Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bisikan Daun-Daun Sabda (Karya Sindhunata)

Puisi "Bisikan Daun-Daun Sabda" karya Sindhunata bercerita tentang perenungan seorang tokoh lirik terhadap masa lalu, cinta, dan suara-suara alam ...
Bisikan Daun-Daun Sabda

Malam tenggelam tanpa kata
Telah tidur daun mudanya
Layu termakan rindu
Menanti pagi yang semu

Malam diam tanpa pesona
Masih terjaga daun tuanya
Kering, bergemerisik tertiup angin
Menyanyi gembira dalam dingin

Tiada kata berbulan mesra
Hanya suara daun-daun tua
Gemerisik berbisik-bisik
Merdu dengan keheningan langit

Mas, bukankah kau dulu bilang
Biarlah tetap manis kita punya angan-angan
Kendati pahit apa yang kita hadapi sekarang
Hidup kita akan berjalan perlahan-lahan

Suara itu menggugah aku
Dan jatuhlah daun-daun tua itu
Menyanyikan bisikan sabda-Nya
Tegakah kau mendiamkan cintaku pada dunia?

2001

Analisis Puisi:

Puisi "Bisikan Daun-Daun Sabda" karya Sindhunata menyajikan perpaduan antara kontemplasi, keheningan malam, dan refleksi cinta serta kehidupan. Puisi ini terdiri dari 5 bait, masing-masing 4 baris, dengan gaya bahasa yang lembut dan penuh nuansa simbolik. Setiap bait seakan mengalirkan makna yang menghubungkan alam dengan jiwa manusia.

Tema

Tema utama puisi ini adalah renungan tentang kehidupan, cinta, dan kefanaan. Lewat simbol-simbol alam, khususnya daun-daun tua dan malam, penyair menyampaikan suasana batin yang penuh penantian, pengharapan, dan penerimaan terhadap perjalanan hidup yang tak selalu indah.

Puisi ini bercerita tentang perenungan seorang tokoh lirik terhadap masa lalu, cinta, dan suara-suara alam yang menggambarkan kesetiaan hidup dalam keheningan. Daun-daun menjadi metafora dari perjalanan usia, rindu, dan kebijaksanaan yang tumbuh perlahan seiring waktu. Dialog batin juga muncul pada bait keempat, saat kenangan tentang janji atau harapan masa lalu kembali diingat.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini berkisar pada:
  • Keterhubungan manusia dengan alam: Daun-daun yang bergemerisik menjadi simbol komunikasi batin dan pesan spiritual.
  • Kesetiaan dalam ketidakpastian: Meski kenyataan pahit, tokoh lirik tetap memeluk angan-angannya.
  • Refleksi spiritual: Pada bait terakhir, suara alam disebut menyanyikan “sabda-Nya” — menandakan bahwa dalam keheningan dan alam, terdapat pesan ilahi yang membangkitkan kesadaran jiwa.

Unsur Puisi

Beberapa unsur puisi yang menonjol dalam karya ini:
  • Diksi: Pemilihan kata-kata seperti “layu”, “gemerisik”, “merdu”, dan “sabda” menciptakan nuansa puitis sekaligus kontemplatif.
  • Simbolisme: Daun-daun muda dan tua menjadi simbol dari usia, perjalanan waktu, dan siklus kehidupan.
  • Dialog: Bait keempat menunjukkan interaksi antara tokoh lirik dengan seseorang dari masa lalu, yang menguatkan unsur emosional dan personal dalam puisi ini.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang dibangun sangat hening, dingin, dan reflektif. Ada kesedihan yang tidak meledak, tapi justru mengalir dalam kebisuan malam. Ada juga kehangatan samar dari kenangan dan janji yang pernah diucap, serta ketenangan batin yang hadir dalam menerima kenyataan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan tentang:
  • Kebijaksanaan dalam menerima kenyataan hidup.
  • Menemukan makna dalam keheningan dan alam, karena di sanalah sering kali “sabda” kehidupan berbicara.
  • Cinta dan harapan tidak harus selalu manis, tapi bisa tetap indah dalam kesetiaan dan ketulusan.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji alam, antara lain:
  • Visual: "daun muda tidur", "daun tua kering", "langit yang hening"
  • Auditorial: “gemerisik”, “bisik-bisik”, “menyanyi dalam dingin” — semua ini menghidupkan suara-suara malam dan alam yang seolah menjadi narator spiritual.

Majas

Beberapa majas yang digunakan:
  • Personifikasi: Daun-daun digambarkan bisa “menyanyi”, “menanti”, dan “berbisik”, memberikan kehidupan pada unsur alam.
  • Metafora: “Daun tua” dan “daun muda” menjadi metafora untuk usia dan fase kehidupan.
  • Apostrof (sindiran halus atau ajakan): Misalnya pada kalimat “Tegakah kau mendiamkan cintaku pada dunia?” – ini bentuk pertanyaan retoris penuh makna emosional dan spiritual.
Puisi "Bisikan Daun-Daun Sabda" adalah karya yang merangkum renungan eksistensial, cinta, dan spiritualitas dalam suasana alam yang sepi namun kaya makna. Sindhunata tidak hanya mengajak pembaca menyelami keindahan bahasa, tetapi juga mengajak merenung tentang arah hidup dan kehadiran sabda ilahi di balik kesunyian dunia.

Puisi: Bisikan Daun-daun Sabda
Puisi: Bisikan Daun-Daun Sabda
Karya: Sindhunata

Biodata Sindhunata:
  • Nama lengkap Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, S.J.
  • Sindhunata (juga dikenal dengan panggilan Rama Sindhu) lahir di Kota Batu, Jawa Timur, Indonesia, pada tanggal 12 Mei 1952.
  • Sindhunata adalah salah satu sastrawan angkatan 1980-1990an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.