Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Penerimaan (Karya Adhitya Wanda Pratama)

Puisi “Penerimaan” karya Adhitya Wanda Pratama bercerita tentang perenungan seorang individu di penghujung hari. Ia melihat kembali apa yang telah ...

Penerimaan


Aku termenung di ujung hari,
Berefleksi pada apa yang tersaji
Dan pada apa yang muncul dalam imaji
Akan kurnia bahgia yang ditaburkan Ilahi

Rasa seluas taman melati,
Kala memandang lukisan hari,
Langit warna-warni
Semburat matari di angkasa suci
Menyiangi hijau bebukitan tinggi

Bisik angin membelai syahdu
Membawa kabar dari pucuk randu
Memberi damai suasana kalbu
Seputih kapas di balik kelambu

Hanya bahgia semata
menyusup dalam jiwa,
Bagi manusia yang pandai menerima segala
pemberian alam semesta raya

8 Juni 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Penerimaan” karya Adhitya Wanda Pratama adalah karya yang memancarkan ketenangan, keikhlasan, dan kesyukuran dalam menghadapi kehidupan. Melalui bahasa puitis dan simbolik, puisi ini mengajak pembaca untuk menyelami keindahan hidup dari sudut pandang yang penuh penerimaan dan kedamaian batin.

Tema

Tema utama puisi ini adalah penerimaan dan rasa syukur atas karunia kehidupan. Penyair menekankan pentingnya sikap ikhlas dan menyadari bahwa kebahagiaan sejati datang dari kemampuan untuk menerima dan menghargai segala hal yang dianugerahkan oleh Tuhan dan alam.

Puisi ini bercerita tentang perenungan seorang individu di penghujung hari. Ia melihat kembali apa yang telah dijalani, merasakan ketenangan dalam refleksi, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah anugerah dari Tuhan. Alam digambarkan sebagai media penyampai kedamaian—melalui langit, angin, dan hijaunya pegunungan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kedamaian batin tidak datang dari luar, melainkan dari dalam diri manusia sendiri—terutama melalui sikap menerima dan bersyukur. Dengan menyelaraskan diri dengan ritme alam dan ketentuan Ilahi, manusia akan menemukan ketenangan hakiki yang tak tergantung pada kondisi eksternal.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini tenang, damai, dan kontemplatif. Ada kehangatan spiritual dan kesyahduan yang membalut setiap bait, menciptakan perasaan tenteram bagi pembacanya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama dari puisi ini adalah:
  • Belajarlah menerima hidup apa adanya dengan penuh syukur.
  • Kebahagiaan tidak selalu datang dari pencapaian besar, tetapi dari kesadaran dan rasa cukup terhadap hal-hal kecil yang indah.
  • Alam semesta adalah guru tentang keseimbangan dan ketenangan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji alam yang menggugah perasaan:
  • “Langit warna-warni / semburat matari di angkasa suci” menciptakan gambaran visual tentang keindahan senja yang menenangkan.
  • “Bisik angin membelai syahdu” memberikan sensasi audio dan sentuhan yang lembut, menggambarkan ketenteraman batin.
  • “Seputih kapas di balik kelambu” menimbulkan imaji kemurnian, keheningan, dan kedamaian yang mendalam.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “Bisik angin membelai syahdu” — angin digambarkan seolah memiliki perasaan dan kemampuan membelai.
  • Metafora: “Rasa seluas taman melati” — menyamakan rasa bahagia dengan taman yang luas dan wangi.
  • Simile: “Seputih kapas di balik kelambu” — perbandingan yang memperkuat citra kesucian dan ketenangan batin.
Puisi “Penerimaan” adalah ungkapan syahdu tentang kebahagiaan yang diperoleh dari sikap menerima dengan ikhlas. Dengan menyandarkan perasaan kepada harmoni semesta dan karunia Tuhan, penyair mengajak kita menyadari bahwa keindahan hidup terletak pada pandangan yang jernih dan hati yang bersyukur. Imaji alam dan penggunaan majas dalam puisi ini memperkaya suasana batin dan membuat pesan yang disampaikan menjadi sangat menyentuh dan bermakna.

Puisi Penerimaan Sepenuhnya
Puisi: Penerimaan
Karya: Adhitya Wanda Pratama
© Sepenuhnya. All rights reserved.