Analisis Puisi:
Puisi "Pelabuhan Tanjung Perak" karya Bambang Darto merupakan karya liris yang mengangkat suasana pelabuhan sebagai latar refleksi atas perjalanan hidup dan ingatan masa lalu. Melalui bahasa puitis dan simbolik, penyair menyajikan pengalaman pribadi yang sarat akan makna spiritual dan emosional.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kenangan masa lalu dan perjalanan hidup, yang berpadu dengan semangat penyerahan diri kepada waktu dan takdir. Pelabuhan menjadi metafora bagi tempat bermula dan berakhirnya banyak hal, termasuk kehidupan itu sendiri.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah penerimaan atas perjalanan hidup yang telah dilalui, serta penghormatan terhadap akar dan masa kecil. Pelabuhan bukan hanya tempat fisik, tetapi juga simbol spiritual dari “titik tolak” kehidupan seseorang—tempat segala kenangan dan harapan bermula, termasuk pengakuan terhadap kesetiaan yang saling mengikat antara manusia dan tempat.
Puisi ini bercerita tentang hubungan batin penyair dengan Pelabuhan Tanjung Perak, tempat yang menjadi saksi perjalanan hidupnya sejak kecil. Ia mengenang masa lalu, merenungi makna pertemuan dengan pelabuhan sebagai bagian dari identitas dan penghayatan diri yang mendalam. Ada pula gambaran tentang kehidupan nelayan dan laut sebagai latar sosial dan kultural yang membentuk dunia batin penyair.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis dan kontemplatif, dengan nuansa senja yang memperkuat kesan renungan dan kenangan. Ada ketenangan sekaligus kedalaman dalam suasana yang dibangun, seakan pembaca diajak merenung bersama penyair di tepi pelabuhan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya mengenang dan menghargai akar kehidupan kita, serta perlunya menerima perjalanan waktu dengan penuh kesadaran dan penyerahan. Tempat yang kita tinggalkan atau kita kunjungi mungkin diam, tetapi ia menyimpan makna besar bagi keberadaan kita.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji visual dan historis yang kuat. Misalnya:
- "Cakrawala putih bagai cerita amsal” menciptakan gambaran cakrawala sebagai lembaran kisah-kisah bijak dan masa lalu.
- “Gelombang pun memukul ajaran palsu” menampilkan laut sebagai kekuatan moral.
- “Bergerak! Meniti panji-panji nelayan yang menua dan rapuh” menggambarkan kehidupan nelayan yang keras dan menua.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Bahasa ini adalah penyerahan” menggambarkan ekspresi sebagai bentuk kepasrahan kepada waktu dan pengalaman.
- Personifikasi: “Gelombang pun memukul ajaran palsu” menjadikan gelombang sebagai entitas aktif yang menentang kebohongan.
- Simile: “Cakrawala putih bagai cerita amsal” membandingkan cakrawala dengan kisah-kisah bijak, menciptakan hubungan antara alam dan nilai-nilai moral.
Puisi "Pelabuhan Tanjung Perak" adalah contoh bagaimana sebuah tempat fisik bisa menjadi simbol yang dalam bagi perjalanan batin manusia. Lewat kata-kata yang sederhana namun sarat makna, Bambang Darto mengajak pembaca menengok kembali asal-usul, kenangan, dan makna hidup dalam hubungan kita dengan ruang dan waktu.
Puisi: Pelabuhan Tanjung Perak
Karya: Bambang Darto
Biodata Bambang Darto:
- Bambang Darto lahir di Nganjuk, pada tanggal 26 Februari 1950.
- Bambang Darto meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 20 Januari 2018.