Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kupu-Kupu Sampek Engtay (Karya Tan Lioe Ie)

Puisi "Kupu-Kupu Sampek Engtay" karya Tan Lioe Ie bercerita tentang kebangkitan cinta yang tak lekang oleh waktu, menggunakan simbol sepasang kupu ...
Kupu-Kupu Sampek Engtay

            sungai mati, tak mengalir
            di atasnya perahu melaju

Tubuh terkubur
Cinta tidak. Maka
        retak nisan
Dan sepasang kupu-kupu
        terbang dari celahnya.

Tak angin, tak hujan dapat menghadang
Di daerah antara, ia hidup
Abad-abad terbang
yang disangga suka kita

Kita suka yang kita hindari. Jalan
samar yang tak hendak kita lalui.

Di daerah antara
risik daun berbisik:
    “kupu-kupu pertanda maut
    kupu-kupu pertanda tamu.”

Maut, tamu bersayap
Tak pernah lelah menerbangkan arwah.

Analisis Puisi:

Puisi "Kupu-Kupu Sampek Engtay" karya Tan Lioe Ie menggambarkan cinta yang melampaui kematian dengan cara simbolik dan filosofis. Karya ini menghadirkan kembali legenda klasik Tiongkok tentang dua kekasih yang tak bisa bersatu dalam hidup, namun akhirnya menyatu dalam kematian, menjelma menjadi sepasang kupu-kupu—lambang cinta yang abadi. Puisi ini menyuguhkan suasana mistis dan kontemplatif, sekaligus menyentuh ranah spiritual dan emosional yang dalam.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta abadi dan pertemuan antara cinta dan kematian. Cinta tidak berakhir di liang kubur; justru ia memperoleh bentuk yang lebih abadi, tak terikat waktu dan raga. Puisi ini juga membahas tema transendensi—bagaimana jiwa dan rasa bisa menembus batas kehidupan dan kematian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kematian bukanlah akhir dari cinta, melainkan sebuah gerbang menuju bentuk cinta yang lebih spiritual. Kupu-kupu sebagai simbol menyiratkan bahwa jiwa-jiwa yang terikat oleh kasih sejati dapat menyatu dan bebas setelah tubuh terkubur. Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa ada keindahan dalam hal-hal yang tak kita pahami sepenuhnya, seperti kematian atau rasa kehilangan.

Puisi ini bercerita tentang kebangkitan cinta yang tak lekang oleh waktu, menggunakan simbol sepasang kupu-kupu yang muncul dari retakan nisan. Ini mengacu pada mitos Sampek Engtay, dua kekasih yang dilarang bersatu semasa hidup, namun kemudian menjadi kupu-kupu setelah meninggal. Perahu yang melaju di sungai mati menggambarkan dunia yang tetap berjalan meski cinta dan kehidupan seseorang telah usai, namun di balik itu, jiwa tetap berkelana.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah mistis, sunyi, dan kontemplatif, menyiratkan kesedihan sekaligus keindahan. Ada semacam ketenangan yang kelam, tetapi juga puitis, seperti perenungan atas kehidupan setelah kematian, dan harapan akan penyatuan yang tidak terjadi di dunia ini.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini adalah:
  • Cinta sejati tak bisa dikubur bersama tubuh; ia akan menemukan jalannya sendiri untuk hidup, bahkan dalam kematian.
  • Selain itu, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan ulang makna hidup, kehilangan, dan hubungan antarjiwa, bahwa kematian bisa menjadi jembatan spiritual, bukan hanya pemisah yang absolut.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji simbolik dan visual yang kuat:
  • “Sungai mati, tak mengalir” → membentuk gambaran suasana mandek dan mati, namun tetap menjadi ruang bergerak (karena “perahu melaju”).
  • “Retak nisan dan sepasang kupu-kupu terbang dari celahnya” → imaji kuat tentang kebangkitan cinta dari kubur.
  • “Risik daun berbisik” → imaji auditori yang menciptakan suasana spiritual dan penuh misteri.
  • “Kupu-kupu pertanda maut / kupu-kupu pertanda tamu” → memberikan makna ganda pada simbol kupu-kupu: antara akhir dan awal.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi:
  • Metafora: “kupu-kupu” sebagai lambang cinta abadi dan roh manusia.
  • Personifikasi: “risik daun berbisik” → daun digambarkan seperti makhluk hidup yang bisa bicara, menyampaikan pesan alam.
  • Paradoks: “kita suka yang kita hindari” → menyoroti ketegangan antara keinginan dan ketakutan manusia terhadap hal-hal tak pasti seperti cinta dan kematian.
  • Simbolisme: nisan, sungai mati, perahu, kupu-kupu → masing-masing menyimbolkan fase hidup, kematian, dan pembebasan spiritual.
Puisi "Kupu-Kupu Sampek Engtay" karya Tan Lioe Ie adalah refleksi puitis tentang cinta dan kematian yang membaur dalam satu tarikan napas. Dengan simbolisme yang kuat dan bahasa yang lirih, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat kematian bukan hanya sebagai perpisahan, tetapi sebagai kelahiran kembali bagi cinta yang sejati. Sepasang kupu-kupu yang terbang dari retakan nisan menjadi lambang bahwa cinta, jika tulus, akan terus hidup—melintasi ruang, waktu, bahkan kematian itu sendiri.

Puisi: Kupu-kupu Sampek Engtay
Puisi: Kupu-Kupu Sampek Engtay
Karya: Tan Lioe Ie

Biodata Tan Lioe Ie:
  • Tan Lioe Ie lahir di Denpasar, Bali, pada tanggal 1 Juni 1958.
  • Tan Lioe Ie adalah salah satu sastrawan angkatan 1980-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.