Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Berantakan (Karya Melki Deni)

Puisi “Berantakan” karya Melki Deni bercerita tentang kegelisahan penyair terhadap tatanan dunia yang timpang dan penuh kepalsuan, terutama ...

Berantakan

di taman samping kiri Istana Kerajaan Madrid aku duduk dan bertanya
mengapa mereka tidak suka kegelapan; dari sana dan di sana, katanya,
lahirlah kejahatan—kejahatan adalah musuh terang, kebaikan, cahaya.

Manusia Pertama melahirkan tragedi berantakan sepanjang zaman
Manusia Baru mengharmonikan yang berantakan, tetapi kejahatan
seolah-olah menjadi darah daging atas nama kebebasan setiap insan

di sini kita merayakan kebebasan,
di sana mereka menjual-belikan kebebasan kita atas nama kedaulatan
di sini kita mengklaim yang-bepunya-hak atas kehidupan yang layak
di sana mereka mengontrol dan merampas kita atas nama hak

seperti pentas teater, berperang juga menciptakan kejutan
kejutan membunuh—kejutan menciptakan ketakutan
seperti berperang, pembunuhan juga adalah seni
seni bela diri— seni membasmi yang bukan bagian dari kita-kami

tetapi kejahatan zaman sekarang dirancang di ruang mewah bercahaya tinggi
di mana para penguasa tinggi mengekalkan diri dengan membasmi
tetapi berantakan zaman ini diprogramkan di ruang putih nan mewah
di mana kejahatan dipertontonkan agar mendapatkan wah dari mereka yang diperah

Madrid, 8 Juni 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Berantakan” karya Melki Deni merupakan sebuah karya yang tajam dan reflektif, mengangkat persoalan tentang kejahatan, kekuasaan, dan kebebasan dalam konteks sosial dan politik modern. Melalui diksi puitis dan alusi sosial yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk menyelami kompleksitas moral zaman kini, di mana kejahatan tidak lagi identik dengan kegelapan, melainkan justru diselubungi oleh cahaya dan kemewahan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah konflik antara kejahatan dan kebaikan dalam konteks kekuasaan, kebebasan, dan manipulasi politik. Tema ini dikembangkan lewat kontras antara cahaya dan kegelapan, antara klaim kebebasan dan praktik perampasan, serta antara kemewahan dan penderitaan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyentuh kritik terhadap kemunafikan kekuasaan modern, yang menyelimuti kejahatan dalam retorika kebaikan, kemewahan, dan legitimasi hukum. Melki Deni seakan ingin menyampaikan bahwa kejahatan masa kini tidak lagi dilakukan di tempat gelap secara sembunyi-sembunyi, tetapi justru dirancang dan diprogramkan di ruang-ruang terang yang mewah, sering kali oleh mereka yang memiliki kekuasaan besar.

Puisi ini bercerita tentang kegelisahan penyair terhadap tatanan dunia yang timpang dan penuh kepalsuan, terutama mengenai:
  • bagaimana kejahatan justru menjadi bagian dari sistem kekuasaan,
  • bagaimana kebebasan digunakan sebagai dalih untuk menindas,
  • dan bagaimana perang serta pembunuhan dijustifikasi sebagai bagian dari seni atau kebijakan politik.
Pembaca diajak merenung melalui perenungan penyair yang dimulai dari taman Istana Kerajaan Madrid—simbol dari pusat kekuasaan dan kemewahan—menuju perenungan global tentang dunia yang “berantakan”.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini gelisah, tajam, dan kritis. Ada kegelisahan batin yang terasa konstan dalam setiap bait, mencerminkan kemuakan terhadap ketidakadilan dan kesadaran akan absurditas tatanan sosial saat ini. Ini bukan puisi yang melankolis, melainkan puisi dengan nada perlawanan dan skeptisisme.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Beberapa amanat atau pesan yang bisa ditarik dari puisi ini antara lain:
  • Jangan tertipu oleh kilau kekuasaan dan kemewahan; sering kali kejahatan justru lahir dari sana.
  • Kebebasan harus diperjuangkan dan dipertahankan dengan sadar, karena ia bisa dijual-belikan atas nama kekuasaan.
  • Dunia modern tak sepenuhnya hitam-putih; kejahatan dapat hadir dengan wajah sopan dan dibalut keanggunan.
  • Rakyat harus kritis terhadap narasi besar yang dijajakan oleh elite penguasa.

Imaji

Puisi ini penuh imaji sosial dan politik yang kuat:
  • “taman samping kiri Istana Kerajaan Madrid” menghadirkan gambaran realitas geografis dan simbol kekuasaan Eropa.
  • “ruang putih nan mewah”, “pentas teater”, “ruang mewah bercahaya tinggi” menciptakan imaji ruang elit yang kontras dengan penderitaan rakyat.
Imaji kebebasan yang diklaim namun diperjualbelikan menampilkan keganjilan sosial yang menohok.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Paradoks: “kejahatan zaman sekarang dirancang di ruang mewah bercahaya tinggi” – kejahatan justru muncul dari tempat yang terang dan elitis.
  • Metafora: “berantakan zaman ini diprogramkan” – menggambarkan kekacauan sebagai hasil dari perencanaan, bukan ketidaksengajaan.
  • Personifikasi: “kejahatan dipertontonkan agar mendapatkan wah” – kejahatan digambarkan sebagai aktor dalam teater publik.
  • Antitesis: Kontras antara di sini dan di sana, antara kebebasan dan perampasan, memperkuat pesan tentang ironi dan manipulasi kekuasaan.
Puisi “Berantakan” karya Melki Deni adalah karya puitik yang menggugat sistem dan kesadaran kolektif, mengajak pembaca untuk melihat ke dalam ruang-ruang kekuasaan yang gemerlap namun menyimpan kebusukan. Melalui tema kejahatan, kebebasan, dan kekuasaan, penyair menyampaikan bahwa dunia kita sedang tidak baik-baik saja—bahkan sudah “berantakan”—dan itu bukanlah kecelakaan, melainkan hasil dari program yang sistematis.

Puisi Melki Deni
Puisi: Berantakan
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni saat ini sedang menempuh pendidikan di Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.