf sebagai makhluk spiritual yang memiliki perasaan.
- “Betina dari rusuk Adam” menciptakan imaji penciptaan dan keintiman asal-mula manusia.
- “Mujijat cinta yang dilemparkan ke bumi” memberi kesan ilahi dan profetik—seolah cinta adalah sesuatu yang turun dari langit ke dunia fana.
Majas
Puisi ini kaya akan majas:
- Metafora: hampir seluruh puisi menggunakan metafora. Mawar, tetesan mujijat, dan ketiga manifestasi adalah representasi kiasan dari hal-hal besar.
- Personifikasi: “Alif yang meratap” adalah bentuk personifikasi huruf menjadi makhluk hidup dengan emosi.
- Simbolisme: mawar, alif, betina, dan cinta semuanya adalah simbol yang membawa bobot makna besar.
- Hiperbola: Dalam “mujijat cinta yang dilemparkan ke bumi”, terdapat penggambaran dramatis yang membesarkan realitas cinta menjadi sesuatu yang transenden.
Puisi "Mujijat" karya Pesu Aftarudin adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung, bahwa keajaiban-keajaiban kecil dalam hidup—seperti huruf, perempuan, dan cinta—bisa hadir melalui luka dan penderitaan. Dengan gaya simbolik dan spiritual, puisi ini menyampaikan bahwa dari keretakan dan tangisan, manusia justru menemukan kekuatan dan harapan. Sebuah perenungan yang hening namun menggugah.
Puisi: Mujijat
Karya: Pesu Aftarudin
Biodata Pesu Aftarudin:
- Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
- Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.