Sumber: Buli-Buli Lima Kaki (2010)
Analisis Puisi:
Puisi “Setiap Tengah Malam” karya Nirwan Dewanto menghadirkan suasana malam yang sunyi namun penuh kegelisahan. Dengan diksi yang tenang dan reflektif, puisi ini memotret pengalaman batin seseorang yang terusik secara halus oleh bunyi dan kenangan yang muncul setiap malam. Puisi ini menekankan hubungan antara waktu malam, memori, dan kesadaran bawah sadar.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kesadaran eksistensial dan pencarian ketenangan di tengah gangguan dan rutinitas yang berulang. Ada juga tema tambahan tentang ketidakpastian, keresahan batin, dan refleksi tentang kehidupan sehari-hari yang tampak biasa, namun sarat makna tersembunyi.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini merujuk pada kegelisahan dalam jiwa manusia yang muncul diam-diam di tengah kesunyian malam. Bunyi kereta api, susu hangat, dan mimpi yang harus “diselamatkan” adalah simbol-simbol dari rutinitas yang berupaya menenangkan jiwa. Namun, keberadaan trauma kecil—seperti darah rakun yang mati sia-sia—mengganggu kedamaian itu. Ada makna dalam tentang kebutuhan manusia untuk mencari arah dan kepastian, bahkan dalam hal sekecil menentukan apakah kereta lewat depan atau belakang rumah.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang setiap tengah malam terusik oleh bunyi kereta pengangkut batu bara. Ia merasakan kegelisahan dan upaya untuk menenangkan diri lewat segelas susu dan mimpi yang ingin “diselamatkan”. Dalam tidurnya, ia mencoba merawat detail-detail kecil yang ganjil atau tragis: sayap burung hitam, darah rakun. Namun, kegelisahannya tetap muncul karena ia tidak bisa memastikan arah kereta, dan berharap masinisnya masih muda—sebuah pengharapan yang melankolis dan simbolik.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini sunyi, reflektif, dan sedikit melankolis. Ada perpaduan antara kedamaian malam dan bunyi yang justru menjadi sumber gangguan kecil namun konsisten. Puisi ini seolah menggambarkan malam bukan hanya sebagai waktu untuk tidur, tapi juga ruang untuk merenung, merasa, dan mengingat.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan bahwa ketenangan tidak selalu datang meski malam hening, karena jiwa tetap bisa terganggu oleh ingatan, trauma kecil, atau pertanyaan yang tak pernah selesai. Ada pesan tentang menerima ketidakpastian hidup, dan pentingnya perhatian pada hal-hal yang tampak sepele namun menyimpan makna mendalam.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji auditif dan visual, antara lain:
- “bunyi serunai kereta api pengangkut batu-bara” – menciptakan kesan bunyi yang mendesak di malam sepi.
- “warna merah pangkal sayap burung hitam” – visual kuat yang simbolik.
- “ceceran darah rakun yang mati terlindas sia-sia” – imaji kematian yang muram.
- “segelas susu” – citraan keseharian yang menenangkan, namun juga menunjukkan kerentanan manusia.
Majas
Beberapa majas yang menonjol:
- Metafora: “menyelamatkan ke dalam mimpinya” – menggambarkan tidur bukan sebagai pelarian, tapi upaya melindungi sesuatu yang rapuh.
- Simbolisme: burung hitam, rakun, kereta, masinis muda—semuanya bukan sekadar benda, tetapi lambang dari kenangan, harapan, dan arah hidup.
- Personifikasi: “rangkaian gerbong terbuka yang merayap sopan” – memberi watak manusia pada kereta.
Puisi “Setiap Tengah Malam” adalah karya reflektif yang merekam kegetiran kecil dalam keseharian manusia, melalui suasana malam yang sepi namun penuh gangguan halus. Nirwan Dewanto berhasil menggambarkan bagaimana jiwa manusia bergulat dengan memori dan ketidakpastian, dan betapa pentingnya menjaga mimpi dan kepekaan, bahkan terhadap detail yang tampak tak penting. Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak mengabaikan suara-suara kecil yang bisa jadi adalah cerminan dari kegelisahan terdalam kita sendiri.
Profil Nirwan Dewanto:
- Nirwan Dewanto lahir pada tanggal 28 September 1961 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
