Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bersayang-sayangan (Karya Rustam Effendi)

Puisi "Bersayang-sayangan" karya Rustam Effendi bercerita tentang pentingnya menumbuhkan kasih sayang sebagai dasar hubungan antarmanusia.
Bersayang-sayangan

Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.
Pupuklah sayang dalam dadamu.
Jadikan “Sayang” pokok pekerjaan,
Lezatnya kau petik di dalam kalbu.
    Inilah buah kesuma nurani.

Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.
Jadikan sayang untuk pembunuh
segala khizit dendam permusuhan.
Sebab ini pangkal perbuatan kumuh.
    Inilah mara yang kita takuti.

Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.
Ikatkan lidah dengan cintamu,
supaya jangan menjadi penyesalan.
Lidah ini pokok segala udu.
    Hanyalah sayang yang dapat melési.

Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.
Banyaklah sesal sudah menangis,
menurut handai ke pintu kuburan,
memohonkan ampun, ratap mengemis
    kepada mayat yang tidak berbunyi.

Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.
Tanamkan sayang dalam dadamu.
Jadikan cinta pokok perbuatan,
Lezatnya kau rasa seluruh tubuh.
    Itulah bibit sejaht'ra manusi.

Sumber: Puitika Roestam Effendi dan Percikan Permenungan (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Bersayang-sayangan" karya Rustam Effendi merupakan karya yang sederhana dari segi bentuk, namun sarat makna dalam kandungannya. Puisi ini terdiri dari 5 bait, masing-masing 5 baris, dengan struktur yang berulang dan konsisten. Meski pendek, puisi ini memberikan pesan moral yang dalam dan menyentuh akar persoalan manusia: kurangnya kasih sayang antarsesama.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kasih sayang dan kemanusiaan. Rustam Effendi ingin menyampaikan pentingnya menanamkan sikap saling menyayangi antarsesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa rasa sayang bukan hanya perasaan, melainkan pokok pekerjaan yang harus diusahakan terus-menerus.

Puisi ini bercerita tentang pentingnya menumbuhkan kasih sayang sebagai dasar hubungan antarmanusia. Melalui ajakan yang berulang pada setiap bait—“Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.”—penyair menekankan bahwa sikap saling menyayangi adalah penangkal dari kebencian, dendam, dan penyesalan. Tanpa kasih sayang, manusia mudah terjebak dalam pertengkaran, fitnah, dan sesal yang datang terlambat.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini mencerminkan pemikiran mendalam tentang kehidupan sosial dan moral manusia. Di antaranya:
  • Sayang bukan sekadar emosi, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
  • Permusuhan dan kebencian adalah penyakit sosial, dan hanya bisa disembuhkan dengan cinta.
  • Ucapan yang tidak dijaga (lidah) bisa melukai, dan hanya cinta yang bisa menjadi pelindungnya.
  • Penyesalan selalu datang terlambat, bahkan tangisan di depan kuburan tak lagi berarti bila sayang tak pernah ditunjukkan saat masih hidup.

Unsur Puisi

Beberapa unsur puisi yang menonjol dalam karya ini meliputi:
  • Struktur: 5 bait dengan masing-masing 5 baris.
  • Diksi: Pilihan kata-kata klasik dan halus seperti “kesuma nurani”, “khizit”, “melési”, yang memberi nuansa puitis dan menyiratkan kebijaksanaan.
  • Repetisi: Kalimat “Sayang bersayanganlah, kamu sesamamu manusi.” yang terus diulang sebagai pengingat kuat.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini membangun suasana perenungan, lembut, dan menyentuh hati, seolah ingin mengajak pembaca untuk berhenti sejenak dan merenungkan kembali bagaimana mereka memperlakukan sesamanya. Ada nada kasih, keprihatinan, dan nasihat moral yang mendalam.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Rustam Effendi menyampaikan amanat bahwa:
  • Kasih sayang adalah dasar kehidupan bermasyarakat yang damai dan sejahtera.
  • Kata-kata yang diucapkan tanpa kasih bisa merusak, dan karena itu harus dikendalikan oleh cinta.
  • Saling menyayangi harus dilakukan saat masih hidup, bukan hanya ditangisi setelah kematian.
  • Cinta adalah benih kesejahteraan manusia, bukan hanya dalam hati, tapi juga dalam tindakan sehari-hari.

Imaji

Meskipun imaji dalam puisi ini bersifat simbolik dan abstrak, beberapa bayangan kuat tetap terasa, misalnya:
  • Imaji emosional: ratap mengemis di kuburan, menciptakan bayangan penyesalan yang terlambat.
  • Imaji rasa: “lezatnya kau rasa seluruh tubuh” memberi kesan bahwa cinta dapat dirasakan secara nyata, seperti kenikmatan fisik dan spiritual.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Repetisi: Pengulangan kalimat awal di setiap bait memperkuat pesan utama.
  • Metafora: “kesuma nurani” (bunga hati nurani), “lidah ini pokok segala udu” (lidah sebagai sumber masalah), yang menggambarkan konsep abstrak secara konkret.
  • Personifikasi: “cinta dapat melési” — cinta digambarkan bisa melindungi seperti manusia yang memberi salep atau penawar.
  • Hiperbola: Tangisan di kuburan yang digambarkan sebagai ratapan sia-sia memperkuat kesan penyesalan mendalam.
Puisi "Bersayang-sayangan" karya Rustam Effendi adalah seruan moral dan spiritual yang kuat. Dengan struktur yang teratur, gaya bahasa puitis, dan pengulangan ajakan untuk menyayangi sesama manusia, puisi ini mengingatkan kita bahwa cinta dan kasih sayang adalah fondasi utama bagi kehidupan manusia yang bermartabat.

Rustam Effendi
Puisi: Bersayang-sayangan
Karya: Rustam Effendi

Biodata Roestam Effendi:
  • Rustam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat.
  • Rustam Effendi meninggal dunia pada tanggal 24 Mei 1979 (pada usia 76) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.