Perkawinan Itu
Sekarang tinggal kau
Selusin rencana
Gerbang yang kau dirikan
Sudahlah tercipta
Benang lilin
Benang abu
Benang harap
Terjadilah satu
Belum pula yang menunggu
Enam halaman catatan harian
Pelahan kau buka — Satu tema lipatan penghabisan
Kedua bayang turun — kaki direbahkan, lalu nyanyian
Di kamar gusar pun menahan
Kemudian kau pisahkan ranjang pertama
Hening ruang
Atau lumaran bunga
Atau kado pemberian
Atau selimut impian
Dan atau .......
Menyerahkan semua kekalahan.
1972
Sumber: Horison (Mei, 1974)
Analisis Puisi:
Puisi "Perkawinan Itu" karya Kusnin Asa menghadirkan gambaran kompleks tentang hubungan, komitmen, dan konsekuensi dari sebuah ikatan pernikahan. Dengan bahasa yang lugas namun penuh makna tersirat, puisi ini menggambarkan bagaimana pernikahan bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang perjuangan, pengorbanan, dan keraguan yang datang bersama perjalanan bersama.
Tema
Puisi ini mengangkat tema tentang pernikahan dan tantangan yang ada di dalamnya. Pernikahan digambarkan bukan hanya sebagai sebuah ikatan sakral yang penuh kebahagiaan, melainkan juga sebagai proses yang penuh dengan rencana, pengorbanan, dan perasaan yang kompleks. Dalam puisi ini, penyair menyentuh aspek yang lebih gelap dan reflektif dari pernikahan, yaitu tentang pengorbanan pribadi, kegelisahan, dan pencarian makna di balik ikatan tersebut.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini mengungkapkan keraguan dan kesulitan yang datang setelah pernikahan dimulai. "Sekarang tinggal kau / Selusin rencana" menunjukkan bahwa pernikahan dimulai dengan banyak harapan dan rencana yang harus diwujudkan, namun pada akhirnya, semua itu menjadi sebuah proses yang harus dijalani. Penyair juga menyentuh perasaan kesepian dan kekecewaan, seperti yang tergambar pada "menyerahkan semua kekalahan", yang memberi kesan bahwa pernikahan tidak selalu tentang kemenangan atau kebahagiaan, tetapi juga tentang menerima kegagalan dan tantangan yang ada.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan emosional dalam pernikahan, yang dimulai dengan rencana dan harapan tetapi akhirnya disertai dengan kekecewaan, kesendirian, dan pengorbanan. Puisi ini menggambarkan tahap-tahap dalam pernikahan, dari persiapan yang penuh dengan antisipasi hingga kenyataan pahit yang harus dihadapi. Dengan metafora dan gambaran yang kuat, penyair membawa pembaca melalui refleksi tentang apa yang terjadi setelah ikatan pernikahan terjalin, dengan segala dinamikanya yang tidak selalu indah dan penuh kebahagiaan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terkesan melankolis dan penuh keraguan. Gambaran tentang "benang lilin / benang abu / benang harap" menciptakan nuansa pernikahan yang tidak hanya menyentuh aspek kebahagiaan, tetapi juga kerentanannya. Ruang dalam puisi ini tampak kosong dan sunyi, dengan gambaran "hening ruang" yang memberi kesan bahwa meskipun ada dua orang yang terikat dalam pernikahan, ada kesepian yang tidak terhindarkan. Ada juga "kado pemberian" dan "selimut impian" yang melambangkan janji-janji indah yang pernah ada, namun seiring berjalannya waktu, kenyataan berbeda dari harapan.
Imaji
Dalam puisi ini, imaji-imaji yang digunakan sangat menggugah perasaan, membawa pembaca untuk merasakan kesendirian dan kekosongan dalam pernikahan:
- "Benang lilin, benang abu, benang harap": menggambarkan bagaimana pernikahan dibangun dengan banyak elemen yang rapuh dan penuh harapan yang terkadang tidak terwujud.
- "Enam halaman catatan harian": menciptakan gambaran waktu yang berlalu dalam keheningan dan refleksi pribadi, mencatat perjalanan emosional yang penuh ketegangan.
- "Hening ruang": memberikan kesan ruang kosong yang menggambarkan kekosongan dalam hubungan, meskipun dua orang terikat dalam ikatan pernikahan.
- "Selimut impian": simbol dari harapan dan impian yang tidak selalu terwujud sesuai keinginan.
Imaji-imaji ini membangun suasana yang melankolis dan penuh dengan refleksi tentang kenyataan hidup setelah janji-janji pernikahan diucapkan.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas untuk memperkaya makna dan menggambarkan perasaan yang mendalam:
- Metafora: "Benang lilin, benang abu, benang harap" berfungsi sebagai metafora untuk menggambarkan bahan-bahan yang menyusun pernikahan—elemen-elemen yang rapuh dan penuh harapan.
- Simbolisme: "Enam halaman catatan harian" dan "selimut impian" menjadi simbol-simbol dari perasaan yang tersembunyi, seperti harapan yang tak pernah mati, meskipun kenyataan tidak selalu seindah yang dibayangkan.
- Antitesis: "Hening ruang" dan "menyerahkan semua kekalahan" menciptakan kontras antara harapan dan kenyataan, antara apa yang diinginkan dalam pernikahan dan apa yang sebenarnya terjadi.
Melalui penggunaan majas-majas ini, puisi ini menjadi lebih mendalam dan kaya akan makna, mengajak pembaca untuk merenung lebih dalam tentang arti pernikahan dan tantangan yang datang bersama ikatan tersebut.
Puisi "Perkawinan Itu" karya Kusnin Asa memberikan gambaran yang sangat realistis tentang pernikahan—bukan hanya sebagai perayaan cinta, tetapi juga sebagai perjalanan yang penuh tantangan, kesepian, dan pengorbanan. Dengan penggunaan imaji dan majas yang kuat, puisi ini berhasil mengungkapkan sisi lain dari pernikahan, yaitu tentang bagaimana rencana dan harapan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan, dan bagaimana pengorbanan harus dilakukan untuk menjaga ikatan tersebut tetap utuh. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali apa yang sebenarnya ada di balik sebuah pernikahan yang sering dianggap sebagai tujuan akhir yang sempurna, padahal banyak tantangan yang harus dihadapi.
