Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kepadamu Kusampaikan (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi “Kepadamu Kusampaikan” karya Slamet Sukirnanto bercerita tentang seseorang yang sedang berbicara kepada orang terkasih (disebut dengan “dik”)
Kepadamu Kusampaikan

Kepak merpati terbang di jaring mentari
Putih-putih bagai berlayar mega megah abadi
Kepak gagak terbang di jaring mentari
Hitam-hitam bagai awan memendam duka yang dalam
Sungguh, dik, hidup mesti begini
Tentang kasih, maut menagih
Memendam, di dasar hati, antara kau dan aku.

1967

Sumber: Catatan Suasana (1982)
Pernah dimuat di Horison (Agustus, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi berjudul “Kepadamu Kusampaikan” karya Slamet Sukirnanto merupakan sebuah puisi pendek yang hanya terdiri dari 1 bait dengan 7 baris. Meski ringkas, puisi ini memuat kedalaman makna yang melibatkan unsur simbolik, perenungan eksistensial, hingga tafsir emosi yang rumit antara kasih dan kematian.

Tema Puisi: Pertarungan Kasih dan Takdir

Tema utama dari puisi ini adalah pergumulan antara cinta dan kematian, dua kutub emosional yang saling bertolak belakang namun kerap berkelindan dalam hidup manusia. Melalui citraan burung merpati dan gagak, penyair memperlihatkan konflik batin antara harapan dan kenyataan, antara kasih dan kehilangan. Tema ini mengandung nuansa eksistensial dan melankolis, seakan menggambarkan keterbatasan manusia dalam menentukan akhir dari cinta dan hidup.

Makna Tersirat: Simbol Kasih dan Duka di Balik Sayap Burung

Pada permukaan, puisi ini bercerita tentang burung yang terbang di langit pagi (“jaring mentari”). Namun, di balik itu, ada makna simbolik yang dalam. Merpati yang “putih-putih” melambangkan kemurnian cinta dan harapan, sementara gagak yang “hitam-hitam” mewakili kematian, kesedihan, atau tragedi yang membayangi.

Baris “Sungguh, dik, hidup mesti begini” memperkuat kesan bahwa sang penyair sedang berdamai dengan suatu kenyataan pahit, seolah memberi tahu seseorang (mungkin kekasihnya) bahwa hidup memang berisi pergulatan semacam ini: antara cinta yang ingin bertahan dan maut yang tak bisa dihindari.

Makna tersiratnya pun menyentuh persoalan kepasrahan: cinta yang tak sempat terwujud, atau kasih yang harus direlakan demi takdir yang lebih besar.

Unsur-Unsur Puisi

Beberapa unsur penting yang membangun puisi ini antara lain:
  • Judul: Kepadamu Kusampaikan — mengisyaratkan puisi ini bersifat pribadi dan komunikatif, seolah sebuah pengakuan, atau mungkin pengakuan terakhir.
  • Baris dan Bait: 1 bait, 7 baris — bentuk yang padat namun sarat makna.
  • Rima: Tidak mengandung rima akhir yang konsisten, namun repetisi dan paralelisme menciptakan kesan musikal.
  • Diksi: Kata-kata seperti “kepak,” “jaring mentari,” “putih-putih,” “hitam-hitam,” sangat visual dan puitis.
  • Nada: Reflektif, sendu, dan menyimpan renungan.

Imaji: Visual Langit dan Burung yang Kontras

Imaji atau gambaran yang ditimbulkan puisi ini sangat visual dan kontras:
  • “Kepak merpati terbang di jaring mentari” – menggambarkan kebebasan, cahaya, dan keindahan.
  • “Putih-putih bagai berlayar mega megah abadi” – menyiratkan kesucian, ketenangan, bahkan keabadian cinta.
  • “Kepak gagak… hitam-hitam… awan memendam duka” – menggambarkan kesedihan, keresahan, dan kegelapan batin.
Kontras antara warna putih dan hitam, antara merpati dan gagak, memperkuat ketegangan emosi dalam puisi ini. Imaji tersebut juga memberi lapisan tafsir antara harapan dan duka, antara terang dan gelap, antara kasih dan maut.

Majas: Simbolisme, Metafora, dan Paralelisme

Beberapa gaya bahasa (majas) yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Simbolisme: Merpati melambangkan kasih, gagak melambangkan kematian atau duka.
  • Metafora: “Jaring mentari” adalah metafora untuk sinar matahari atau pagi yang menyaring cahaya langit.
  • Paralelisme: Dua baris awal dan dua baris berikutnya disusun secara berpasangan dan simetris, menciptakan struktur paralel dan menekankan kontras antara dua keadaan.
  • Personifikasi: “Awan memendam duka yang dalam” menggambarkan awan sebagai entitas yang bisa merasakan sedih.
  • Repetisi: Pengulangan struktur “Kepak … terbang di jaring mentari” dan “Putih-putih … / Hitam-hitam …” membangun ritme dan kesan mendalam.
Puisi ini secara implisit bercerita tentang seseorang yang sedang berbicara kepada orang terkasih (disebut dengan “dik”) — bisa pasangan, adik, atau figur tertentu. Di tengah refleksi kehidupan, ia menyampaikan bahwa hidup tak melulu tentang cinta yang indah, karena maut dan perpisahan adalah bagian dari kenyataan.

Baris terakhir:

“Memendam, di dasar hati, antara kau dan aku.”

adalah pengakuan yang menyiratkan bahwa ada sesuatu yang belum sempat diucapkan atau diwujudkan — entah cinta yang dipendam, kenangan yang tak usai, atau hubungan yang terputus oleh takdir.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang terselip dalam puisi ini bisa ditafsirkan sebagai berikut:
  • Hidup adalah dualitas: terang dan gelap, kasih dan maut, harapan dan duka berjalan bersisian.
  • Belajarlah menerima kenyataan: meski kasih ada, maut tetap menagih. Cinta yang tak sampai tetap bisa abadi di hati, meski tak bisa diwujudkan.
  • Ada luka yang tak bisa diungkap: dan puisi menjadi cara untuk menyampaikannya.
Puisi “Kepadamu Kusampaikan” adalah refleksi mendalam tentang keterbatasan cinta di hadapan kematian. Dengan simbolisme burung merpati dan gagak, Slamet Sukirnanto membangun dunia imaji yang kontras namun saling mengisi. Meski hanya tujuh baris, puisi ini menyimpan lapisan makna yang kuat dan penuh nuansa.

Melalui perpaduan unsur puisi yang rapi, makna tersirat yang menyentuh, serta gaya bahasa yang elegan, karya ini menunjukkan bahwa puisi tidak harus panjang untuk mampu mengguncang jiwa pembacanya.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Kepadamu Kusampaikan
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.