Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Terjemahan Matamu (Karya Aslan Abidin)

Puisi “Sajak Terjemahan Matamu” karya Aslan Abidin bercerita tentang seorang tokoh lirik yang sedang bergulat dengan perasaan cinta, hasrat, dan ...
Sajak Terjemahan Matamu

dengan apa aku terjemahkan seribu
perahu di matamu kekasih? dengan cinta aku
mungkin tak ikhlas benar. aku bahkan selalu
tersenyum diam-diam setiap berpikir meninggalkanmu

tetapi dengan apakah
aku berhenti membayangkan seluruhmu kekasih
dengan segenggam pil tidur yang justru membuat aku
bermimpi memperkosamu

memang tak banyak yang dapat kita catat dari
percintaan ini.

hanya gema tawamu yang terkadang menyadarkanku:
kau adalah roh yang melahirkan sajakku.

Makassar, 1994

Analisis Puisi:

Puisi “Sajak Terjemahan Matamu” karya Aslan Abidin adalah puisi yang padat, provokatif, dan emosional. Dalam susunan 4 bait (dua bait pertama terdiri dari 4 baris, dua bait terakhir terdiri dari 2 baris), penyair menyuguhkan pergolakan batin yang kompleks dalam relasi percintaan. Ada ketegangan antara keinginan, keraguan, rasa bersalah, dan kekaguman yang tak mudah disederhanakan.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang sedang bergulat dengan perasaan cinta, hasrat, dan ambivalensi terhadap seorang kekasih. Ia mencoba “menerjemahkan” matanya—sebagai simbol dari kedalaman dan misteri kekasihnya—namun ia sadar bahwa cinta saja mungkin tidak cukup jujur atau ikhlas. Di balik pernyataan cinta itu, tersimpan niat untuk meninggalkan, rasa frustasi, bahkan mimpi-mimpi yang penuh ketegangan antara kerinduan dan dorongan agresif.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta yang ambivalen dan penuh pergulatan batin. Cinta dalam puisi ini tidak digambarkan manis atau idealistis, melainkan kompleks, kabur, dan gelisah.

Subtema yang muncul meliputi:
  • Ketidaktulusan dalam relasi
  • Hasrat dan kekerasan bawah sadar
  • Daya cipta yang lahir dari cinta dan derita
  • Perempuan sebagai inspirasi sekaligus ironi

Makna Tersirat

Puisi ini menyimpan makna tersirat yang cukup dalam dan problematik: bahwa cinta tidak selalu bersih dari niat buruk, bahwa dalam relasi personal bisa tumbuh rasa benci, keinginan untuk menjauh, atau bahkan hasrat destruktif.

Baris:

“dengan segenggam pil tidur yang justru membuat aku / bermimpi memperkosamu”

adalah gambaran brutal atas mimpi atau fantasi yang mengguncang moral—dan ini bisa ditafsirkan sebagai metafora tentang keinginan untuk memiliki seseorang secara penuh meski secara paksa, atau bentuk bawah sadar dari frustrasi cinta yang tak tersampaikan dengan sehat.

Unsur Puisi

Beberapa unsur puisi yang menonjol dalam karya ini antara lain:
  • Bentuk bebas: tidak terikat rima atau pola bunyi tertentu, memberi ruang ekspresi yang fleksibel bagi penyair.
  • Diksi yang berani dan ambigu: kata-kata seperti “memperkosa”, “tidak ikhlas benar”, dan “segenggam pil tidur” memperlihatkan nuansa psikologis yang tajam dan tidak biasa dalam puisi cinta.
  • Struktur progresif: dari perenungan metaforis (matamu kekasih), lalu masuk ke ambiguitas perasaan, hingga akhirnya kesimpulan lirikal bahwa kekasih adalah inspirasi puisi.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa intim, gelap, ambigu, dan reflektif. Ada semacam pengakuan terbuka, sejujur-jujurnya, bahkan yang terdalam dari batin, tentang apa yang sebenarnya dirasakan seorang pencinta yang tak utuh: antara cinta, amarah, kesadaran, dan kekaguman.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini tidak menyampaikan pesan secara normatif, tetapi lebih kepada membuka ruang renung tentang:
  • Betapa kompleks dan tak mudah dimengerti perasaan cinta itu
  • Bahwa kejujuran batin kadang menyakitkan, tetapi tetap harus diakui
  • Cinta tidak selalu bersih—kadang penuh luka, ego, dan dorongan yang destruktif

Imaji

Puisi ini sangat kuat dalam imaji psikologis dan sensual, meski tidak semua bersifat visual:
  • Imaji visual: “seribu perahu di matamu” — metafora tentang kedalaman atau luasnya isi mata kekasih
  • Imaji auditif dan emosional: “gema tawamu” — membawa suasana reflektif, mengingatkan sang tokoh lirik pada inspirasi puisi
  • Imaji sensorik: “segenggam pil tidur”, “bermimpi memperkosamu” — imaji yang menyentuh sisi kelam dari dunia bawah sadar

Majas

Berbagai majas hadir dalam puisi ini:
  • Metafora: “seribu perahu di matamu” — menggambarkan kompleksitas atau keindahan yang sulit diterjemahkan
  • Hiperbola: “seribu perahu” sebagai bentuk penekanan pada keagungan atau kerumitan perasaan
  • Ironi: Tokoh lirik yang menyatakan cinta tetapi berpikir meninggalkan, bahkan mengimpikan sesuatu yang destruktif
  • Apostrof: Penggunaan kata “kekasih” yang diulang sebagai bentuk sapaan langsung
Puisi “Sajak Terjemahan Matamu” adalah karya puitik yang membedah sisi terdalam dari cinta dan perasaan manusia, tanpa menyensor realitas batin yang paling gelap sekalipun. Penyair tak takut menunjukkan bahwa dalam cinta bisa tumbuh rasa ingin meninggalkan, dorongan untuk melukai, dan ketakmampuan untuk sepenuhnya mengerti atau “menerjemahkan” yang dicinta.

Cinta bukan hanya soal memberi, tapi juga soal menerima kenyataan batin yang tak selalu indah. Dan pada akhirnya, dari perasaan yang berantakan itulah lahir sajak—sajak yang jujur, getir, tapi sangat manusiawi.

Yudhistira A.N.M. Massardi dan Aslan Abidin
Puisi: Sajak Terjemahan Matamu
Karya: Aslan Abidin

Biodata Aslan Abidin:
  • Aslan Abidin lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.