Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Museum (Karya Darmanto Jatman)

Puisi "Museum" karya Darmanto Jatman merenungkan bagaimana masa lalu, penjajahan, perjuangan, dan identitas pribadi menjadi bagian dari sebuah ...
Museum

we’re captive on carousel of time
can’t return we can only look behind
- joni mitchell

Sejarah mampat di sini
Audzubillah baunya!
Tubuh berpeluh para budak Zimbabwe
bagai lembu
rom tom tom tom
kelu!
Tubuh berlumur darah Abraham Lincoln
tam tam tam
begitu kejam
paduka!

Asap kanon
dan asap pabrik,
Asap dupa
dan asap tembakau
-- Alangkah bedanya ya Allah!
Di mana bau sedap masakan cina:
Wan Tun, Chop Suey:
Di mana bau wangi plumeria:
Di kubur
Atau di rambut ni Roro Mendut.

Anganku menyeludup ke kamar, kasur, mata angan-angan
Ke mana nenek moyang kita merangkak bagai kura-kura
Geyang, geyong, geyang.
(Sementara di Yogya misalnya,
Para mahasiswa pada ndangdutan
Sambil sesekali sesenggakan:
Nganggo payung semplok
Londo ira ilok
Tunggu kraton bobrok!)
So slow. So slow
Sontoloyo!

Dan tiba-tiba
1945
Tentara sekutu menyerbu Surabaya
Welha. I was just three dear, dear

Dan jendral Mallaby mati!

Aye. I was innocent man!
Dan tentara-tentara gurkha berguguran!
I do regret, yes, I do regret.
Union Jack yang telah menghias sepatu Sri Ratu
ketika Inggris masih memerintah samudera
sekarang cuma terpampang di sini: Di Museum!
Sementara jamur dan lumut
asik ngrikiti keutuhannya.

Yuhuu yang telah dikibarkan di tiang perahu
Yippee yang telah diteriakkan dari menara stadion
Bravo yang telah didengungkan dari puncak pabrik
Perahu stadion, pabrik yang telah dibangun di pucuk meriam
Ternyata telah dibangun di atas daging tulang
Hitam keriting
Sipit kuning
Coklat melarat
Lhailah!

Di antara bussy misty pussy of history
Di pojok museum London
Aku terhenyak: Di manakah aku dalam pesta sejarah ini?

Come on darling
Where are your footprinsts?
Sementara beribu-ribu orang yang
melambai-lambaikan Union Jack mereka
 menyerbu stadion sepak bola
Lenyap. Tak ada bekas-bekas tapak kaki mereka.

Sambil duduk
Paul Mc Cartney mendendangkan lagunya:
Mull of Kyntire
Lihatlah. Betapa santainya
Calon pengganti patung Nelson di atas menara
Trafalgar?!

Sumber: Golf untuk Rakyat (1994)

Analisis Puisi:

Puisi "Museum" karya Darmanto Jatman adalah karya sastra yang menyelidiki tema sejarah, penjajahan, dan warisan budaya.

Latar Belakang Penyair: Darmanto Jatman adalah penyair Indonesia yang seringkali mengangkat isu-isu sosial dan sejarah dalam karyanya. Puisi "Museum" mencerminkan pandangan kritisnya terhadap masa penjajahan dan masa lalu yang menghantui.

Gambaran Museum Sejarah: Judul puisi ini mengacu pada museum yang memamerkan artefak sejarah dan warisan budaya. Museum seringkali berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyajian sejarah, dan puisi ini menggambarkan bagaimana aroma, bau, dan asap sejarah hidup dalam suasana museum.

Warisan Penjajahan dan Perjuangan: Puisi ini menggambarkan dampak penjajahan dengan mengacu pada bau tubuh para budak Zimbabwe yang dipaksa bekerja, bau darah konflik seperti Pertempuran Surabaya tahun 1945, dan kehadiran patung Union Jack di museum. Hal ini mencerminkan warisan dan trauma yang diwariskan oleh masa lalu yang kelam.

Identitas Pribadi: Penyair merenungkan perannya dalam sejarah dan bagaimana ia melibatkan diri dalam peristiwa sejarah tertentu. Dengan pertanyaan, "Di manakah aku dalam pesta sejarah ini?" ia mencari tempatnya dalam sejarah dan mempertanyakan apakah tindakan dan pengalaman pribadinya tercermin dalam pesta sejarah yang dipamerkan di museum.

Perbandingan dengan Masa Kini: Puisi ini membandingkan sejarah dengan masa kini, menunjukkan bagaimana banyak peristiwa bersejarah telah menjadi puing di museum, sementara dunia terus berubah. Misalnya, perubahan pada Patung Nelson di Trafalgar Square dan ketenangan terkini terlihat sebagai kontras dengan berbagai peristiwa bersejarah yang digambarkan dalam puisi.

Interteksualitas: Puisi ini mencakup referensi ke lagu "Mull of Kintyre" yang dinyanyikan oleh Paul McCartney, menunjukkan cara penyair menggabungkan budaya pop dengan sejarah dalam karya seni.

Puisi "Museum" karya Darmanto Jatman adalah sebuah karya sastra yang memperlihatkan cara sejarah dapat mengakar dalam bau dan atmosfer sebuah museum. Penyair merenungkan bagaimana masa lalu, penjajahan, perjuangan, dan identitas pribadi menjadi bagian dari sebuah narasi sejarah yang kompleks. Puisi ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan hubungan mereka dengan sejarah dan mengingat bahwa sejarah selalu ada di antara kita, baik yang hidup maupun yang sudah berlalu.

Puisi Darmanto Jatman
Puisi: Museum
Karya: Darmanto Jatman

Biodata Darmanto Jatman:
  • Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
  • Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.