Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sampai Waktu Memisahkan (Karya Fitri Wahyuni)

Puisi “Sampai Waktu Memisahkan” karya Fitri Wahyuni bercerita tentang perasaan cinta yang mendalam dan abadi terhadap seseorang.

Sampai Waktu Memisahkan


Aku akan mencintaimu selamanya,
Bukan hanya untuk hari ini,
Tapi sampai waktu memisahkan kita,
Sampai nafas tak lagi ada,
Cinta ini akan terus bersemi,
Dalam kenangan yang abadi.

Waktu boleh berlalu,
Tapi rasa ini tak akan hilang,
Ia menempel di relung jiwaku,
Seperti tinta yang tak luntur,
Dan aku akan terus mencintaimu,
Dengan seluruh yang aku punya.

22 Mei 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Sampai Waktu Memisahkan” karya Fitri Wahyuni adalah sebuah untaian kata yang sederhana namun sarat makna. Tidak menggunakan metafora yang rumit, namun tetap mampu menggugah perasaan. Inilah keindahan puisi yang berbicara melalui kejujuran dan ketulusan. Setiap larik menjadi cerminan tentang bagaimana cinta sejati hidup, bertahan, dan mengakar jauh ke dalam hati seseorang.

Tema dalam Puisi

Puisi ini mengangkat tema besar tentang cinta abadi dan kesetiaan. Bukan cinta yang bergantung pada waktu, situasi, atau usia—melainkan cinta yang terus hidup bahkan hingga akhir kehidupan. Tema ini terasa dalam seluruh bait puisi, yang menyiratkan pengakuan kasih sayang yang tak terputus meski oleh waktu atau kematian sekalipun.

"Aku akan mencintaimu selamanya,
Bukan hanya untuk hari ini,
Tapi sampai waktu memisahkan kita,"

Baris ini menegaskan bahwa cinta dalam puisi ini bukan bersifat fana. Ia hadir dengan kekuatan spiritual, melewati sekat waktu, dan terpatri selamanya.

Puisi ini bercerita tentang perasaan cinta yang mendalam dan abadi terhadap seseorang. Penyair menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang bukan hanya terasa saat ini, melainkan juga akan terus hadir sampai akhir hayat, bahkan hingga setelah waktu memisahkan dua insan.

"Sampai nafas tak lagi ada,
Cinta ini akan terus bersemi,
Dalam kenangan yang abadi."

Dari kutipan ini, terlihat bahwa puisi ini menyampaikan bahwa cinta bukanlah hanya tentang kebersamaan fisik, tetapi juga tentang keterikatan emosional dan spiritual yang tak lekang oleh waktu atau kematian.

Makna Tersirat

Secara implisit, puisi ini membawa makna tersirat bahwa cinta yang sejati akan selalu menemukan caranya untuk bertahan, bahkan di tengah keterbatasan waktu dan ruang. Meskipun waktu akan terus bergerak maju, dan hidup memiliki akhirnya, rasa cinta bisa bertahan, hidup di dalam kenangan, dan terus menginspirasi keberadaan.

"Waktu boleh berlalu,
Tapi rasa ini tak akan hilang,"

Ada juga makna bahwa cinta sejati tidak membutuhkan pembuktian dalam bentuk spektakuler. Cukup dengan keikhlasan untuk terus mencintai dengan sepenuh hati, itu sudah menjadi bukti paling murni.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini tenang, penuh kelembutan, dan sarat emosi mendalam. Ada rasa haru, ketulusan, dan juga kerelaan. Meskipun ada kesan duka karena adanya pengakuan bahwa waktu akan memisahkan, tetapi tidak ada kesedihan yang membebani. Justru ada semacam penerimaan dan keteguhan hati yang menguatkan.

Amanat atau Pesan yang Disampaikan

Amanat yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa cinta sejati tidak dibatasi oleh waktu atau keadaan. Ia adalah sesuatu yang ditanam dan dirawat, dan ketika tiba waktunya, akan tetap hidup dalam hati, bahkan ketika tubuh tak lagi ada. Selain itu, puisi ini juga mengajarkan tentang kesetiaan dan ketulusan hati dalam mencintai—sebuah nilai yang semakin langka dalam relasi modern.

"Dan aku akan terus mencintaimu,
Dengan seluruh yang aku punya."

Ini adalah bentuk cinta tanpa syarat, yang menerima dan memberi dengan penuh.

Imaji dalam Puisi

Meskipun singkat, puisi ini menampilkan beberapa imaji yang kuat dan menyentuh:

"Ia menempel di relung jiwaku,
Seperti tinta yang tak luntur,"

Kalimat ini memberikan gambaran visual dan emosional yang mendalam. Cinta diibaratkan sebagai tinta permanen yang melekat di hati—tak bisa dihapus oleh waktu atau keadaan.

"Cinta ini akan terus bersemi,
Dalam kenangan yang abadi."

Imaji tentang cinta yang terus bersemi menunjukkan kehidupan yang terus tumbuh dalam kenangan. Ini menciptakan citra keindahan yang tak padam, meskipun orang yang dicintai mungkin telah tiada atau tidak lagi bersama.

Majas dalam Puisi

Puisi ini mempergunakan beberapa majas untuk memperkaya maknanya, antara lain:

Metafora:
  • “Cinta ini akan terus bersemi” – menggambarkan cinta seperti tanaman yang mekar terus-menerus, sebagai simbol keindahan dan keberlanjutan.
  • “Seperti tinta yang tak luntur” – membandingkan cinta dengan tinta permanen, memperkuat kesan abadi dan mendalam.
Hiperbola:
  • “Aku akan mencintaimu selamanya” – bentuk ekspresi cinta yang ekstrem, mewakili keinginan untuk terus mencintai hingga akhir hayat, bahkan setelahnya.
Personifikasi:
  • “Cinta ini akan terus bersemi” – memberikan sifat hidup kepada ‘cinta’, menggambarkan bahwa rasa itu tumbuh dan berkembang.
Majas-majas ini memperindah puisi dan memperkuat pesan emosionalnya, membuatnya lebih menyentuh dan mudah diresapi pembaca.

Puisi “Sampai Waktu Memisahkan” karya Fitri Wahyuni adalah sebuah pernyataan cinta yang sederhana, namun kaya akan nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, dan keabadian. Melalui tema cinta sejati, makna tersirat tentang kesetiaan hingga akhir hayat, serta pesan akan pentingnya mencintai dengan tulus, puisi ini berhasil menyampaikan keindahan yang dalam meski dengan kata-kata yang tidak berlebihan.

Puisi ini bercerita tentang perasaan yang tidak tergoyahkan oleh waktu, dan menghadirkan imaji yang kuat melalui metafora-metafora puitis, serta memperkuat suasana hening dan penuh ketulusan. Dengan majas yang lembut namun efektif, puisi ini menyentuh sisi emosional pembaca tanpa perlu menjadi melodramatis.

Sebagai karya sastra, puisi "Sampai Waktu Memisahkan" menunjukkan bahwa puisi tidak selalu harus kompleks untuk menjadi kuat. Justru dalam kesederhanaanlah kadang tersimpan kekuatan yang paling murni—terutama ketika ia berbicara tentang cinta yang tulus dan tak terbatas oleh ruang maupun waktu.

Fitri Wahyuni
Puisi: Sampai Waktu Memisahkan
Karya: Fitri Wahyuni

Biodata Fitri Wahyuni:
  • Fitri Wahyuni saat ini aktif sebagai mahasiswa, Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.