Sumber: Catatan Suasana (1982)
Analisis Puisi:
Puisi “Perjalanan” karya Slamet Sukirnanto merupakan karya reflektif pendek namun padat makna, yang memotret kegelisahan batin seorang pengembara di tengah perjalanan hidupnya. Dengan struktur yang ringkas—hanya terdiri dari 1 bait berisi 7 baris—puisi ini menciptakan efek hening dan mendalam, seolah menjadi jeda dalam sebuah perjalanan panjang, di mana penyair mengajukan pertanyaan mendasar: aku ini sedang ke mana? Dan akan ke mana?
Tema
Tema utama puisi ini adalah pencarian jati diri dalam perjalanan hidup, yang dibingkai dalam nuansa geografis dan eksistensial. Perjalanan di sini tidak sekadar berpindah tempat, melainkan juga menyiratkan pencarian akan arah, makna, dan kepastian dalam hidup.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang sedang berada dalam perjalanan melintasi Sumatera. Dalam suasana yang dingin dan berkabut, ia merenung tentang tujuan yang hendak dicapai, baik secara fisik maupun batin. Ia melihat daratan, laut, dan peta yang kabur, menciptakan gambaran bahwa tujuan hidupnya tampak tidak jelas atau bahkan terlupakan. Pertanyaan terakhir—“sejam lagi: aku di mana?”—menjadi klimaks dari kegalauan akan arah hidup.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa dalam hidup, manusia sering kali tersesat dalam keraguan dan kehilangan arah, bahkan ketika ia sedang “bergerak maju”. Ketidakjelasan tujuan atau identitas bisa membuat setiap langkah terasa sia-sia. Penyair seperti ingin menyampaikan bahwa kemajuan fisik (melaju 7000 mil) tidak berarti apa-apa tanpa arah yang jelas di dalam hati dan pikiran.
Unsur Puisi
Beberapa unsur puisi yang menonjol dalam karya ini:
- Struktur: Puisi terdiri dari satu bait berisi tujuh baris. Meski pendek, puisi ini memiliki kepadatan makna yang tinggi.
- Diksi: Kata-kata seperti “kabut”, “hilang”, dan “dingin” menciptakan nuansa keterasingan.
- Nada: Nada puisi ini cenderung kontemplatif dan murung.
- Pertanyaan retoris: “sejam lagi: aku di mana?” memperkuat kesan kebingungan atau krisis identitas.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa sunyi, dingin, dan penuh keraguan. Gambaran kabut yang menutupi peta dan pertanyaan di akhir baris menegaskan suasana ketidakpastian yang menyelimuti tokoh aku lirik.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa diambil dari puisi ini adalah: dalam hidup, bukan kecepatan atau jauhnya perjalanan yang terpenting, tetapi kejelasan arah dan kesadaran tujuan. Tanpa itu, seseorang bisa terus bergerak namun tetap merasa tersesat.
Imaji
Puisi ini menyuguhkan imaji visual yang kuat dan minimalis:
- “Di atas hantaran Sumatera” — menggambarkan posisi geografis perjalanan.
- “7000 mil makin dingin” — menunjukkan jarak dan perubahan suasana fisik.
- “selembar kertas ditutup kabut” — memperlihatkan peta yang tak bisa dibaca, simbol dari arah hidup yang samar.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Metafora: “peta bumi yang hilang hanyut” — menggambarkan hilangnya arah atau kendali hidup.
- Personifikasi: “selembar kertas ditutup kabut” — memberi sifat manusiawi pada kabut yang menutupi peta.
- Pertanyaan retoris: “sejam lagi: aku di mana?” — memperkuat kegelisahan eksistensial tanpa mengharap jawaban eksplisit.
Puisi “Perjalanan” karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah fragmen batin yang sarat makna, menggambarkan bagaimana seseorang bisa berada jauh secara fisik namun tetap bimbang secara batin. Dalam hanya tujuh baris, penyair berhasil merangkum kegelisahan modern manusia: bergerak terus, tapi tidak tahu akan sampai ke mana. Ini adalah puisi tentang identitas, tujuan, dan makna hidup yang ditulis dengan jujur dan tajam.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.