Adikku!!!
(1)
Peminta-minta, yang
pagi pergi dan senja tiba
pandang, pandang
mengilau sinar pada kemisut mukanya
sekali ini
tidak hanya berpapasan
pandangnya membuka pintu hati
dan aku turut berbagi cahaya
(2)
Buat penghabisan kali kita di sini
tepekur di makam mereka yang kita kasihi
sudah itu, selekas suara menembus udara
kita pergi, pergi daeri daerah kemboja ini
Belum bosankah engkau menangis?
Kau harus kejam terhadap diri
kau harus kasih terhadap diri
segala luka akan lekas sembuh sendiri
asal Mau membaja di hati
Mari pergi, mari pergi
terasakah padamu
liang lahat mendirusi dada
dengan kehangatan darah!
Masih ada pintu terbuka
masih jauh jarak ke senja
dan kita masih punya daya
Kita masih punya daya
daya Mau
daya Doa
daya kerja!!!
Kebayoran, 7 Juli 1953
Sumber: Majalah Mimbar Indonesia (5 September 1953)
Analisis Puisi:
Puisi "Adikku" karya Odeh Suardi adalah karya yang menyentuh sisi emosional dan spiritual manusia dalam menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Terbagi menjadi dua bagian, puisi ini menyuarakan pengalaman personal, penderitaan batin, dan semangat untuk bangkit kembali dengan daya yang dimiliki manusia: kehendak, doa, dan kerja.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesedihan, kehilangan, dan semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Dalam puisinya, Odeh Suardi mengajak pembaca untuk merenungi rasa duka yang mendalam, namun sekaligus menyalakan bara harapan dan keteguhan dalam menghadapi kehidupan.
Puisi ini bercerita tentang hubungan batin antara aku lirik dan adiknya, yang sama-sama mengalami penderitaan akibat kehilangan orang yang mereka kasihi—kemungkinan besar karena kematian, sebagaimana tergambar dalam bagian “tepekur di makam mereka yang kita kasihi”. Di tengah suasana duka itu, sang kakak memberikan dorongan moral dan spiritual kepada adiknya agar tidak tenggelam dalam kesedihan terus-menerus.
Bagian pertama menggambarkan perjumpaan dengan peminta-minta yang memantik rasa iba dan semangat untuk berbagi. Sementara bagian kedua menekankan pada ajak untuk bangkit, menguatkan diri, dan menjalani hidup dengan semangat baru, meski masih dikelilingi luka dan kenangan pahit.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa dalam setiap kesedihan yang dalam, selalu ada peluang untuk kembali bangkit asalkan manusia memiliki kemauan dan keyakinan. Ada ajakan untuk tidak terus-menerus terpenjara dalam duka, dan bahwa kekuatan untuk sembuh berasal dari dalam diri sendiri, yaitu dari daya mau, daya doa, dan daya kerja.
Puisi ini juga menyiratkan pentingnya kasih sayang terhadap diri sendiri sebagai bentuk pertahanan dan penghormatan terhadap kehidupan.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini melankolis, reflektif, sekaligus membangkitkan semangat. Kesedihan dan keteguhan berpadu dalam satu kesatuan yang kuat, menampilkan perjalanan dari kesuraman batin menuju titik terang harapan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Beberapa pesan penting yang disampaikan dalam puisi ini antara lain:
- Jangan terlalu lama terperangkap dalam kesedihan.
- Kasih terhadap diri sendiri adalah awal dari pemulihan.
- Hidup tetap harus dilanjutkan, meski luka masih terasa.
- Setiap manusia memiliki daya untuk bangkit: kehendak, doa, dan kerja.
Imaji
Puisi ini memuat beberapa imaji visual dan emosional yang kuat, di antaranya:
- “pagi pergi dan senja tiba” → menggambarkan kehidupan para peminta-minta yang penuh kepenatan.
- “tepekur di makam mereka yang kita kasihi” → menghadirkan imaji duka dan kehilangan.
- “liang lahat mendirusi dada dengan kehangatan darah!” → membentuk gambaran kontras antara kematian dan semangat hidup yang masih membara.
Majas
Puisi ini kaya akan majas yang memperkuat suasana dan pesan:
- Personifikasi: “pandangnya membuka pintu hati” → pandangan digambarkan memiliki kekuatan menggerakkan hati.
- Metafora: “liang lahat mendirusi dada” → kubur sebagai lambang duka mendalam yang menusuk perasaan.
- Repetisi: “Mari pergi, mari pergi” dan “Kita masih punya daya” → penegasan semangat dan ajakan untuk bergerak maju.
Puisi "Adikku" karya Odeh Suardi adalah karya yang memadukan kesedihan, refleksi, dan semangat hidup secara menyeluruh. Dengan pilihan kata yang kuat dan puitis, puisi ini menunjukkan bahwa meski luka dan kehilangan menyelimuti hidup, manusia tetap memiliki kemampuan untuk bangkit dan melanjutkan hidup dengan kekuatan doa, kehendak, dan kerja.
Karya: Odeh Suardi
Biodata Odeh Suardi:
- Odeh Suardi lahir pada tanggal 6 September 1930 di Sumedang.