Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mengunjungi Toko Buku Sore Hari (Karya Melki Deni)

Puisi “Mengunjungi Toko Buku Sore Hari” bercerita tentang pengalaman penyair mengunjungi sebuah toko buku di Madrid pada sore hari, yang memicu ...

Mengunjungi Toko Buku Sore Hari

mengunjungi toko buku sore hari di Madrid ini
setelah melihat begitu banyak buku di dalam toko buku:
tidak ada yang baru di bawah langit ini
semua tema kehidupan dan kematian dikupas tak tuntas dalam setiap buku

di sudut toko buku, di antara rak Filsafat dan Agama, aku duduk dan termangu-mangu
menyaksikan orang-orang keluar masuk ke dalam Primark tentu bukan hanya beli baju
Fetisisme dipermainkan érōs. Dan manusia seperti kita, érōs perbabu.
Barangkali aku juga yang suka beli dan membaca buku adalah babu buku

Madrid, 8 Juni 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Mengunjungi Toko Buku Sore Hari” karya Melki Deni adalah potret puitik tentang kegelisahan intelektual dan spiritual manusia modern di tengah hiruk-pikuk budaya konsumerisme. Dalam kesederhanaan suasana—seorang tokoh duduk di toko buku—puisi ini menyimpan perenungan mendalam tentang kehidupan, pengetahuan, dan hasrat manusia.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian makna di tengah kemonotonan pengetahuan dan kehidupan modern. Puisi ini juga mengangkat tema kebosanan eksistensial, kesadaran diri, dan sindiran terhadap budaya konsumtif.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa meskipun manusia terus mencari pengetahuan melalui buku dan filsafat, pada akhirnya kita sering kali tetap merasa hampa dan kehilangan arah. Pengetahuan yang kita kumpulkan tidak serta-merta menyelesaikan persoalan paling mendasar dalam hidup: siapa kita, untuk apa kita, dan bagaimana hidup secara bermakna.

Ada juga sindiran halus terhadap kecenderungan manusia menjadikan konsumsi—baik pengetahuan maupun barang—sebagai pelarian dari kegelisahan batin, namun justru memperdalam keterasingan itu sendiri.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman penyair mengunjungi sebuah toko buku di Madrid pada sore hari, yang memicu perenungan tentang pengetahuan, kehidupan, dan absurditas zaman. Di tengah tumpukan buku, penyair merasa bahwa semua tema telah dibahas, namun tidak ada yang tuntas. Di saat bersamaan, penyair menyaksikan manusia lain keluar masuk toko fashion (Primark), menciptakan kontras antara pencarian intelektual dan kehidupan konsumtif.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hening, murung, dan kontemplatif, meskipun berlatar tempat yang sibuk. Ada nuansa melankolis dan absurditas yang menyelubungi tokoh aku-lirik saat ia duduk termangu di antara rak-rak buku, merasa terasing dari keramaian dan dari makna yang ia cari.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan beberapa pesan penting:
  • Pengetahuan tidak selalu membawa ketuntasan makna, dan membaca buku pun bisa menjadi bentuk pelarian jika tidak dibarengi dengan pemaknaan hidup yang mendalam.
  • Kita hidup dalam dunia yang dijejali oleh fetisisme dan konsumsi, termasuk konsumsi pengetahuan, yang tak selalu membuat manusia lebih bijak.
  • Kritik terhadap konsumerisme dan materialisme terselip dalam penggambaran pengunjung toko Primark dan istilah “érōs perbabu”.
  • Kesadaran diri sebagai “babu buku” menunjukkan perenungan jujur tentang kemungkinan bahwa pencarian intelektual pun bisa menjadi bentuk perbudakan baru.

Imaji

Puisi ini memunculkan beberapa imaji yang kuat dan simbolis:
  • “Mengunjungi toko buku sore hari di Madrid” memberi imaji waktu dan tempat yang tenang namun sibuk.
  • “Di antara rak Filsafat dan Agama” menegaskan ruang simbolik pencarian makna.
  • “Orang-orang keluar masuk ke dalam Primark” membangun kontras imaji antara pencarian spiritual dan hasrat konsumtif.
  • “Babu buku” adalah metafora visual dan konseptual yang menggelitik: seseorang yang diperbudak oleh pengetahuan yang dikumpulkannya sendiri.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat pesan:
  • Metafora: “babu buku” untuk menggambarkan seseorang yang terobsesi dengan membaca tetapi mungkin tak benar-benar memahami makna.
  • Ironi: Pengetahuan yang melimpah dalam buku-buku digambarkan sebagai tidak memuaskan karena semua tema telah dibahas tapi tidak tuntas.
  • Personifikasi (implisit): buku dan toko seolah memiliki beban eksistensial yang memengaruhi batin tokoh lirik.
  • Alusi: penggunaan istilah érōs mengacu pada konsep cinta atau hasrat dalam filsafat Yunani, memberi kedalaman filosofis pada bait akhir.
Puisi “Mengunjungi Toko Buku Sore Hari” adalah cermin perenungan seorang intelektual di tengah dunia yang penuh informasi namun miskin makna. Dengan gaya yang minimalis namun tajam, Melki Deni menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang relevan bagi manusia kontemporer: Apakah kita membaca untuk merdeka, atau membaca karena telah terperangkap dalam perbudakan pengetahuan itu sendiri?

Puisi Melki Deni
Puisi: Mengunjungi Toko Buku Sore Hari
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni saat ini sedang menempuh pendidikan di Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.