Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pelabuhan Merak (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Pelabuhan Merak" karya Slamet Sukirnanto bercerita tentang seorang pengamat atau penziarah batin yang merenungkan kondisi Pelabuhan Merak ...
Pelabuhan Merak

Pelabuhan Merak dalam lekuk landai
Kerangka masa lalu terserak berai
Ketika peluit penghabisan bertolak
Sepi yang mencekammu tiada beranjak.

Kenapa kini senjamu tiada seperti dahulu
Mengorak pikuk jung hendak berlabuh
Kisah musafir nun berabad-abad
Menyandarkan birahi lelaki dari jauh!

Kenapa kini senjamu tiada seperti lagu
Ketipak langkah-langkah yang mantap
Ketika kibar layar pertama pertanda
Berangkat hendak mematah gelombang laut.

Camar menggeser awan di atas selat
Dan pulau alit yang megah membisu cakap
Adakah tujuan berberkah selamat
Bila kabut di luasan memendam gelap?

Merak, 1970

Sumber: Luka Bunga (1991)

Analisis Puisi:

Puisi "Pelabuhan Merak" karya Slamet Sukirnanto menyuguhkan nuansa kontemplatif tentang perubahan zaman, memori masa lalu, dan ketidakpastian arah di tengah dunia yang terus bergerak. Penyair menggambarkan pelabuhan sebagai ruang simbolik tempat berangkat dan kembali, tempat pertemuan dan perpisahan, sekaligus tempat rindu dan penantian.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehilangan romantika masa lalu dan kegelisahan terhadap perubahan zaman. Pelabuhan Merak dijadikan metafora untuk menggambarkan pergeseran nilai, suasana, dan makna yang dahulu penuh gairah dan harapan, kini berganti menjadi sepi dan keraguan.

Puisi ini bercerita tentang seorang pengamat atau penziarah batin yang merenungkan kondisi Pelabuhan Merak yang kini telah berubah. Dulu, pelabuhan ini ramai oleh kapal dan para musafir; kini, tinggal sunyi dan kabut ketidakpastian. Gambaran tentang “peluit penghabisan” dan “kisah musafir nun berabad-abad” menyiratkan nostalgia akan kejayaan dan dinamika masa lalu yang kini telah pudar.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah keresahan atas lenyapnya semangat, tujuan, dan jati diri yang dulu dimiliki. Pelabuhan tidak hanya menjadi tempat fisik, tapi juga lambang dari perubahan sosial, sejarah yang terlupakan, dan manusia yang kehilangan arah dalam arus zaman. Kabut dalam bait akhir menjadi lambang ketidakpastian masa depan dan pertanyaan besar: masihkah ada harapan bila arah tak lagi jelas?

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat puisi ini bisa dimaknai sebagai ajakan untuk tidak melupakan masa lalu dan terus mencari arah yang benar di tengah perubahan. Penyair tampaknya ingin menyampaikan bahwa meski dunia berubah, kita perlu tetap mempertahankan makna dan nilai dalam perjalanan hidup, agar tidak terperangkap dalam kekosongan dan kabut gelap.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini adalah melankolis, murung, dan penuh keraguan. Ada kesedihan atas hilangnya semangat masa lalu, dan kegelisahan menghadapi masa depan yang tak menentu.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan auditori, di antaranya:
  • “Pelabuhan Merak dalam lekuk landai” – menghadirkan lanskap geografis.
  • “peluit penghabisan bertolak” – imaji suara perpisahan yang dramatis.
  • “camar menggeser awan di atas selat” – menciptakan gambar yang dinamis namun sunyi.
  • “kabut di luasan memendam gelap” – simbol visual dari kebingungan dan kehilangan arah.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora: “Kerangka masa lalu terserak berai” – masa lalu digambarkan seperti benda yang hancur berantakan.
  • Personifikasi: “Pulau alit yang megah membisu cakap” – pulau digambarkan seperti makhluk hidup yang diam, menyimpan cerita.
  • Pertanyaan retoris: “Adakah tujuan berberkah selamat / Bila kabut di luasan memendam gelap?” – mengajak pembaca merenung.
  • Repetisi: “Kenapa kini senjamu tiada seperti…” – penekanan emosi pada perubahan yang dirasa menyakitkan.
Puisi "Pelabuhan Merak" bukan hanya tentang sebuah tempat, melainkan tentang identitas, ingatan kolektif, dan kecemasan eksistensial manusia terhadap waktu yang terus bergulir. Slamet Sukirnanto mengajak pembaca untuk melihat kembali makna perjalanan, tempat persinggahan, dan arah yang dituju—baik secara fisik maupun batiniah. Ia tidak sekadar bernostalgia, tetapi juga mengingatkan bahwa kabut perubahan harus dihadapi dengan kesadaran dan keberanian.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Pelabuhan Merak
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.