Kamar Kosong
Selarut ini malam sudah
sebuah jendela masih terbuka
dari kamar setia menanti
Terdengar di bilik lain
sedu ibu dan sedu perawan
meratapi kekasih tak pulang-pulang
Dia, Yahudi buruan
petualang kebencian langit dan bumi
lari menjauhi kesedihan kembali
– kini kapal bersendiri
kehilangan kelasi
di teluk sepi
Petualang dambakan kebiruan baru
dari kesesakan yang mengharu
Jakarta, 15 Maret 1954
Sumber: Majalah Zenith (April, 1954)
Analisis Puisi:
Puisi "Kamar Kosong" karya Odeh Suardi adalah sebuah karya lirikal yang menyiratkan kesedihan, kehilangan, dan perpisahan yang tak selesai. Dalam bait-bait pendek dan simbolis, puisi ini menggambarkan tragedi personal yang merentang dalam skala universal, dari kamar kecil hingga petualangan besar di bawah langit dan bumi.
Tema
Tema utama dari puisi ini adalah kehilangan dan penantian yang tak berujung, dengan latar yang melibatkan perpisahan akibat pergolakan atau konflik. Ada juga nuansa pencarian identitas dan kebebasan, terutama dalam sosok tokoh yang digambarkan sebagai “petualang kebencian langit dan bumi”.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kepergian seseorang yang dicintai tak hanya menyisakan ruang fisik yang kosong, tetapi juga melukai batin dan menciptakan ruang emosional yang sunyi dan rawan. Tokoh yang disebut “Yahudi buruan” kemungkinan merupakan simbol dari sosok tertindas atau buronan sejarah, yang menjauh bukan hanya karena kebencian dunia, tapi juga karena luka dalam dirinya sendiri.
Puisi ini juga menyiratkan bahwa perjalanan atau pelarian seseorang sering kali tidak benar-benar menuju pembebasan, tetapi justru meninggalkan jejak luka di tempat asal dan dalam dirinya sendiri.
Puisi ini bercerita tentang kepergian seorang pria—mungkin kekasih, anak, atau sosok yang dicintai—yang meninggalkan sebuah kamar kosong dan dua sosok yang meratap: seorang ibu dan seorang perawan. Ia digambarkan sebagai "Yahudi buruan", sosok yang dikejar, yang mengembara menjauhi penderitaan dan duka, namun kehilangan arah dan tempat kembali.
Simbol kapal yang “kehilangan kelasi” menguatkan gambaran kehilangan arah dan keterasingan, baik dari si tokoh utama maupun orang-orang yang ditinggalkannya.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini sunyi, pilu, dan kontemplatif. Ada keheningan larut malam, tangisan lirih, dan rasa sepi yang mendalam. Semua ini membungkus suasana puisi dengan kesedihan yang mengharu biru.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini antara lain:
- Pergi dari luka bukan berarti menyembuhkannya, justru bisa menoreh luka baru bagi yang ditinggalkan.
- Penderitaan dan pencarian identitas sering kali saling berkelindan, dan meninggalkan bekas dalam diri maupun dalam lingkungan sosial seseorang.
- Kepergian yang tanpa kejelasan menciptakan penderitaan ganda: pada yang pergi dan yang ditinggalkan.
Imaji
Puisi ini memunculkan sejumlah imaji yang kuat dan mendalam:
- “Selarut ini malam sudah / sebuah jendela masih terbuka” → menciptakan gambaran rumah yang menunggu, jendela sebagai simbol harapan.
- “Sedu ibu dan sedu perawan” → imaji bunyi yang melambangkan kesedihan.
- “Kini kapal bersendiri / kehilangan kelasi / di teluk sepi” → metafora visual yang menggambarkan keterasingan dan kehilangan arah.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini:
- Personifikasi: “kapal bersendiri” seakan-akan kapal bisa merasa kesepian.
- Metafora: “petualang kebencian langit dan bumi” menyiratkan seseorang yang dikejar konflik atau trauma global.
- Simbolisme: “jendela terbuka” sebagai simbol harapan, “teluk sepi” sebagai simbol keterasingan, dan “kamar kosong” sebagai simbol luka yang belum terobati.
- Repetisi: penggunaan frasa seperti “sedu ibu dan sedu perawan” menekankan kedalaman perasaan duka.
Puisi “Kamar Kosong” karya Odeh Suardi adalah perenungan sunyi tentang kehilangan, pelarian, dan keterasingan. Dalam bahasa yang sederhana namun kaya makna, puisi ini berhasil menghadirkan gambaran emosi yang dalam melalui suasana hening, tokoh buram, dan simbol-simbol penuh luka. Ia mengingatkan kita bahwa setiap kepergian menyisakan ruang kosong bukan hanya di kamar, tapi juga di hati.
Karya: Odeh Suardi
Biodata Odeh Suardi:
- Odeh Suardi lahir pada tanggal 6 September 1930 di Sumedang.