Seorang Temanku
Ia sebatang kara
dan hidupnya dirampas di jalan raya.
Lonceng berdentang dari menara
jauh malam pukul tiga.
Kesepian malam terbujur pada kota
kesepian malam terbaring pada hatinya.
Lewatlah perempuan tua
dengan hasil bumi dari dusun
untuk dijual di pasar kota
lewat malam dan embun turun
Kelelawar terbang pulang di ujung subuh
dan temanku mengeluh:
“perempuan itu punya bagia
hidup dan kerja bagi anaknya.
Tapi hidupku ini untuk siapa?
Terlalu jemu mengurusi diri sendiri
harus ada yang terima kuberi
harus ada yang bisa mengerti.”
Kabut merayap membalut tubuhnya
pudar lampu jalan di jalan raya.
Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Temanku" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang menggambarkan kesepian, ketidakpuasan, dan refleksi atas makna hidup seseorang. Dengan penggunaan gambaran alam dan kehidupan sehari-hari, puisi ini menyentuh tema kesepian, keterasingan, dan keinginan untuk dipahami oleh orang lain.
Gambaran Kesepian dan Keterasingan: Pada bait pertama, penyair menggambarkan seseorang (temanku) sebagai "sebatang kara," yang mungkin merujuk pada keadaan seseorang yang merasa sendirian dan terlantar. Kemudian, hidupnya "dirampas di jalan raya," mengisyaratkan tragedi atau nasib yang tidak adil yang ia alami. Lonceng yang berdentang dari menara pada tengah malam menambahkan unsur kesepian dan keterasingan, menciptakan suasana yang penuh emosi dan melankolis.
Kesepian Malam dan Keinginan untuk Dipahami: Puisi ini menggambarkan bagaimana kesepian malam dan perasaan keterasingan merasuk dalam hati temanku. Kesan kesunyian malam terbawa dan menciptakan perasaan kesepian di hatinya. Lonceng yang berdentang juga menunjukkan suatu momen transisi dan kesepian dalam waktu yang tidak terganggu oleh keramaian.
Pertanyaan Identitas dan Makna Hidup: Penyair memperkenalkan perempuan tua yang membawa hasil bumi dari dusunnya untuk dijual di kota. Ini bisa melambangkan keterhubungan dengan alam dan kerja keras. Namun, temanku merenungkan eksistensinya dan bertanya-tanya tentang makna hidupnya. Dia merasa terlalu jemu dengan mengurusi dirinya sendiri dan ingin diterima dan dipahami oleh orang lain. Puisi ini menggambarkan kerinduan akan empati dan pengertian dari lingkungan sekitarnya.
Kehampaan dan Keinginan untuk Dapat Berbagi: Pada bagian akhir, gambaran kabut yang merayap dan pudarnya lampu jalan menciptakan suasana yang hampa dan suram. Hal ini mungkin mencerminkan perasaan temanku, yang merasa seolah-olah dia tenggelam dalam kehampaan dan merasa bahwa hidupnya tidak memiliki makna kecuali ada seseorang yang dapat memahaminya dan menerima apa yang dia berikan.
Puisi "Seorang Temanku" oleh W.S. Rendra menggambarkan kesepian, keterasingan, dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh seorang individu. Dengan penggambaran alam dan kehidupan sehari-hari, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan, keinginan untuk dipahami, dan kerinduan akan makna dan empati dalam interaksi sosial.
Karya: W.S. Rendra
Biodata W.S. Rendra:
- W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
- W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.