Telah Kututup Pintu
Telah kututup pintu, sebelum pergi bertatapan kita
Di luar kau dengar, siul kemarau mendesak-desak cemara
Dan memukul-mukul daun jendela
Langit tenggelam, hari terlepas dan saat pun berhenti kecewa
Aku duduk sendiri, menulisi buku harian ini
Gemetar cahaya, terhenti sebelum penghabisan kalimat
Sebelum tersusun bait-bait pada sajak
Yang perlahan-lahan, tertahan-tahan membacakan sedihku tanpa tanya
Begitu bisunya almanak, berbagi susut dengan kembara
Selamat tinggal. Telah kugagalkan semua rencana
Dan bersiap pesona dalam pandang yang beku
Dan sajak tidak lagi terbaca mencecah rindu.
Yogya, 1967
Sumber: Horison (Mei, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Telah Kututup Pintu" karya Abdul Hadi W.M. adalah ekspresi lirih tentang perpisahan, kehampaan, dan kesedihan yang mendalam. Dengan gaya bahasa puitis khas sang penyair, puisi ini membawa pembaca masuk ke dalam ruang batin yang sunyi, di mana kata-kata menjadi perantara antara rasa yang tak tersampaikan dan keikhlasan yang dipaksakan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perpisahan yang menyisakan kesedihan dan kehampaan. Penyair menggambarkan situasi batin seseorang yang memilih mundur, menutup diri dari harapan atau hubungan, dan menerima kenyataan pahit meskipun masih menyimpan luka.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketidakmampuan untuk melanjutkan sebuah hubungan atau rencana hidup bersama, mungkin karena ketidakcocokan, waktu yang tak berpihak, atau perbedaan tujuan. Kalimat seperti “Telah kugagalkan semua rencana” menunjukkan adanya keputusan sadar untuk berhenti, meskipun perasaan belum sepenuhnya ikut pergi. Puisi ini bisa dibaca sebagai refleksi patah hati yang dewasa dan penuh perenungan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menutup pintu hatinya sebelum sebuah pertemuan yang bisa menyakitkan benar-benar terjadi. Ia menulis perasaannya dalam buku harian, sambil mendengar suara kemarau yang menekan dari luar. Ada kesadaran akan kehilangan, tetapi juga penerimaan bahwa rindu dan sajak tak lagi bisa menyatukan yang telah renggang.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis, sepi, dan getir. Penyair menggambarkan suasana batin yang gelap dan beku, didukung oleh citraan suasana luar yang kering (kemarau) dan langit yang tenggelam. Semua ini memperkuat nuansa penyesalan dan kehilangan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kadang-kadang melepaskan dan menutup pintu adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri. Meski menyakitkan, kita perlu tahu kapan harus mundur, berhenti berharap, dan menata ulang arah hidup. Dalam diam, kita tetap bisa merayakan kesedihan dengan cara yang tenang dan puitis.
Imaji
Puisi ini mengandung imaji kuat dan simbolik yang memperkaya maknanya:
- “siul kemarau mendesak-desak cemara” — menghadirkan citraan alam yang kering dan tertekan.
- “memukul-mukul daun jendela” — menggambarkan ketegangan dan tekanan dari luar.
- “aku duduk sendiri, menulisi buku harian ini” — menghadirkan gambaran sunyi dan reflektif.
- “cahaya gemetar”, “langit tenggelam”, “pandang yang beku” — semua menghadirkan perasaan guncang, putus asa, dan kehilangan harapan.
Majas
Beberapa majas dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “siul kemarau mendesak-desak cemara”, “almanak berbagi susut” — memberi sifat manusia pada alam dan waktu.
- Metafora: “telah kututup pintu” sebagai lambang penutupan hati dan perpisahan.
- Hiperbola: “saat pun berhenti kecewa” — melebih-lebihkan keadaan untuk menekankan perasaan kecewa yang membekukan waktu.
- Simbolisme: “cahaya gemetar”, “sajak tertahan” melambangkan ketakutan, kehilangan, dan kesedihan yang tertahan dalam jiwa.
Sajak Sunyi yang Menolak Rindu
Puisi "Telah Kututup Pintu" bukan sekadar puisi perpisahan, melainkan sebuah catatan batin tentang betapa beratnya keputusan untuk melepaskan, dan bagaimana diam serta puisi menjadi pelarian dari gejolak perasaan. Dengan bahasa simbolik dan suasana yang muram, Abdul Hadi W.M. mengajak kita untuk merenung—tentang cinta, kehilangan, dan kekuatan untuk mengakhiri, meski rindu masih membekas.
Puisi: Telah Kututup Pintu
Karya: Abdul Hadi WM
Biodata Abdul Hadi WM:
- Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
- Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
