Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Surat buat Bunda (Karya Andre Hardjana)

Puisi "Surat buat Bunda" karya Andre Hardjana bercerita tentang proses kehidupan yang lahir dari relasi antara laki-laki dan perempuan. Terdapat ...
Surat buat Bunda

dalam kehidupan makhluk dua berjenis
berlaku satu hukum alam tiada terlukis

- aku dipinang, tapi aku memilih
kau meminang, tapi kau dipilih -

tapi ada kehidupan manis buat para terpilih
di mana berlaku hukum penabur benih

- aku taburkan benih rahmat anugerah
atas hatimu, yang terkandung tanah -

- aku meminang, tapi aku pula yang memilih
kau dipinang, tapi kau tak dapat memilih
atas hatimu telah kutabur benih -

wahai bunda ini alam kehidupan penabur benih
benih kehidupan atas makhluk dua berjenis

(aku pun telah dipinang sebagai kaupun dipinang
Dulu kakimu menulis di debu: - ya aku mau -)

1962

Sumber: Astana Kastawa 2 (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat buat Bunda" karya Andre Hardjana merupakan refleksi puitis yang penuh lapisan makna tentang kehidupan, cinta, pilihan, dan asal mula kehidupan manusia. Dibalut dengan simbolisme dan metafora yang kuat, puisi ini menyuguhkan perenungan mendalam tentang relasi antara laki-laki dan perempuan, serta peran keibuan dalam tatanan semesta.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kehidupan dan cinta dalam konteks relasi gender, terutama dari sudut pandang proses penciptaan dan keterlibatan spiritual serta biologis antara laki-laki dan perempuan. Penyair menggambarkan hukum-hukum eksistensial yang mengatur pertemuan dua makhluk berbeda jenis kelamin dalam kerangka metaforis yang puitis.

Puisi ini bercerita tentang proses kehidupan yang lahir dari relasi antara laki-laki dan perempuan. Terdapat narasi tentang pemilihan dan peminangan—dua konsep yang tampaknya setara namun diposisikan secara kontras. Sang “aku” dalam puisi menaburkan benih kehidupan, sedang sang “kau” (bunda) adalah tanah yang menerima benih tersebut. Dalam puisi ini juga terungkap momen afirmasi sang bunda: “ya, aku mau”, yang menunjukkan persetujuan akan kehidupan yang akan tumbuh darinya.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kontemplasi terhadap peran perempuan sebagai sumber kehidupan, sekaligus pengakuan atas kekuatan ilahi dalam proses tersebut. Meskipun perempuan tampak tidak "memilih" secara langsung dalam konteks sosial dan biologis, ia justru menjadi pusat kehidupan melalui rahimnya yang menerima dan menumbuhkan benih. Penyair juga mengisyaratkan bahwa dalam relasi cinta dan kehidupan, bukan hanya soal siapa memilih siapa, melainkan tentang kerelaan, keterbukaan, dan kesadaran akan peran masing-masing.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini bersifat reflektif dan penuh keheningan batin. Ada kesan hormat dan takzim terhadap peran sang bunda, serta nuansa filsafati yang mendalam dalam melihat hubungan antarmanusia sebagai sesuatu yang ditata oleh hukum alam dan spiritual.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah ajakan untuk memahami hakikat kehidupan sebagai proses saling memberi dan menerima, di mana cinta dan kelahiran bukan semata hasil dari keinginan satu pihak, melainkan hasil dari keterbukaan hati dan penyerahan diri yang tulus. Penyair mengajak pembaca untuk menghormati perempuan, terutama sosok ibu, sebagai tempat di mana benih kehidupan ditanam dan dijaga.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji konseptual dan simbolik, seperti:
  • “kau terkandung tanah” – menciptakan imaji perempuan sebagai tanah yang subur, penerima benih kehidupan.
  • “kakimu menulis di debu” – gambaran simbolik yang kuat untuk persetujuan dan kenangan purba, seolah mengacu pada momen penciptaan manusia pertama.
  • “benih rahmat anugerah” – menciptakan imaji spiritual bahwa kehidupan adalah pemberian, bukan semata peristiwa biologis.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "benih rahmat anugerah", "tanah", dan "penabur benih" sebagai simbol dari proses pembuahan dan penciptaan manusia.
  • Paradoks: “aku meminang, tapi aku pula yang memilih / kau dipinang, tapi kau tak dapat memilih” – memperlihatkan ketegangan dalam dinamika sosial dan spiritual antara memilih dan dipilih.
  • Personifikasi: Tanah digambarkan memiliki hati, yang dapat menerima atau tidak menerima benih.
  • Alusi: Frasa “ya aku mau” seolah mengacu pada persetujuan Maria dalam kisah Injil saat menerima kabar dari malaikat, memperkuat aspek spiritual puisi.
Puisi "Surat buat Bunda" bukan hanya surat cinta kepada sosok ibu, tetapi juga surat kepada kehidupan itu sendiri. Andre Hardjana meracik kata-kata yang padat makna, menjadikan puisi ini sebagai refleksi mendalam tentang asal-usul manusia, relasi antarjenis kelamin, dan kesakralan peran seorang perempuan sebagai ibu. Dengan gaya simbolik dan pemilihan diksi yang filosofis, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung, menghargai, dan bersyukur atas anugerah kehidupan yang lahir dari cinta dan kerelaan hati.

Puisi Andre Hardjana Sepenuhnya
Puisi: Surat buat Bunda
Karya: Andre Hardjana
© Sepenuhnya. All rights reserved.