Kurban
Membayang doa dalam darah
Memancar kasih dari darah
Tiada gelepar senja
Ini bukan akhir segala
Sudah terbuka pintu muka
Menyambut setia
Dalam keteguhan percaya
kekasih merebah di dada
Masa Paskah, 1954
Sumber: Majalah Zenith (April, 1954)
Analisis Puisi:
Puisi "Kurban" karya Odeh Suardi merupakan puisi pendek namun sarat makna, yang merefleksikan tentang pengorbanan dalam bingkai spiritual dan cinta. Dengan gaya bahasa yang simbolis dan puitis, penyair menggambarkan suatu peristiwa pengorbanan yang tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga sangat personal dan emosional.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pengorbanan dan ketulusan cinta. Kata “kurban” tidak hanya merujuk pada makna keagamaan (ritual keimanan), tetapi juga melambangkan penyerahan diri secara ikhlas atas dasar kasih dan keyakinan.
Puisi ini bercerita tentang momen pengorbanan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan cinta, dalam suasana yang tenang dan pasrah. Narasi dalam puisi ini menggambarkan seseorang atau kekasih yang “merebah di dada” bukan karena lelah atau kalah, melainkan karena suatu keputusan batin yang teguh dan tulus untuk memberi — baik secara spiritual maupun emosional.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini sangat kuat dan menyentuh:
- “Doa dalam darah” dan “kasih dari darah” mengisyaratkan bahwa pengorbanan bukanlah sekadar tindakan fisik, melainkan perwujudan dari iman dan kasih yang mengalir dalam diri.
- “Tiada gelepar senja” menunjukkan bahwa kematian atau akhir dari suatu hal tidak dilihat sebagai sesuatu yang menyedihkan, tetapi justru sebagai awal keterbukaan, seperti disebutkan dalam baris “Sudah terbuka pintu muka”.
- Kekasih yang “merebah di dada” bisa dimaknai sebagai seseorang yang telah rela menyerahkan segalanya demi cinta atau keyakinan, bahkan jika itu berarti berakhir dalam kesunyian dan pasrah.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini khidmat, hening, dan syahdu. Tidak ada kesedihan yang meledak-ledak, melainkan ketenangan spiritual yang mendalam. Semacam penerimaan penuh terhadap makna kurban sebagai bentuk cinta dan keyakinan yang paripurna.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
- Pengorbanan sejati lahir dari cinta dan keimanan, bukan karena paksaan.
- Ada keindahan dan ketenangan dalam menerima dan memberi dengan tulus.
- Cinta dan kepercayaan adalah dasar dari segala bentuk pemberian, bahkan dalam pengorbanan yang paling besar sekalipun.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji spiritual dan emosional, seperti:
- “Membayang doa dalam darah” → menghadirkan bayangan pengorbanan yang sakral dan dalam.
- “Memancar kasih dari darah” → menampilkan imaji bahwa cinta sejati bisa lahir dari luka atau pengorbanan.
- “Kekasih merebah di dada” → gambaran keintiman dan kedamaian di akhir suatu perjuangan atau pengabdian.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Doa dalam darah” dan “kasih dari darah” merupakan metafora dari pengorbanan yang dilakukan dengan jiwa dan raga.
- Personifikasi: “Pintu muka menyambut setia” memberikan sifat manusia pada objek mati, menyiratkan dunia spiritual yang terbuka dan siap menerima pengorbanan.
- Paralelisme: Terlihat dalam dua baris awal puisi yang menggunakan struktur mirip (“Membayang...”, “Memancar...”) untuk memperkuat makna puitis dan irama emosional.
Puisi "Kurban" karya Odeh Suardi adalah karya pendek namun sarat makna yang menyentuh aspek spiritual dan emosional dari sebuah pengorbanan. Dalam kesederhanaan lariknya, puisi ini memuat kekuatan besar tentang cinta, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam menghadapi pengorbanan. Odeh Suardi dengan halus menunjukkan bahwa dalam cinta sejati, pengorbanan bukanlah akhir, melainkan awal dari keterbukaan dan penyatuan makna hidup.
Karya: Odeh Suardi
Biodata Odeh Suardi:
- Odeh Suardi lahir pada tanggal 6 September 1930 di Sumedang.