Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan Beraroma Tanah (Karya Soekoso DM)

Puisi "Perempuan Beraroma Tanah" karya Soekoso DM bercerita tentang perempuan desa yang hidup dengan kesetiaan, kerja keras, dan kesederhanaan.
Perempuan Beraroma Tanah

(di pekarangan ia tanam benih keikhlasan
di dalam rumah ia tancapkan taru kesetiaan)

perempuan desa perempuan beraroma tanah                                                                                              sebujur hayat mendekap tegal dan sawah
bersama lugu lugas ia lurus melangkah
kala siang dipanggang surya suntuk ia berkarya
demi bijimata demi suami demi sesama

bila malam diiring rembulan ia senandungkan
tembang senyum tembang kerinduan
memberi makna perjalanan panjang kehidupan

perempuan desa perempuan berkain kebaya lurik
menepis sepi malam dengan canting melukis batik
menjaga tradisi budaya bangsa yang bajik

dengan santun ditepisnya gelas-gelas tuak maksiat
mustahil baginya menurutkan roh jahat
kukuh jiwanya kawal warisan wewanti leluhur
segala tindak diteraju sepenuh cermat
pancarkan jatidiri keanggunan puteri negeri timur

(dalam gelimang nugraha berserah bersyukur
dalam gelombang nestapa bersujud bertafakur)

Bumi Bagele, 2015

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Beraroma Tanah" karya Soekoso DM adalah penghormatan puitis terhadap perempuan desa yang hidup bersahaja, namun menyimpan kekuatan, kebijaksanaan, dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penggambaran yang konkret dan simbolik, puisi ini menjadikan sosok perempuan desa sebagai representasi budaya, moralitas, dan keteguhan jiwa bangsa.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kemuliaan dan ketangguhan perempuan desa sebagai penjaga nilai, budaya, dan moral kehidupan. Penyair menyoroti keseharian mereka yang sederhana namun sarat makna dan peran penting yang mereka jalankan dalam keluarga, masyarakat, dan tradisi.

Puisi ini bercerita tentang perempuan desa yang hidup dengan kesetiaan, kerja keras, dan kesederhanaan. Ia bukan hanya mengabdi kepada keluarga, tetapi juga menjaga warisan budaya dan nilai-nilai luhur nenek moyang. Sosok perempuan ini diceritakan mulai dari aktivitas menanam di pekarangan, melukis batik di malam hari, hingga menepis godaan maksiat dengan jiwa yang kukuh.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah penghargaan terhadap perempuan desa yang seringkali terlupakan dalam sorotan zaman modern, padahal merekalah benteng nilai-nilai moral, budaya, dan spiritualitas bangsa. Perempuan seperti ini adalah simbol kekuatan dalam diam, keteguhan dalam kesederhanaan, dan keindahan dalam kesetiaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah ajak untuk menghargai, meneladani, dan tidak meremehkan sosok perempuan desa. Mereka bukan hanya pendukung, tetapi penopang peradaban. Penyair menyampaikan pesan bahwa dalam gelombang zaman, perempuan yang berakar pada tanah dan budaya tetap menjadi pilar utama bangsa yang bajik.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah penuh penghormatan, hangat, dan kontemplatif. Terdapat nada kekaguman yang kuat terhadap sosok perempuan desa, dibalut dengan rasa syukur dan spiritualitas yang dalam.

Imaji

Puisi ini dipenuhi imaji visual dan sensorik yang kuat, seperti:
  • "di pekarangan ia tanam benih keikhlasan"
  • "kala siang dipanggang surya"
  • "menepis sepi malam dengan canting melukis batik"
  • "dalam gelombang nestapa bersujud bertafakur"
Gambaran-gambaran ini membawa pembaca merasakan langsung keheningan, kerja keras, dan keikhlasan dalam kehidupan perempuan desa.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “perempuan beraroma tanah” menggambarkan kedekatan perempuan desa dengan alam dan akar kehidupan.
  • Personifikasi: “tembang senyum”, “tembang kerinduan” – lagu digambarkan seperti mampu mengekspresikan emosi.
  • Repetisi: Pengulangan frasa “perempuan desa perempuan…” menekankan identitas dan penghormatan.
  • Hiperbola: "kukuh jiwanya kawal warisan wewanti leluhur" – memperkuat gambaran keteguhan karakter perempuan.
  • Antitesis: “dalam gelimang nugraha berserah bersyukur / dalam gelombang nestapa bersujud bertafakur” – kontras antara suka dan duka, tapi keduanya dihadapi dengan kerendahan hati.
Puisi "Perempuan Beraroma Tanah" adalah ode terhadap keteguhan perempuan desa, yang meski hidup jauh dari gemerlap kota, justru memiliki peran besar sebagai penjaga nilai-nilai luhur, tradisi, dan moral bangsa. Dengan gaya bahasa yang puitis dan kaya imaji, Soekoso DM menyampaikan pesan bahwa perempuan seperti inilah yang seharusnya menjadi simbol kemuliaan perempuan Indonesia: tangguh, setia, sederhana, namun sangat bermakna.

Puisi: Perempuan Beraroma Tanah
Puisi: Perempuan Beraroma Tanah
Karya: Soekoso DM

Biodata Soekoso DM:
  • Soekoso DM, lahir di Purworejo, 17 Juli 1949.
© Sepenuhnya. All rights reserved.