Sebuah Album
Dari mula
Ku tatap nyata
Muka dan Muka
Itu — Itu saja
Dari mula
Ku catat. Muka dan Muka
Sepi warna
1972
Sumber: Horison (Desember, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Album" karya Roeswardiyatmo merupakan puisi pendek yang menyimpan perenungan panjang. Dengan bahasa yang sederhana dan repetitif, puisi ini membangun kesan monoton namun justru itulah kekuatannya—mewakili kekosongan emosional dalam menghadapi kenangan atau masa lalu yang membeku dalam citra-citra lama. Puisi ini seperti membuka album foto yang tak lagi hidup, hanya menyisakan wajah yang sama dan kesepian yang menetap.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kenangan dan kehampaan dalam memori visual. Wajah-wajah dalam album menggambarkan potongan masa lalu yang berulang dan diam, tanpa warna atau makna baru. Ada juga tema keterasingan emosional dari kenangan—bahwa mengingat tidak selalu berarti menghidupkan kembali, tetapi bisa menjadi pengalaman yang sunyi dan hampa.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menatap sebuah album, mungkin album foto kenangan. Namun, yang dilihat hanyalah wajah-wajah yang sama dari awal hingga akhir. Tidak ada perkembangan, tidak ada dinamika. Hanya "Muka dan Muka / Itu — Itu saja", yang menandakan sebuah pengalaman memandangi masa lalu yang tak memberi kehangatan, hanya pengulangan yang membosankan dan sunyi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini sangat menyentuh. Wajah-wajah dalam album dapat ditafsirkan sebagai simbol kenangan yang telah kehilangan emosi. Puisi ini menyampaikan bahwa melihat masa lalu tak selalu membangkitkan nostalgia yang indah, bisa jadi justru membawa kehampaan. Kalimat "Sepi warna" menegaskan bahwa memori visual bisa menjadi mati rasa; gambar tetap tinggal, tapi perasaan telah pergi.
Puisi ini juga bisa dibaca sebagai kritik terhadap kebiasaan manusia yang meromantisasi masa lalu, padahal sesungguhnya yang tersisa hanyalah repetisi tanpa jiwa.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini jelas hampa, sunyi, dan monoton. Pengulangan frasa “Muka dan Muka” menggambarkan betapa tidak bergeraknya waktu dalam album itu, dan frasa “Sepi warna” menutup puisi dengan nuansa kehilangan emosi, dingin, dan sepi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi ini adalah bahwa kenangan tidak selalu membawa kehangatan. Kadang, yang tertinggal hanyalah bentuk-bentuk kosong dari masa lalu yang tidak lagi bisa dihidupkan. Penyair seolah ingin menyampaikan bahwa hidup tidak seharusnya hanya ditatap dari belakang, karena masa lalu bisa saja membeku dan kehilangan maknanya.
Imaji
Meski singkat, puisi ini menyimpan imaji visual yang kuat:
- “Muka dan Muka / Itu — Itu saja” menciptakan imaji album foto yang membosankan, dengan wajah-wajah yang tak berubah, seolah membekukan waktu.
- “Sepi warna” adalah imaji yang indah sekaligus pahit—bisa dibayangkan album hitam-putih atau foto-foto usang yang tidak lagi membawa kehangatan, hanya menunjukkan bentuk tanpa isi.
Majas
Beberapa majas yang dapat dikenali dalam puisi ini:
- Repetisi: Frasa “Muka dan Muka” dan “Dari mula” diulang, menciptakan kesan stagnan dan repetitif, memperkuat tema tentang kekosongan dalam kenangan.
- Metafora: “Sepi warna” bukan hanya tentang ketiadaan warna literal, tapi juga metafora untuk kekosongan emosi dan jiwa dalam kenangan itu.
- Paradoks: Kenangan biasanya diasosiasikan dengan kehangatan atau kerinduan, tapi dalam puisi ini, ia justru menyampaikan kekosongan—sebuah kontras yang memperkuat makna tersiratnya.
Puisi "Sebuah Album" adalah puisi pendek yang berhasil menyampaikan kedalaman makna dengan cara yang sangat minimalis. Roeswardiyatmo menampilkan kekuatan puisi yang sunyi namun menghantui—tentang bagaimana wajah-wajah di masa lalu bisa menjadi tidak berarti, hanya karena waktu telah menumpulkan makna. Dengan pengulangan yang menciptakan kesan stagnan dan frasa penutup “Sepi warna” yang menghunjam, puisi ini mengajak kita untuk merenung: apakah kenangan benar-benar hidup di dalam kita, atau hanya tersisa dalam bentuk-bentuk mati yang kita simpan begitu saja?
Karya: Roeswardiyatmo
Biodata Roeswardiyatmo:
- Roeswardiyatmo Hardjosoekarto lahir pada tanggal 29 Maret 1948 di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
