Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pohon-Pohon (Karya Pesu Aftarudin)

Puisi “Pohon-Pohon” karya Pesu Aftarudin bercerita tentang bagaimana alam dan perasaan manusia saling berhubungan, dan bagaimana konflik atau ...
Pohon-Pohon

Pohon-pohon bakau, daun-daun deru angin
adakan dendam
tersembunyi pada akar-akarnya.

Ketika siul menemukan bunyi di pantai
ketika mawar menggenapkan duri-durinya
dendam telah pulang ke muara
ke danau-danau hidup kita.

Bandung, 1972

Sumber: Horison (September, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi “Pohon-Pohon” karya Pesu Aftarudin menghadirkan gambaran tentang pohon-pohon bakau yang tumbuh di tepi pantai, yang menyimpan lebih dari sekadar kehidupan alami. Puisi ini memadukan unsur alam dengan refleksi batin manusia, menggali tema-tema tentang dendam dan keterhubungan antara kehidupan dan alam. Penyair dengan bijak menggunakan alam sebagai metafora untuk menggambarkan konflik-konflik dalam diri dan dunia.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah dendam yang tersembunyi dan hubungannya dengan kehidupan manusia. Pohon-pohon bakau, yang terkenal dengan akar-akarnya yang mencengkeram tanah, digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan rasa dendam yang mengakar dan tersembunyi dalam kehidupan manusia. Puisi ini mencerminkan bagaimana perasaan-perasaan yang terpendam, seperti dendam, dapat berakar kuat dalam diri seseorang dan akhirnya memengaruhi segala aspek kehidupan mereka, bahkan hingga ke alam sekitar.

Selain itu, puisi ini juga menyentuh tentang keterhubungan alam dengan perasaan manusia. Penyair menyoroti bagaimana alam, dalam hal ini pohon-pohon bakau, bisa menjadi refleksi dari konflik batin dan hubungan yang terjalin antara perasaan manusia dengan lingkungannya.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyiratkan bahwa dendam, meskipun tersembunyi, selalu mengakar kuat dalam diri kita, sebagaimana akar pohon-pohon bakau yang tak tampak namun sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka. "Daun-daun deru angin" dapat diartikan sebagai suara-suara yang membawa perasaan tersembunyi, yang mungkin tak diungkapkan secara langsung tetapi tetap terasa kuat, mempengaruhi arah kehidupan kita.

Penyair menggunakan citra pohon-pohon yang terikat erat dengan tanah dan muara untuk menunjukkan bahwa perasaan yang terkubur dalam diri kita akan selalu kembali ke titik asalnya, mempengaruhi kita dengan cara yang tidak selalu terlihat tetapi memiliki dampak yang besar dalam kehidupan. Ketika "dendam telah pulang ke muara" dan "ke danau-danau hidup kita," hal ini menunjukkan bahwa perasaan yang terpendam akhirnya akan mengalir dan mempengaruhi kehidupan kita dalam bentuk yang tak terduga.

Puisi ini bercerita tentang bagaimana alam dan perasaan manusia saling berhubungan, dan bagaimana konflik atau perasaan tersembunyi, seperti dendam, dapat mengakar dalam diri seseorang dan mempengaruhi kehidupan mereka. Penyair menggambarkan pohon-pohon bakau sebagai simbol dari perasaan yang tersembunyi, yang akarnya menjalar jauh ke dalam tanah, menggambarkan betapa dalamnya perasaan yang terkubur dalam diri manusia.

Puisi ini juga berbicara tentang kenyataan bahwa perasaan-perasaan yang terpendam tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan muncul kembali dan mempengaruhi kehidupan kita, sama seperti bagaimana muara dan danau menjadi tempat berkumpulnya air dari banyak tempat. Dendam yang tersembunyi dalam diri kita akan selalu kembali ke permukaan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa misterius dan penuh ketegangan. Dengan menggunakan pohon-pohon bakau sebagai simbol, penyair menciptakan nuansa alam yang keras dan penuh rahasia, di mana akar-akarnya yang tersembunyi menggambarkan perasaan-perasaan yang tak terlihat namun sangat kuat. Suasana yang tercipta juga mengarah pada kesan ketidakpastian dan perasaan yang terus-menerus mengalir, sama seperti air yang mengalir melalui muara dan danau.

Keheningan yang tercipta di antara "siul menemukan bunyi di pantai" menciptakan atmosfer yang penuh dengan gema dan kenangan yang terpendam, mengingatkan kita pada betapa kuatnya alam dan perasaan manusia yang saling berkaitan. Semuanya terasa mengalir dan menghubungkan dunia luar dengan dunia batin.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa perasaan-perasaan yang terpendam, seperti dendam, tidak akan hilang begitu saja. Mereka akan terus mengakar dalam diri kita, bersembunyi dalam kedalaman jiwa, dan akhirnya akan muncul kembali dengan cara yang tidak terduga. Pesan yang dapat diambil adalah pentingnya untuk memahami dan menghadapi perasaan tersebut sebelum mereka mengalir dan mempengaruhi kehidupan kita.

Imaji

Imaji dalam puisi ini sangat kuat dan menggambarkan hubungan yang mendalam antara alam dan perasaan manusia. Beberapa imaji yang menonjol antara lain:
  • “Pohon-pohon bakau, daun-daun deru angin” – menghidupkan gambaran pohon bakau yang kokoh, dengan daun-daun yang bergerak oleh angin, menciptakan nuansa alam yang dinamis dan penuh dengan rahasia.
  • “Dendam tersembunyi pada akar-akarnya” – memberikan gambaran tentang perasaan yang mendalam dan tersembunyi, yang tidak terlihat oleh mata, namun sangat kuat dalam memengaruhi kehidupan.
  • “Ketika mawar menggenapkan duri-durinya” – menggunakan mawar sebagai simbol dari sesuatu yang indah namun memiliki sisi tajam, menggambarkan bagaimana dendam dapat terkandung dalam perasaan yang terlihat halus namun berbahaya.
  • “Dendam telah pulang ke muara” – menggambarkan aliran perasaan yang kembali ke sumbernya, menciptakan citra bagaimana segala sesuatu yang terpendam akhirnya akan kembali ke permukaan dan mempengaruhi hidup kita.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas untuk memperkaya makna dan memperdalam kesan yang ingin disampaikan:
  • Metafora: Pohon-pohon bakau dan akar-akarnya digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan perasaan yang tersembunyi dan kuat dalam diri manusia. Perasaan-perasaan ini mengakar dalam kehidupan, meskipun tidak terlihat di permukaan.
  • Personifikasi: Pohon-pohon dan daun-daun diberikan sifat yang seolah-olah memiliki kemampuan untuk menyimpan dendam dan berkomunikasi dengan angin, menciptakan kesan bahwa alam memiliki hubungan erat dengan perasaan manusia.
  • Simbolisme: Mawar yang menggenapkan durinya menjadi simbol dari sesuatu yang terlihat indah namun mengandung kekerasan, menggambarkan betapa perasaan manusia dapat memiliki sisi yang bertentangan antara keindahan dan bahaya.
Puisi “Pohon-Pohon” karya Pesu Aftarudin menyampaikan refleksi yang mendalam tentang hubungan antara alam dan perasaan manusia. Penyair dengan bijak menggambarkan pohon-pohon bakau dan akar-akarnya sebagai simbol dari dendam yang tersembunyi dalam diri kita, yang terus mengalir dan mempengaruhi kehidupan kita. Dengan penggunaan imaji dan majas yang kuat, puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang betapa perasaan-perasaan yang terkubur dalam diri pada akhirnya akan kembali ke permukaan dan mempengaruhi hidup kita, sama seperti alam yang selalu berputar dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Puisi
Puisi: Pohon-Pohon
Karya: Pesu Aftarudin

Biodata Pesu Aftarudin:
  • Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
  • Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.