Dikir
banyu tanpa geni, geni tanpa banyu
allahu, allahu
urip tanpa pati, pati tanpa urip
allahu-allahu
ana hu kang kapisan
prenjak ngganter ing kebonan
ana hu kapindho
manuk kacer nggolek jodho
ana hu, ana hu
hu allah, hu allah hu
ing pucuke gunung tursina
ing sir hu kang nyata
iki dikire seh maulana
ora lebar yen mung sedina
ana hu kang kaping telu
hune manuk sikatan.
lan kapae swara hu
urip kang tanpa canthelan
kembang mboreh kembang sulaman
aja goreh aja pilikan
awit leluhurmu atembang hu
awit leluhurmu angidung hu hu
bening kinclonge telaga
ayo disemak jiwa lan raga.
Juni, 1986
Sumber: Antologi Puisi Jawa Modern Jawa Timur 1981-2008 (2011)
Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk seni sastra yang memungkinkan penyair untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam dan pemikiran kompleks melalui kata-kata yang terpilih. Puisi "Dikir" karya Suripan Sadi Hutomo adalah contoh karya yang memiliki makna dalam dan mengeksplorasi tema-tema kehidupan, spiritualitas, dan relasi manusia dengan alam serta Tuhan.
Tema Puisi: Tema utama yang ada dalam puisi ini adalah tentang kesatuan, hubungan manusia dengan alam, serta pencarian spiritualitas dan makna dalam hidup. Puisi ini membahas konsep dualitas dan keselarasan dalam kehidupan, seperti "banyu tanpa geni, geni tanpa banyu," dan "urip tanpa pati, pati tanpa urip." Tema ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana segala sesuatu dalam kehidupan saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain.
Struktur dan Bahasa: Puisi ini memiliki struktur yang sederhana, dengan beberapa baris dalam setiap bait. Penggunaan bahasa Jawa memberikan nuansa khas dan identitas budaya pada puisi ini. Bahasa yang digunakan sederhana namun sarat dengan makna, memperkuat esensi puisi dalam menyampaikan pesan-pesan yang mendalam.
Gambaran dan Irama: Penyair menggunakan beberapa gambaran alam seperti "gunung tursina" dan "telaga" untuk mengilustrasikan keindahan dan kedalaman alam serta keterhubungannya dengan kehidupan manusia. Irama puisi ini juga memiliki pola yang teratur, dengan pengulangan frasa "ana hu" dan "hu allah" yang memberikan keunikan dan ritme pada puisi.
Pesan dan Makna: Pesan yang terdapat dalam puisi ini adalah tentang keselarasan dalam kehidupan dan hubungan manusia dengan alam serta Tuhan. Konsep "ana hu" (aku adalah Dia) menggambarkan penyadaran akan keberadaan Tuhan di dalam diri manusia dan alam. Puisi ini juga menunjukkan perlunya refleksi dan introspeksi dalam mencari makna hidup yang lebih dalam.
Konteks Budaya dan Religius: Puisi ini memiliki unsur-unsur budaya Jawa dan nilai-nilai religius, seperti penggunaan frasa "allahu, allahu" yang menunjukkan panggilan kepada Tuhan. Penggunaan bahasa Jawa juga memberikan rasa keakraban dan menghubungkan puisi dengan identitas budaya.
Puisi "Dikir" karya Suripan Sadi Hutomo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan tentang keselarasan dan kesatuan dalam kehidupan manusia, alam, dan spiritualitas. Melalui penggunaan bahasa Jawa dan gambaran alam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan mereka dengan alam semesta dan pencarian makna dalam hidup. Pesan-pesan tentang dualitas, harmoni, dan pencarian spiritualitas membuat puisi ini menjadi karya yang penuh refleksi dan pemahaman mendalam tentang hakikat kehidupan.
Karya: Suripan Sadi Hutomo
Biodata Suripan Sadi Hutomo:
- Suripan Sadi Hutomo lahir pada tanggal 5 Februari 1940 di Ngawen, Blora.
- Suripan Sadi Hutomo meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 2001 di Surabaya.