Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pesan Sang Ibu (Karya Winarso)

Puisi "Pesan Sang Ibu" karya Winarso mengangkat tema revolusi, kejujuran, dan perjuangan melawan penguasa yang korup.
Pesan Sang Ibu

tatkala aku menyarungkan pedang
dan bersimpuh di atas pangkuannya
tertumpah rasa
kerinduanku pada sang ibu

tangannya yang halus mulus membelai kepalaku
tergetarlah seluruh jiwa ragaku
musnahlah seluruh api semangat juangku
namun sang ibu berkata

anakku sayang
apabita kakimu sudah melangkah ditengah padang
tancapkanlah kakimu dalam dalam
dan tetaplah terus bergumam
sebab gumam adalah mantra dari dewa dewa
gumam mengandung ribuan makna

apabila gumam
sudah menyatu dengan jiwa raga
maka gumam akan berubah
menjadi teriakan teriakan
yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar
yang nantinya akan mampu
merobohkan istana yang penuh kepalsuan
gedung gedung yang di huni kaum munafik

tatanan negeri ini sudah hancur anakku
di hancurkan oleh sang penguasa negeri ini
mereka hanya bisa
bersolek didepan kaca
tapi membiarkan punggungnya penuh noda
dan penuh lendir hitam yang baunya
kemana mana

mereka selalu menyemprot kemaluannya dengan parfum luar negeri
di luar berbau wangi
di dalam penuh dengan bakteri
dan hebatnya sang penguasa negeri ini
pandai bermain akrobatik
tubuhnya mampu di lipat lipat
yang akhirnya pantat Dan kemaluannya sendiri mampu dijilat jilat

anakku
apabila pedang sudah kau cabut
janganlah surut
janganlah bicara soal menang dan kalah
sebab menang dan kalah
hanyalah mimpi mimpi
mimpi mimpi muncul dari sebuah keinginan
keinginan hanyalah sebuah khayalan--
yang hanya akan melahirkan harta dan kekuasaan
harta dan kekuasaan bagaikan
balon balon sabun yang terbang di udara

anakku
asahlah pedang
ajaklah mereka bertarung ditengah padang
lalu tusukkan pedangmu
ditengah tengah selangkangan mereka
biarkan darah tertumpah di negeri ini
satukan gumammu menjadi: REVOLUSI

Analisis Puisi:

Puisi "Pesan Sang Ibu" karya Winarso adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema revolusi, kejujuran, dan perjuangan melawan penguasa yang korup.

Kerinduan kepada Sang Ibu: Puisi ini dimulai dengan ekspresi kerinduan sang penulis kepada ibunya. Ia mengingat saat-saat di mana ibunya membelainya dan menyentuh hatinya dengan kasih sayang. Hal ini menciptakan kontras dengan suasana yang akan datang dalam puisi.

Pedang sebagai Simbol Perjuangan: Penyair menyebutkan penggunaan pedang sebagai simbol perjuangan atau revolusi. Pedang menggambarkan tekad untuk melawan ketidakadilan dan kezaliman yang ada dalam tatanan sosial dan politik.

Pesan Revolusi: Sang ibu memberikan pesan penting kepada anaknya. Ia menyarankan agar anaknya tetap berkata-kata dan bersuara dalam perjuangan. Pesan ini mencerminkan pentingnya perlawanan terhadap ketidakadilan dan korupsi.

Kritik terhadap Penguasa: Puisi ini menyampaikan kritik tajam terhadap penguasa yang korup dan munafik. Penyair menggambarkan penguasa sebagai mereka yang berpura-pura bersolek di depan kaca, tetapi penuh dengan noda dan kebusukan di belakang layar.

Pembangunan Revolusi: Penyair merinci bahwa revolusi bukanlah sekadar mencari kemenangan atau kekalahan, tetapi sebuah perjalanan menuju kebenaran dan kejujuran. Ia mengajak untuk menentang penguasa yang korup dan memperjuangkan revolusi untuk perubahan yang lebih baik.

Puisi "Pesan Sang Ibu" karya Winarso adalah sebuah karya sastra yang memotivasi pembaca untuk berani melawan ketidakadilan dan korupsi dalam masyarakat. Sang ibu sebagai simbol nasihat dan kebijaksanaan memandu anaknya menuju perjuangan revolusi yang dipandang sebagai satu-satunya jalan menuju kebenaran dan keadilan. Puisi ini menciptakan semangat untuk bersuara dan bergerak demi perubahan yang lebih baik dalam tatanan sosial dan politik.

Winarso
Puisi: Pesan Sang Ibu
Karya: Winarso
© Sepenuhnya. All rights reserved.