Analisis Puisi:
Puisi "Ada Haru Ada Sepi" karya Fridolin Ukur adalah karya yang penuh keheningan lembut dan penghayatan mendalam terhadap perjalanan hidup. Dengan struktur puisi yang terdiri dari 7 bait dan jumlah baris yang tidak beraturan, puisi ini tidak mengikuti pola rima yang tetap, mencerminkan kebebasan ekspresi penyair dalam menuangkan pengalaman batin yang sangat personal.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah perenungan atas usia dan kehidupan, khususnya dalam momentum ulang tahun ke-69 tokoh “aku” lirik. Dalam momen tersebut, penyair menangkap dua perasaan besar: haru dan sepi, yang menyatu dalam satu kesadaran akan cinta, kehilangan, dan keberlanjutan hidup.
Puisi ini bercerita tentang momen ulang tahun ke-69 tokoh aku, yang dirayakan bersama sahabat dan keluarga, namun juga dirundung oleh rasa sepi karena kekasih tercinta sudah tiada—telah "jauh di seberang". Ini adalah refleksi akan pencapaian usia yang matang, disambut hangat oleh orang-orang terdekat, namun tetap dibayangi oleh duka dan kerinduan kepada sosok yang telah pergi. Haru dan sepi hadir bersamaan, menjadi potret dualitas emosi manusia yang sangat nyata.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini berkaitan dengan kesadaran bahwa kehidupan tidak terlepas dari keberpasangan rasa: haru hadir bersama sepi, cinta bersama kehilangan. Puisi ini juga menyiratkan bahwa cinta sejati tetap hidup meski kematian memisahkan secara fisik. Dalam baris "selamat ulang tahun / suamiku sayang!", kita menemukan suara dari sang kekasih yang telah tiada, seolah masih setia menunggu dalam dimensi yang berbeda.
Unsur Puisi
Beberapa unsur puisi yang tampak dalam karya ini antara lain:
- Diksi: Pemilihan kata-kata seperti "tembang puja", "elus wajah renta", dan "tepi sunyi" menciptakan kesan lembut dan puitis.
- Tipografi: Penataan baris yang tidak seragam memberi nuansa bebas namun intim.
- Perasaan: Dominan nuansa emosi yang mendalam, antara bahagia dan kehilangan.
Imaji
Puisi ini mengandung imaji visual dan perasa yang kuat. Misalnya, pada baris "selembut sayap kupu" dan "bulan redup di pinggir bumi", penyair menciptakan bayangan yang halus dan menyentuh. Imaji ini membangkitkan suasana lembut, penuh keheningan dan renungan.
Majas
Fridolin Ukur menggunakan beberapa majas dalam puisinya, antara lain:
- Personifikasi: "kedamaian yang sangat nyaman / berembus mengelus wajah renta"—kedamaian digambarkan seperti makhluk hidup yang menyentuh secara lembut.
- Metafora: "selembut sayap kupu", "bulan redup di pinggir bumi"—ungkapan metaforis ini menyiratkan suasana batin tokoh lirik.
- Repetisi: Kata "Hari ini" dan "Ada haru / ada sepi" diulang untuk menegaskan kontras perasaan yang dialami.
Amanat
Amanat yang dapat ditarik dari puisi ini adalah bahwa dalam hidup, segala rasa datang beriringan. Kebahagiaan dan kesedihan bukan sesuatu yang harus dipisahkan, melainkan diterima sebagai bagian dari pengalaman manusiawi. Cinta, bahkan ketika telah terpisah oleh kematian, tetap hidup dan bermakna. Dan pada akhirnya, usia bukanlah akhir dari cinta atau kehadiran, melainkan pengingat akan keabadian emosi yang telah dibangun bersama.
Puisi "Ada Haru Ada Sepi" adalah refleksi mendalam akan cinta yang abadi, usia yang matang, dan perasaan manusia yang begitu kompleks namun alami. Melalui gaya bahasa yang lembut dan penuh perenungan, Fridolin Ukur berhasil mengajak pembaca masuk dalam ruang sunyi yang penuh makna.