Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Negeri dalam Taruhan (Karya Fitri Wahyuni)

Puisi “Negeri dalam Taruhan” karya Fitri Wahyuni bercerita tentang bagaimana sebuah negeri dijadikan ajang pertaruhan kepentingan pribadi dan ...

Negeri dalam Taruhan


Negeri ini kerap jadi meja
Di mana kepentingan saling berjudi
Yang kalah: anak-anak kita
Yang menang: mereka yang tak peduli

27 Mei 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Negeri dalam Taruhan” karya Fitri Wahyuni merupakan karya pendek namun penuh makna yang menggugah kesadaran tentang situasi politik yang menempatkan masa depan bangsa sebagai komoditas permainan kepentingan. Disusun dalam pola sajak A-A-B-A, puisi ini menyampaikan kritik sosial dan politik secara tajam, namun tetap elegan melalui bahasa puitik.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah politik dan penyalahgunaan kekuasaan. Lebih dalam lagi, puisi ini menyentuh tema pengkhianatan terhadap masa depan generasi muda akibat praktik politik yang oportunistik dan tidak bertanggung jawab.

Puisi ini bercerita tentang bagaimana sebuah negeri dijadikan ajang pertaruhan kepentingan pribadi dan kelompok. Digambarkan bahwa para elite politik atau pihak berkuasa duduk di “meja” yang bukan tempat perundingan yang bijak, melainkan meja taruhan. Yang dipertaruhkan bukan uang atau kekuasaan semata, tapi nasib anak-anak bangsa, yakni generasi penerus. Yang kalah adalah mereka yang seharusnya dilindungi, dan yang menang justru mereka yang tidak peduli.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini sangat kuat dan menyesakkan. Fitri Wahyuni menyiratkan bahwa praktik politik di negeri ini tidak dijalankan dengan idealisme dan semangat membangun bangsa, melainkan seperti perjudian, di mana hanya yang kuat atau licik yang menang, dan yang lemah menjadi korban. Kata “berjudi” menyiratkan bahwa tindakan-tindakan politik itu dilakukan tanpa tanggung jawab moral, seolah-olah nasib bangsa hanyalah sekadar angka taruhan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang ingin disampaikan oleh puisi ini adalah peringatan bagi para pemangku kekuasaan untuk tidak bermain-main dengan nasib rakyat. Kebijakan politik seharusnya lahir dari rasa cinta tanah air dan tanggung jawab terhadap masa depan anak-anak bangsa, bukan sekadar kalkulasi untung-rugi jangka pendek. Bagi pembaca umum, puisi ini mengajak untuk membuka mata terhadap realitas politik dan tidak bersikap apatis terhadap kebijakan yang dibuat oleh mereka yang berada di atas.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji kuat tentang sebuah meja judi, yang bukan tempat hiburan, tetapi tempat pertaruhan yang menyedihkan. Imaji ini menjadi simbol dari panggung kekuasaan yang tidak dijalankan dengan etika. Di balik meja itu, ada pertarungan antara kepentingan pribadi dan kepentingan rakyat. Hasilnya: anak-anak sebagai simbol masa depan bangsa menjadi pihak yang dikalahkan, sementara yang menang adalah mereka yang tidak memiliki kepedulian moral.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:

Metafora:
  • “Negeri ini kerap jadi meja” adalah metafora yang menggambarkan bahwa negara bukan lagi wadah pengabdian, tetapi menjadi tempat “permainan”.
  • “Di mana kepentingan saling berjudi” menggambarkan pertarungan kepentingan yang sembarangan, seolah-olah masa depan bangsa hanyalah taruhan dalam permainan yang kotor.
Paradoks:
  • Kalimat “Yang menang: mereka yang tak peduli” menunjukkan ironi. Lazimnya, pemenang adalah yang memiliki visi dan upaya. Namun dalam konteks ini, pemenangnya justru adalah mereka yang bersikap apatis atau egois.
Personifikasi (tersirat):
  • Negara dan kepentingan digambarkan seolah memiliki kehendak dan perilaku seperti manusia, memperkuat nuansa kritik yang disampaikan.
Puisi “Negeri dalam Taruhan” karya Fitri Wahyuni adalah bentuk kritik sosial yang sangat kuat meskipun dikemas dalam format singkat. Dengan tema politik, kepentingan, dan nasib generasi muda, puisi ini bercerita tentang bagaimana kekuasaan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, yang berdampak pada masa depan anak-anak bangsa.

Makna tersiratnya menyentil nurani siapa saja yang membaca, terutama mereka yang berada dalam posisi membuat keputusan politik. Imaji meja taruhan dan kemenangan oleh mereka yang tak peduli menciptakan bayangan distopia yang nyata di kehidupan politik modern. Dengan majas metafora, paradoks, dan personifikasi, Fitri Wahyuni berhasil menyampaikan amanat moral yang mendalam, yaitu bahwa politik seharusnya dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan taruhan yang membabi buta.

Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk tidak tinggal diam dan berperan aktif dalam menjaga masa depan negeri, karena jika tidak, akan selalu ada “anak-anak kita” yang menjadi korban dari permainan politik yang tak beretika.

Fitri Wahyuni
Puisi: Negeri dalam Taruhan
Karya: Fitri Wahyuni

Biodata Fitri Wahyuni:
  • Fitri Wahyuni saat ini aktif sebagai mahasiswa, Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.