Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sebuah Lukisan (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Sebuah Lukisan" karya Fridolin Ukur bercerita tentang sahabat atau sosok lelaki kuat yang terus berjalan di jalan hidupnya. Ia digambarkan ...
Sebuah Lukisan
Hadiah ulang tahun untuk sahabatku: Soritua

Setiap kali kita berjumpa
kita selalu berjumpa
karena kita seiring jalan

        kerut keningmu memancarkan lidah api
        dalam tarian kisah duniamu
        lebih tinggi dari menara monas

Setiap kulukis wajahmu
geram jantan meraung di setiap raut;
engkau lelaki terlahir dari darah
kuda binal meronta ingin berpacu,

        kekuatan yang memancar dari degup hati
        terurai di urat-urat menggarisi dahi

sepi dan gempuran lawan
tak bisa jadi penghalang,
juga pelukan istri tak mampu memperlambat larimu;
hanya dalam rindu
merebah ia dalam doa untukmu

        Setiap kali kita bertemu
        terpancar senja yang didayung terlalu
        cepat
        mengejar purnama, melempar damba
        dalam dekapan pengisi mimpi;

di kejauhan samar
di balik wajah yang mengeras
terkapar rindu pada pelukan tiga putra dan
bunda mereka: Alida-mu!

Cilandak, 24 Mei 1976

Sumber: Wajah Cinta (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Sebuah Lukisan" karya Fridolin Ukur adalah sebuah ode penuh penghormatan, yang menggambarkan sosok lelaki kuat, setia pada jalan hidupnya, dan tak pernah menyerah walau dihantam sepi dan kesulitan. Melalui baris-baris puitik yang intens, penyair menciptakan potret batin yang mendalam—sebuah lukisan tentang keberanian, keteguhan, dan kerinduan tersembunyi.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keteguhan hati dan kesetiaan pada jalan hidup, meskipun harus berhadapan dengan kesepian, tantangan, dan pengorbanan personal. Puisi ini juga mengangkat tema kerinduan dan harga dari sebuah komitmen yang dijalani dengan penuh semangat.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa di balik wajah tegas dan semangat baja seorang lelaki, tersembunyi kerinduan mendalam akan kehangatan rumah dan keluarga. Sosok yang digambarkan bukan hanya pejuang, tapi juga manusia yang rapuh, yang menyimpan rindu dan cinta dalam diam. Ada pesan bahwa kekuatan sejati tidak berarti tanpa kelembutan yang tak terucap.

Puisi ini bercerita tentang sahabat atau sosok lelaki kuat yang terus berjalan di jalan hidupnya. Ia digambarkan sebagai sosok penuh energi, keras kepala seperti kuda liar, tetapi juga penuh cinta yang terpendam dalam rindu terhadap keluarga: istri dan tiga putranya. Setiap kali penyair dan lelaki ini berjumpa, bukan hanya fisik yang bertemu, tetapi juga getar rasa, pemahaman, dan kekaguman yang mendalam.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah intim, kuat, dan penuh perenungan. Ada intensitas dalam setiap bait, terutama saat menggambarkan kekuatan karakter tokoh dan kerinduan tersembunyi. Di satu sisi terasa heroik, namun di sisi lain sunyi dan lembut.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kehidupan adalah perjalanan yang menuntut keberanian, pengorbanan, dan kesetiaan, serta bahwa kekuatan sejati seringkali dibarengi dengan rindu dan kesepian yang dalam. Juga, persahabatan sejati mampu menangkap sisi terdalam seseorang tanpa harus diucapkan.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional, seperti:
  • “kerut keningmu memancarkan lidah api” — menciptakan gambaran kekuatan batin dan intensitas pemikiran.
  • “geram jantan meraung di setiap raut” — menghadirkan imaji keberanian dan kekuatan maskulin.
  • “kuda binal meronta ingin berpacu” — simbol energi tak terbendung dan semangat hidup.
  • “terkapar rindu pada pelukan tiga putra dan bunda mereka” — menampilkan sisi lembut dari tokoh, yang merindukan keluarganya.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini:
  • Metafora: “Setiap kulukis wajahmu”, “kerut keningmu memancarkan lidah api”, yang menggambarkan karakter lewat simbol-simbol visual.
  • Personifikasi: “senja yang didayung terlalu cepat” memberi kesan waktu yang berjalan tergesa.
  • Hiperbola: “lebih tinggi dari menara monas” untuk menekankan besarnya kisah hidup atau pencapaian tokoh.
  • Simile: “kuda binal meronta ingin berpacu” menyamakan semangat tokoh dengan binatang liar yang tak bisa ditahan.

Sebuah Lukisan untuk Sahabat Bernama Soritua

Puisi ini sangat cocok dijadikan hadiah ulang tahun untuk seorang sahabat seperti Soritua, yang mungkin dalam hidupnya telah melalui jalan panjang, menantang, namun tetap setia pada nilai dan cintanya. Sebagaimana lelaki dalam puisi ini, mungkin Soritua adalah pribadi yang tak banyak bicara tentang perjuangannya, namun tetap melaju dengan semangat baja—dan dalam diam, menyimpan rindu serta cinta untuk orang-orang tercintanya.

Melalui puisi ini, engkau telah memberinya lukisan kata tentang siapa dirinya di matamu—dan itu adalah hadiah yang tak ternilai.

Fridolin Ukur
Puisi: Sebuah Lukisan
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.