Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Perempuan yang Menunggu (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Perempuan yang Menunggu" karya Isbedy Stiawan ZS bercerita tentang seorang perempuan yang setia menanti seseorang di ruang tamu—kemungkinan ...
Perempuan yang Menunggu

perempuan yang selalu menunggu di ruang tamu itu
tak pernah resah meski harus merobek-robek waktu
sebab setiap petualang tak akan lupa jalan pulang
karena itu ia akan membuka senantiasa pintu
bagi pendatang dari perjalanan panjang

perempuan yang selalu menunggu itu tak lelah
harus berkali-kali mengganti bando atau melepas
pita rambutnya. bahkan merebonding agar tampak cantik
dan kuku-kukunya bercat warna-warni demi menyesuaikan
cuaca di dalam hati. jika bosan rambut panjang
perempuan itu akan mendatangi salon langganan
untuk memendekkan. "aku hanya ingin menyenangkan
cinta sang pendatang," ujar dia kepada tetangganya

ia tahu. sebagai perempuan yang selalu menunggu
di ruang tamu, soal wangian dan penampilan
harus diutamakan. "setelah itu masakan apa yang
akan disukai, itulah yang disajikan. juga ini badan..."

setiap ada kabar bakal ada yang datang, perempuan
yang selalu menunggu di ruang tamu itu akan tersenyum
dan menulis kabar ke lain orang: "well come honey..."
biarlah angin lalu meneruskan kepada pendatang,
karena sebagai perempuan yang selalu menunggu
di ruang tamu, ia tak boleh beranjak dari situ
sambil mengibaskan pakaian bawah dan mengumpulkan
angin dari selembar kipas di tangannya

perempuan itu sebenar-benar penunggu
ia selalu menanti di ruang tamu itu
setiap yang datang, lalu menghantar
untuk kepergian...

19/02/2011: Jam 3.28

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan yang Menunggu" karya Isbedy Stiawan ZS menyajikan gambaran puitik tentang perempuan yang setia, diam, namun penuh perasaan. Lewat narasi sederhana dan bahasa yang halus, puisi ini menyimpan kerumitan makna yang merefleksikan dinamika antara cinta, kesetiaan, dan peran sosial perempuan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kesetiaan seorang perempuan yang menunggu kedatangan orang yang dicintainya. Puisi ini juga menyinggung pengorbanan diam-diam yang dilakukan perempuan demi cinta, sekaligus keteguhan hati dalam menghadapi waktu dan ketidakpastian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bagaimana perempuan sering kali menjadi simbol kesabaran dan pengorbanan yang sunyi, terutama dalam relasi cinta. Tokoh perempuan dalam puisi ini tidak sekadar menunggu secara fisik, tetapi juga menjaga rumah, penampilan, dan hatinya, sembari menghadapi waktu yang terus berjalan dan berita yang tak selalu pasti. Menunggu, dalam puisi ini, menjadi metafora dari harapan yang tak pernah padam—walaupun yang ditunggu bisa jadi tak kembali.

Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang setia menanti seseorang di ruang tamu—kemungkinan seorang kekasih, suami, atau siapa pun yang penting dalam hidupnya. Ia terus berdandan, menyambut kabar, mempersiapkan makanan, dan bahkan menulis pesan harapan. Namun pada akhirnya, ia bukan hanya menanti kedatangan, tapi juga menghantar kepergian. Ini menunjukkan bahwa ia terbiasa ditinggalkan dan tak pernah benar-benar menjadi tempat menetap bagi siapa pun.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, teduh, dan penuh ketegaran. Meski tidak ada ledakan emosi, setiap baitnya memancarkan kesepian, harapan, dan pasrah yang lembut namun dalam. Ada kedamaian yang menyakitkan—seolah sang perempuan telah berdamai dengan perannya sebagai penunggu abadi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kesetiaan kadang tidak mendapat balasan yang setimpal, namun perempuan tetap menjalani peran itu dengan keikhlasan. Ia juga mengingatkan bahwa cinta tidak selalu hadir dalam bentuk kehadiran fisik, tetapi juga dalam pengorbanan diam yang terus diperbarui hari demi hari. Ada kritik sosial tersirat mengenai posisi perempuan yang kerap ditempatkan sebagai penunggu, bukan sebagai yang pergi atau memutuskan.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional:
  • “perempuan yang selalu menunggu di ruang tamu” — gambaran posisi diam dan tetap.
  • “merobek-robek waktu” — menghadirkan kesan waktu yang menyiksa.
  • “mengganti bando”, “melepas pita”, “mewarnai kuku”, “rebounding” — detail-detail nyata dari usaha tampil cantik demi orang lain.
  • “mengibaskan pakaian bawah dan mengumpulkan angin dari selembar kipas” — imaji khas perempuan tradisional yang menciptakan suasana teduh namun ironis.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora: “merobek-robek waktu” sebagai simbol penderitaan atau kesabaran yang dijalani lama.
  • Personifikasi: “angin lalu meneruskan kepada pendatang” memberi angin fungsi sebagai pembawa kabar.
  • Hiperbola: “tak boleh beranjak dari situ” menegaskan keterikatan peran perempuan sebagai penunggu, bahkan seolah tanpa hak untuk bergerak bebas.

Potret Realitas dan Harapan dalam Kesetiaan

Puisi "Perempuan yang Menunggu" karya Isbedy Stiawan ZS adalah gambaran puitik tentang perempuan yang diam namun hidup dalam harapan. Ia adalah lambang kesetiaan yang tak dipertanyakan, pengorbanan yang tak pernah diminta balasan, dan kehadiran yang menjadi rumah bagi siapa pun yang datang—walau akhirnya kembali pergi.

Puisi ini adalah pengingat bahwa menunggu bukanlah tindakan pasif, melainkan bentuk cinta yang diam-diam kuat dan terus menyala, bahkan ketika yang ditunggu tak pernah kembali.

Puisi: Perempuan yang Menunggu
Puisi: Perempuan yang Menunggu
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Biodata Isbedy Stiawan ZS:
  • Isbedy Stiawan ZS lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, pada tanggal 5 Juni 1958.
© Sepenuhnya. All rights reserved.