Pelangi di Setelah Hujan
Hujan reda, langit pun bersih,
Tersisa bau tanah yang harum,
Dan di antara sisa gerimis,
Muncul lengkung warna yang memukau.
Pelangi hadir tanpa suara,
Namun menyalakan harapan,
Bahwa setelah gelap dan basah,
Akan datang indah yang tak disangka.
Ia tak lama, namun mengesankan,
Muncul untuk yang tahu menunggu,
Seolah berkata: “Sabar itu indah,”
Bila kita setia menanti terang.
Alam tak pernah menipu janji,
Ia mengajar lewat isyarat,
Dan pelangi adalah tanda cinta,
Dari langit untuk bumi yang tabah.
22 Mei 2025
Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk ekspresi yang paling jujur dan sekaligus paling simbolik. Dalam puisi “Pelangi di Setelah Hujan”, Moh Akbar Dimas Mozaki kembali menggunakan alam sebagai media komunikasi spiritual dan emosional, menyampaikan pesan kehidupan melalui fenomena alam yang sederhana namun menggetarkan: pelangi. Meski hanya berlangsung sesaat, pelangi dalam puisi ini dihadirkan sebagai metafora dari harapan dan ketabahan yang berbuah keindahan.
Puisi ini bercerita tentang munculnya pelangi setelah hujan mereda. Bukan sekadar menggambarkan fenomena cuaca, tetapi menyelami makna yang lebih dalam: pelangi sebagai simbol keindahan yang muncul setelah penderitaan, atau secara lebih universal, cahaya yang datang setelah kegelapan.
Baris demi baris puisi membawa pembaca menyusuri transisi suasana, dari basah dan kelabu menuju bersih dan penuh warna. Dalam penggambaran ini, penyair tidak sekadar menghadirkan pelangi sebagai objek, tetapi juga sebagai penanda spiritual, yang membawa pesan bahwa segala hal indah membutuhkan proses, termasuk melalui hujan yang dingin dan melelahkan.
Tema: Ketabahan, Harapan, dan Janji Alam
Tema utama dalam puisi ini adalah ketabahan dan harapan. Hujan diibaratkan sebagai fase sulit, sementara pelangi menjadi lambang dari hadiah atas kesabaran. Dalam kehidupan, banyak fase “hujan” yang harus dilalui: kesedihan, kegagalan, penantian yang panjang. Namun, seperti dalam puisi ini, penantian yang setia akan mendatangkan keindahan yang tak terduga.
Tema lain yang muncul adalah kebijaksanaan alam. Pelangi dihadirkan bukan hanya sebagai keajaiban visual, tetapi juga sebagai isyarat dan pesan dari langit, bahwa setiap kesulitan akan berlalu dan menyisakan pelajaran atau bahkan keindahan yang tidak terlihat sebelumnya.
Makna Tersirat: Keindahan Lahir dari Kesabaran
Di balik bait-bait yang tampak sederhana, tersimpan makna tersirat yang mendalam:
Pelangi hadir tanpa suara, namun dampaknya kuat. Hal ini bisa dimaknai bahwa keajaiban hidup sering kali hadir diam-diam, bagi mereka yang bersedia menanti tanpa keluh.
“Seolah berkata: ‘Sabar itu indah’” menegaskan makna bahwa kesabaran bukan hanya soal menunggu, tetapi tentang bagaimana seseorang menunggu dengan keyakinan bahwa akan datang sesuatu yang baik.
“Pelangi adalah tanda cinta / Dari langit untuk bumi yang tabah” adalah penutup yang sarat simbolisme: alam mengapresiasi ketabahan, dan selalu memberi balasan melalui cara-cara yang penuh keindahan.
Makna tersirat ini menanamkan semacam filosofi hidup: bahwa ketabahan akan selalu dihargai oleh semesta.
Suasana dalam Puisi: Hening, Penuh Haru, dan Optimistis
Suasana dalam puisi ini adalah tenang, hening, dan penuh harapan. Tidak ada ledakan emosi, tetapi ada getaran lembut yang menyentuh pembaca. Puisi ini menciptakan ruang perenungan: bukan hanya tentang keindahan pelangi, tapi tentang proses menuju keindahan itu sendiri.
Ada kesan haru, seakan pembaca sedang berdiri di depan pelangi setelah badai panjang, menghirup udara bersih dan menyadari bahwa semuanya tidak sia-sia.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi: Bersabarlah, Karena Indah Itu Akan Datang
Amanat atau pesan moral dari puisi ini begitu jelas namun disampaikan dengan kelembutan:
- Kesabaran adalah kunci untuk melihat keindahan — tidak semua yang indah datang cepat; kadang ia muncul di akhir, sebagai bentuk penghargaan dari waktu.
- Alam adalah guru kehidupan — melalui hujan, gerimis, dan pelangi, kita diajarkan tentang transisi dan transformasi.
- Keindahan tidak selalu bertahan lama, tapi cukup untuk menyentuh — pelangi hanya sesaat, tapi ia cukup untuk membuat hati luluh dan kembali percaya.
- Kehidupan memiliki pola yang bijaksana — tidak ada hujan yang abadi, dan setelahnya, akan muncul sesuatu yang membuat segalanya terasa bermakna.
Imaji: Gambar Visual yang Menggetarkan Emosi
Puisi ini menggunakan imaji visual yang kuat, menjadikan pembaca seolah-olah benar-benar melihat dan merasakan suasana setelah hujan:
- “Tersisa bau tanah yang harum” — menghadirkan aroma khas setelah hujan yang membangkitkan kenangan dan rasa tenang.
- “Muncul lengkung warna yang memukau” — menciptakan gambaran pelangi dengan warna-warnanya yang kontras dengan langit bersih.
- “Gerimis” dan “langit pun bersih” memberikan suasana yang lembap namun mulai cerah, transisi dari kelabu menuju terang.
Imaji dalam puisi ini bukan hanya memperkuat gambaran, tetapi juga menyentuh emosi, menjadikan setiap pembacaan seperti sebuah pengalaman visual dan batin yang penuh makna.
Majas: Simbolisme dan Personifikasi yang Puitis
Puisi ini kaya akan majas, terutama:
Personifikasi:
- “Pelangi hadir tanpa suara” — pelangi digambarkan memiliki sifat manusia, seolah datang dengan cara halus namun menyentuh.
- “Seolah berkata: ‘Sabar itu indah’” — pelangi seakan berbicara, memberi pelajaran moral melalui kehadirannya.
- “Pelangi adalah tanda cinta” — langit digambarkan memberi cinta pada bumi, menjadikan pelangi sebagai medium perasaan.
Simbolisme:
- Pelangi menjadi simbol dari penghargaan atas ketabahan, janji alam yang tak pernah ingkar, serta keindahan yang muncul setelah penderitaan.
- Hujan melambangkan kesulitan hidup, sedangkan langit bersih menandakan harapan yang kembali terbuka.
Metafora:
- “Tanda cinta dari langit untuk bumi yang tabah” — membandingkan fenomena alam dengan tindakan penuh kasih, menyampaikan bahwa ketabahan akan selalu disambut dengan cinta.
Dengan majas-majas ini, penyair berhasil menyampaikan pesan moral yang dalam tanpa terkesan menggurui.
Pelangi, Bahasa Sunyi dari Alam untuk Manusia
Puisi “Pelangi di Setelah Hujan” karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah contoh bagaimana kesederhanaan bahasa dapat membawa kedalaman makna. Dengan menyajikan pelangi sebagai simbol, penyair tidak hanya menggambarkan fenomena visual, tetapi juga menyisipkan pesan kehidupan yang penting: kesabaran, harapan, dan keindahan yang datang di waktu yang tepat.
Tema tentang ketabahan dan harapan disampaikan dengan puitis dan menyentuh. Makna tersirat mengajak pembaca untuk memahami bahwa hidup selalu mengandung fase sulit dan terang, dan bahwa alam selalu punya cara sendiri untuk menyampaikan pelajaran. Dengan imaji yang kuat, suasana yang hening namun penuh harapan, serta penggunaan majas seperti personifikasi dan simbolisme, puisi ini menjadi bacaan yang bukan hanya menyenangkan, tetapi juga menyadarkan.
Amanat puisi ini sederhana namun universal: jangan pernah berhenti percaya, karena keindahan sejati sering muncul setelah badai reda.
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki
Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
- Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.