Analisis Puisi:
Puisi "Terompet Januari" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan suasana malam tahun baru yang sarat dengan simbol dan perenungan. Melalui lirik yang padat dan visual, penyair menyuarakan lebih dari sekadar perayaan: ada keterasingan, keterburu-buruan, dan mungkin juga kehampaan yang mengendap di balik gegap gempita. Dalam lanskap kota dan keriuhan malam, puisi ini menjadi potret kecil tentang manusia dan waktu.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perjalanan waktu dan makna keberadaan di tengah perayaan pergantian tahun. Puisi ini menyoroti sosok individu yang terpisah secara emosional dari keramaian, meski secara fisik hadir di dalamnya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kekosongan eksistensial dan keterasingan dalam keramaian. Sang tokoh peniup terompet digambarkan hanya “melangkah” tanpa bertanya, seolah hidup dijalani tanpa pemaknaan. Meski Januari telah “digenggam” — sebagai simbol awal yang baru — tidak ada refleksi, hanya gerak dan cahaya yang cepat menghilang. Ini mencerminkan bagaimana manusia modern bisa terseret arus waktu tanpa kejelasan arah atau makna.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang meniup terompet di malam tahun baru, dikelilingi oleh langkah-langkah kaki dan riuh cahaya. Namun, tokoh itu tampak pasif dan tak terlibat secara emosional. Ia berjalan, menyaksikan langit hitam dan cahaya riak api yang meledak — metafora dari pesta kembang api — tapi tak menyatu dengan semangatnya. Ini lebih dari sekadar narasi malam tahun baru, melainkan potret batin manusia yang sunyi di tengah hingar bingar.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah kontras antara semarak perayaan dan kesunyian batin. Ada keramaian eksternal — langkah kaki, cahaya, suara terompet — tetapi secara internal, puisi ini menyuarakan ketenangan, keheningan, bahkan kehampaan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengingatkan pembaca agar tidak hanya mengikuti arus perayaan dan rutinitas tanpa makna. Refleksi diri dan kesadaran terhadap waktu yang terus bergulir adalah penting, bahkan saat dunia bersorak. Ada ajakan untuk menyelami makna di balik ritual tahunan yang seringkali kosong dari refleksi.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual yang kuat:
- “di etalase gedung ia tiup terompet” – gambaran kota modern dan seorang individu yang menjadi bagian dari perayaan publik.
- “langit pecah / riak api cahaya” – membentuk visual kembang api yang mencolok dan dramatis.
- “pendar di mata / tumpah” – menciptakan efek cahaya yang mengguncang batin, tapi juga cepat berlalu.
Majas
Beberapa majas dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “bulan januari telah digenggam” – bulan dijadikan simbol waktu baru yang ‘dikuasai’, mencerminkan momen peralihan.
- Personifikasi: “langit pecah” – langit digambarkan seperti benda hidup yang bisa pecah karena riak cahaya.
- Sinekdoke pars pro toto: “ratusan kaki melangkah” – bagian tubuh mewakili kerumunan manusia.
- Repetisi dan enjambemen juga menciptakan efek ritmis dan memperkuat kesan cepat dan samar pada peristiwa yang digambarkan.
Puisi "Terompet Januari" bukan hanya tentang perayaan tahun baru, melainkan juga permenungan tentang bagaimana manusia sering kali berjalan tanpa arah dalam perayaan waktu. Dalam puisinya, Alex R. Nainggolan menyampaikan keresahan eksistensial lewat lirik yang ringkas namun dalam. Ia menggambarkan seseorang yang hadir secara fisik dalam keramaian, namun kosong secara spiritual. Dengan imaji dan majas yang kuat, puisi ini menyampaikan kontras antara kemeriahan luar dan kehampaan dalam.
Puisi: Terompet Januari
Karya: Alex R. Nainggolan
Karya: Alex R. Nainggolan
Biodata Alex R. Nainggolan:
- Alex R. Nainggolan lahir pada tanggal 16 Januari 1982 di Jakarta.