Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Senja di Ujung Sawah (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Puisi "Senja di Ujung Sawah" karya Moh Akbar Dimas Mozaki bercerita tentang kehidupan sederhana di sebuah desa saat senja mulai menyelimuti ujung ...

Senja di Ujung Sawah


Senja turun pelan di ujung sawah,
Menebar warna jingga ke bumi,
Langit berubah jadi lukisan tenang,
Menutup hari dengan keindahan alami.

Burung pulang ke sarangnya,
Petani memikul lelah dan harapan,
Langkahnya meninggalkan jejak basah,
Di tanah yang baru saja dipeluk senja.

Padi-padi bergoyang perlahan,
Seperti mengucapkan selamat malam,
Pada matahari yang pamit pulang,
Dan bintang yang mulai menyapa malam.

Alam pun beristirahat sejenak,
Mengajarkan kita untuk bersyukur,
Bahwa keindahan bukan hanya hasil,
Tapi juga proses yang sederhana.

22 Mei 2025

Analisis Puisi:

Puisi "Senja di Ujung Sawah" karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah potret liris yang menggambarkan keindahan alam sekaligus kehidupan sederhana di pedesaan. Dengan suasana yang damai dan kontemplatif, puisi ini menghadirkan nuansa senja yang bukan hanya menjadi fenomena alam biasa, melainkan juga sarana perenungan tentang kehidupan, harapan, dan syukur. Dari segi estetika dan nilai filosofis, puisi ini sarat akan makna tersirat yang patut disimak secara mendalam.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah keindahan senja di alam pedesaan sebagai simbol ketenangan, siklus kehidupan, dan refleksi makna hidup. Sang penyair menghadirkan suasana senja sebagai titik temu antara pekerjaan dan istirahat, antara harapan dan kenyataan, antara alam dan manusia. Melalui lanskap sawah dan aktivitas petani, puisi ini mengangkat harmoni antara manusia dan lingkungan.

Puisi ini bercerita tentang kehidupan sederhana di sebuah desa saat senja mulai menyelimuti ujung sawah. Burung-burung pulang ke sarangnya, petani menyelesaikan pekerjaannya, dan alam perlahan-lahan meredup dalam keindahan jingga yang lembut. Semua elemen tersebut berpadu membentuk gambaran alam yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga penuh makna secara emosional dan spiritual.

Penyair menggambarkan padi yang bergoyang perlahan seolah ikut serta mengucapkan selamat tinggal kepada matahari yang tenggelam. Kehidupan desa yang penuh kerja keras ditampilkan tidak dengan nuansa keluh, melainkan dengan syukur dan ketenangan.

Makna Tersirat

Puisi ini menyimpan banyak makna tersirat, salah satunya adalah bahwa hidup tidak semata-mata soal hasil akhir, melainkan juga tentang proses yang dijalani dengan tulus dan sederhana. Kalimat terakhir dalam bait penutup, “Bahwa keindahan bukan hanya hasil, / Tapi juga proses yang sederhana”, menegaskan gagasan ini dengan elegan.

Senja menjadi metafora dari akhir hari, yang menunjukkan bahwa segala sesuatu memiliki waktunya sendiri, termasuk waktu untuk bekerja dan waktu untuk beristirahat. Proses kerja petani, burung yang kembali ke sarang, serta padi yang menari diterpa angin merupakan simbol siklus kehidupan yang seimbang. Ada pesan bahwa manusia semestinya menyatu dengan alam dan mensyukuri proses sehari-hari, bukan sekadar menunggu pencapaian besar.

Majas

Moh Akbar Dimas Mozaki menggunakan sejumlah majas untuk memperindah puisinya dan memperdalam makna. Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi, seperti dalam larik “Langit berubah jadi lukisan tenang” dan “Padi-padi bergoyang perlahan, / Seperti mengucapkan selamat malam”. Dalam baris ini, langit dan padi digambarkan memiliki sifat manusiawi, yakni bisa berubah menjadi "lukisan tenang" dan bisa "mengucapkan selamat malam".
  • Metafora, seperti “Langit berubah jadi lukisan tenang”, yang mengibaratkan langit sebagai lukisan, menyiratkan kedamaian visual yang menyentuh batin.
  • Hiperbola ringan, bisa dirasakan dalam “Di tanah yang baru saja dipeluk senja”, menampilkan efek puitis untuk memperkuat kedekatan alam dengan waktu.
Penggunaan majas tersebut memberi kekayaan rasa dan imajinasi, menjadikan puisi ini bukan sekadar deskriptif, melainkan juga reflektif.

Imaji

Kekuatan utama puisi ini juga terletak pada imaji yang dibangunnya. Imaji visual sangat mendominasi: warna jingga di langit, burung terbang pulang, padi yang bergoyang, petani berjalan meninggalkan sawah, semuanya membentuk rangkaian gambar yang mudah dibayangkan oleh pembaca. Imaji tersebut memperkuat suasana damai dan melankolis, serta meneguhkan pesan bahwa ada keindahan yang sederhana namun penuh makna dalam aktivitas sehari-hari.

Selain imaji visual, ada juga imaji perasaan, yaitu rasa tenang, syukur, dan damai yang menyelimuti suasana senja di desa. Pembaca seolah diajak untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan modern dan menyelami keheningan yang penuh hikmah.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa kehidupan harus dijalani dengan syukur dan kesadaran terhadap proses yang dilalui, bukan hanya terfokus pada hasil. Penyair ingin menyampaikan bahwa ada kebijaksanaan dalam rutinitas yang sederhana: bekerja dengan sepenuh hati, menyatu dengan alam, dan memberi waktu untuk merenung serta beristirahat.

Puisi ini juga mengajarkan bahwa keindahan bisa ditemukan di tempat yang tidak selalu mencolok—seperti senja di ujung sawah yang hening, namun penuh makna. Dalam dunia yang serba cepat dan kompetitif, puisi ini mengingatkan bahwa ketenangan, kedekatan dengan alam, dan penerimaan terhadap siklus hidup adalah nilai-nilai penting yang perlu dijaga.

Puisi "Senja di Ujung Sawah" karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah perwujudan kesederhanaan yang kaya makna. Dengan mengambil latar alam dan kehidupan desa, penyair menghadirkan refleksi tentang waktu, proses, dan syukur. Melalui tema yang kuat, makna tersirat yang mendalam, dan penggunaan majas serta imaji yang kaya, puisi ini menjadi karya yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga menggugah secara emosional dan spiritual.

Dalam dunia yang sering mengabaikan hal-hal kecil namun bermakna, puisi ini hadir sebagai pengingat bahwa senja, sawah, dan keheningan pun bisa menjadi pelajaran hidup—asal kita mau berhenti sejenak dan memperhatikannya.

Puisi Moh Akbar Dimas Mozaki
Puisi: Senja di Ujung Sawah
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki

Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
  • Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.