Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sepasang Lilin Merah (Karya Fridolin Ukur)

Puisi “Sepasang Lilin Merah” karya Fridolin Ukur bercerita tentang sepasang sahabat atau kekasih yang sedang menikmati malam perpisahan, ditemani ...
Sepasang Lilin Merah
Malam perpisahan dengan
Katharina & Christoph Zimmermann

Sepasang lilin merah
di sudut meja
mengawani kita mereguk anggur perpisahan

        bersama mekarnya wajah purnama
        kita berpacu meminjam malam
        mengukir kenangan,
        warna berlagu
        angin menari

bulan emas muda
tergantung di langit sendu
hanya sejenak lagi
subuh meraih bumi

        masih sempatkah kita melempar bayang
        dalam kelabunya mimpi?

Sepasang lilin merah di sudut meja
masih menyala

Jakarta, 9 Juli 1971

Sumber: Wajah Cinta (2000)

Analisis Puisi:

Puisi “Sepasang Lilin Merah” karya Fridolin Ukur adalah refleksi yang penuh kelembutan dan kedalaman emosi tentang malam perpisahan, yang dibalut suasana melankolis dan intim. Ditulis untuk mengenang momen perpisahan dengan Katharina dan Christoph Zimmermann, puisi ini menjadi rekaman puitis akan waktu yang tak bisa diulang, namun dapat diabadikan dalam kata.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah perpisahan. Namun lebih dari itu, puisi ini juga mengangkat kenangan, waktu yang berlalu, dan keindahan yang tersisa dalam momen terakhir bersama. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi betapa berharganya kebersamaan, meskipun hanya sesaat.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang usaha manusia untuk mengabadikan kebersamaan dalam kenangan, walaupun mereka tahu bahwa waktu terus berjalan menuju perpisahan. Sepasang lilin merah yang menyala menjadi lambang harapan kecil, hangat, dan setia yang tetap menyinari meski malam akan berakhir.

Puisi ini bercerita tentang sepasang sahabat atau kekasih yang sedang menikmati malam perpisahan, ditemani anggur, lilin, purnama, dan percakapan yang menyisakan bayang-bayang kenangan. Mereka sadar bahwa waktu terbatas, dan subuh akan datang. Namun selama malam masih tersedia, mereka berusaha memaknai setiap detiknya.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang dibangun dalam puisi ini sangat intim, melankolis, dan penuh keheningan yang menyentuh. Ada keindahan dalam keterbatasan, dan ada keheningan yang justru menyuarakan emosi yang dalam. Kata-kata seperti “langit sendu”, “anggur perpisahan”, dan “sejenak lagi subuh meraih bumi” menggambarkan suasana yang lembut dan puitis.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa setiap momen bersama, seberapa singkat pun, adalah berharga untuk dikenang. Kehangatan, kebersamaan, dan keintiman tidak ditentukan oleh panjangnya waktu, tetapi oleh kedalaman makna yang dibangun di dalamnya. Puisi ini juga memberi pesan tentang pentingnya menghargai kebersamaan sebelum semuanya menjadi kenangan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual dan auditif, seperti:
  • “Sepasang lilin merah di sudut meja” – menciptakan suasana kehangatan, kesederhanaan, dan keintiman.
  • “bulan emas muda / tergantung di langit sendu” – menggambarkan malam yang indah namun penuh nuansa perpisahan.
  • “angin menari”, “warna berlagu” – metafora yang memperkaya keindahan malam itu.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “angin menari”, “warna berlagu”, dan “subuh meraih bumi” — memberi nyawa pada elemen-elemen malam.
  • Metafora: “meminjam malam” dan “melempar bayang / dalam kelabunya mimpi” — menyiratkan upaya untuk hidup dalam kenangan atau harapan.
  • Simbolisme: Sepasang lilin merah menjadi simbol dari kebersamaan, cinta, atau kehangatan yang masih menyala walaupun malam segera usai.
Puisi “Sepasang Lilin Merah” adalah puisi yang indah dan penuh perasaan tentang perpisahan yang lembut namun mendalam. Fridolin Ukur dengan elegan menggunakan simbol, imaji, dan suasana untuk menghidupkan kenangan yang tak ingin dilupakan. Lilin merah yang terus menyala menjadi lambang bahwa meski malam dan kebersamaan akan berakhir, kenangan tetap bersinar di ruang batin manusia.

Fridolin Ukur
Puisi: Sepasang Lilin Merah
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.