Seorang Anak Berlari dalam Bayang-Bayang
Ketika Mentari Sembunyi di Balik Wajahnya
mentari merangkak di selangkangan senja
menampik sunyi yang bersembunyi
ketika tungkai lengkara meranggas manja
seorang anak merintih dalam nyanyi
melepas palka bunda dalam keranda
ketika dukana berbagai dalam risi
denai merenda lesi yang tinggal
jangan lagi timbang-menimbang
jangan lagi singgang-menyinggang
ah, mentari menangkap lagi wajahnya
seorang anak tadi pun berlari-lari memainkan sunyi
renyahnya jumpa pada senja
jenjang pun ditelusuri
dalam anjang permaisuri
(renangnya dalam buai jamba)
selenggaralah sudah
lelahlah sudah
(renangnya dalam cerai samba)
bocah itu tangkap lagi bayang-bayang
dalam sekap tembang
kendati pasrah melindang
jangan lagi pacu, jangan lagi rancu
biarkan mentari dibeberkan dukana
biarkan sendu menetas randu
ah, sunyinya di sini
1978
Sumber: Obsesi (1985)
Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Anak Berlari dalam Bayang-Bayang" karya Sutan Iwan Soekri Munaf adalah karya yang kaya dengan simbolisme dan kedalaman emosi. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perjalanan batin seorang anak yang mengalami kehilangan dan berusaha untuk melarikan diri dari kesunyian yang melingkupi hidupnya. Dengan bahasa yang penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang penderitaan, perjuangan, dan pencarian makna di tengah kehidupan yang penuh dengan bayang-bayang.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kehilangan, kesunyian, dan perjuangan batin. Puisi ini menggambarkan perasaan seorang anak yang kehilangan sosok ibu, yang tercermin dalam tindakan berlari dan berusaha melupakan kesedihan. Penyair menekankan tema tentang perjalanan emosional yang penuh dengan penderitaan dan kesunyian, yang digambarkan melalui gambaran sunyi yang bersembunyi dan perjalanan anak yang berlari dalam bayang-bayang. Selain itu, puisi ini juga menggambarkan tema tentang pencarian makna dalam hidup, meskipun terjebak dalam kesedihan dan bayang-bayang masa lalu.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang menghadapi kehilangan besar, terutama kehilangan sosok ibu yang digambarkan dengan simbol "palka bunda dalam keranda". Penyair mengajak pembaca untuk merasakan perjalanan batin anak tersebut yang melibatkan perasaan rindu, kesedihan, dan pencarian kedamaian. Anak itu berlari dalam bayang-bayang, mencoba melupakan kenyataan pahit yang ada di sekitarnya. Puisi ini juga mencerminkan upaya melupakan rasa sakit, meskipun itu terasa sulit dan penuh dengan kebingungan.
Bait-bait puisi seperti:
- "seorang anak merintih dalam nyanyi melepas palka bunda dalam keranda" menggambarkan perasaan kehilangan yang dalam terhadap sosok ibu.
- "seorang anak tadi pun berlari-lari memainkan sunyi" menunjukkan upaya anak untuk menghindari kesunyian yang datang setelah kehilangan.
- "bocah itu tangkap lagi bayang-bayang dalam sekap tembang" menggambarkan betapa anak tersebut berusaha untuk mengatasi kesedihan dengan cara yang tidak sepenuhnya bisa dipahami.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini berkaitan dengan proses pengolahan kesedihan dan penerimaan terhadap kenyataan yang menyakitkan. Penyair menggunakan gambaran seperti "berlari dalam bayang-bayang" untuk menunjukkan bagaimana seseorang berusaha melupakan atau menghindari rasa sakit yang datang akibat kehilangan. Bayang-bayang di sini bisa diartikan sebagai simbol dari kenangan atau trauma yang terus menghantui. Penyair juga memberikan gambaran tentang penerimaan yang tidak sepenuhnya sempurna, namun berusaha untuk menerima kenyataan dengan cara yang sangat pribadi dan emosional.
Makna lain yang tersirat adalah bahwa meskipun ada kesunyian dan kesedihan, ada juga pencarian untuk kedamaian, yang digambarkan dengan upaya anak tersebut "berlari-lari memainkan sunyi". Meskipun kesepian mendalam, pencarian untuk mengatasi itu menjadi bagian dari perjalanan hidup yang harus dijalani.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa gelap dan melankolis, penuh dengan kesunyian yang dalam dan rasa kehilangan yang tak terkatakan. Gambaran seperti "mentari merangkak di selangkangan senja" dan "seorang anak merintih dalam nyanyi" memperkuat suasana yang penuh dengan kesedihan, keheningan, dan perasaan hampa. Penyair menggunakan elemen alam seperti mentari dan senja untuk menggambarkan perubahan emosi yang dialami anak tersebut. Senja, yang sering kali menjadi simbol dari akhir atau perpisahan, memberi nuansa dramatis pada suasana puisi ini.
Selain itu, kata-kata seperti "sepi", "sunyi", dan "bayang-bayang" menambah kesan bahwa suasana yang digambarkan adalah suasana penuh dengan kepedihan dan keheningan. Keheningan ini bisa diartikan sebagai kondisi batin yang terhenti atau terperangkap dalam rasa kehilangan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan tentang kesabaran dalam menghadapi kehilangan dan proses panjang untuk menerima kenyataan. Meskipun berlari dalam bayang-bayang, ada usaha yang dilakukan untuk mencapai penerimaan dan kedamaian. Penyair juga mengingatkan bahwa, meskipun kita sering berusaha menghindari kesedihan dan kesunyian, pada akhirnya kita harus belajar untuk menerima dan menjalani hidup dengan segala rasa sakit yang ada. Puisi ini menggambarkan pentingnya perjalanan batin yang penuh dengan rasa sakit dan pengorbanan demi mencapai kedamaian dalam diri.
Imaji
Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat dan menggugah perasaan, yang menggambarkan perjalanan batin seorang anak dalam menghadapi kesedihan. Beberapa imaji yang muncul adalah:
- "mentari merangkak di selangkangan senja" – menggambarkan waktu senja yang melambangkan perpisahan dan akhir.
- "seorang anak merintih dalam nyanyi" – imaji yang menggambarkan perasaan rindu dan kesedihan yang mendalam.
- "bocah itu tangkap lagi bayang-bayang dalam sekap tembang" – menunjukkan bagaimana bayang-bayang kenangan terus mengikuti dan menangkap anak tersebut dalam perjalanan hidupnya.
- "renangnya dalam buai jamba", "renangnya dalam cerai samba" – menciptakan gambaran tentang perjuangan untuk bertahan hidup di tengah kepedihan dan kehilangan.
Majas
Puisi ini juga memanfaatkan berbagai majas untuk memperkuat pesan dan suasana hati yang ingin disampaikan. Beberapa majas yang terdapat dalam puisi ini adalah:
- Metafora: "mentari merangkak di selangkangan senja" – menggambarkan perasaan akhir atau perpisahan melalui waktu senja.
- Personifikasi: "mentari menangkap lagi wajahnya" – memberi kehidupan pada matahari, yang seolah-olah dapat menangkap perasaan anak tersebut.
- Simbolisme: "bayang-bayang" – simbol dari kenangan atau kesedihan yang terus menghantui.
Puisi "Seorang Anak Berlari dalam Bayang-Bayang" karya Sutan Iwan Soekri Munaf adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh dengan simbolisme. Puisi ini menggambarkan perjalanan batin seorang anak yang berusaha menghadapi kehilangan dan kesunyian dengan cara yang penuh perjuangan. Melalui imaji dan majas yang kuat, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang kehilangan, kesedihan, dan penerimaan terhadap kenyataan yang tak terhindarkan. Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang bagaimana kita mengatasi kesulitan dan berusaha menemukan kedamaian meskipun dikelilingi oleh bayang-bayang masa lalu.
Puisi: Seorang Anak Berlari dalam Bayang-Bayang
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf
Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
- Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
- Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
- Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
- Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.
