Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Variasi atas 2 Lanskap (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Variasi atas 2 Lanskap" karya Iswadi Pratama bercerita tentang dua lanskap utama—kota dengan cahaya dan aktivitasnya serta ruang bar yang ...
Variasi atas 2 Lanskap

Burung-burung hitam di atas kota
Cahaya dari setiap atap dan jendela melimpah
di jalanan, seberkas angan

Bagi nelayan, kerlip bintang
Redup rembulan dan seorang penyair lama
Mematut diri di dermaga

Di sebuah ruang yang mirip bar (mungkin memang bar)
Seorang perempuan (tampak) berbahagia - mungkin berbangga
Memamerkan selembar sajak kepada teman lelakinya

Seekor ikan menggelepar di kail nelayan
Sisiknya berkilauan memantulkan cahaya
Sebait sajak sedih terlepas dari tangan penyair mabuk di bawah cahaya bulan

Perempuan itu terhuyung keluar dari bar
Di lorong remang ia bersandar
sepasang tangan lelaki yang riang, dibimbing melepas kancing

selembar sajak tergeletak di antara gelas dan botol berserak

burung-burung hitam melintas di atas kota
seberkas angan, sebidang gelap, luput dari cahaya

Analisis Puisi:

Puisi "Variasi atas 2 Lanskap" karya Iswadi Pratama menghadirkan lukisan dua pemandangan yang saling bertautan dan mengandung beragam makna tentang kehidupan kota, seni, dan kerumitan manusia. Melalui deskripsi yang detail dan suasana yang puitis, penyair mengajak pembaca menyelami lapisan-lapisan realitas yang bercampur antara cahaya, gelap, harapan, dan kerapuhan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kontras antara kehidupan modern yang gemerlap dengan sisi gelap dan kegetiran yang tersembunyi di baliknya. Puisi ini juga menyoroti perjalanan manusia dalam dunia seni dan eksistensi, serta interaksi sosial yang penuh warna namun kompleks.

Puisi ini bercerita tentang dua lanskap utama—kota dengan cahaya dan aktivitasnya serta ruang bar yang remang dan penuh drama manusia. Ada gambaran tentang burung-burung hitam yang melintas, nelayan yang mengamati bintang dan bulan di dermaga, serta seorang perempuan dan penyair dalam suasana bar. Cerita ini menampilkan fragmen-fragmen kehidupan yang berbeda namun saling berhubungan: harapan, kesedihan, kegembiraan, dan kerentanan manusia.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah perjalanan hidup yang penuh dengan harapan dan kerapuhan, kemegahan dan kehancuran dalam waktu yang bersamaan. Burung hitam yang melintas mungkin melambangkan gangguan atau bayang-bayang gelap yang mengintai dalam kehidupan yang terang benderang. Sajak yang hilang dan penyair mabuk menggambarkan keputusasaan atau keindahan yang tersia-siakan, sementara perempuan di bar yang berbahagia sekaligus tampak rapuh menandakan dualitas manusia antara tampilan luar dan kenyataan batin.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa diambil adalah bahwa hidup adalah perpaduan antara cahaya dan gelap, kegembiraan dan kesedihan, pencapaian dan kehilangan. Penyair mengingatkan kita untuk tidak hanya melihat permukaan yang gemerlap, tapi juga memahami sisi lain yang mungkin tersembunyi—baik dalam diri sendiri maupun dalam lingkungan sosial.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini berganti-ganti antara cerah dan suram, riang dan pilu, terang dan remang. Ada kontras yang kuat antara cahaya dari kota dan kegelapan yang mengintai, antara kebahagiaan perempuan dan kesedihan penyair.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual yang hidup, seperti:
  • “Burung-burung hitam di atas kota”
  • “Cahaya dari setiap atap dan jendela melimpah”
  • “Kerlip bintang, redup rembulan, seorang penyair lama mematut diri di dermaga”
  • “Seekor ikan menggelepar di kail nelayan, sisiknya berkilauan memantulkan cahaya”
  • “Sajak sedih terlepas dari tangan penyair mabuk di bawah cahaya bulan”
  • “Perempuan terhuyung keluar dari bar, di lorong remang ia bersandar”
Imaji-imaji ini menghidupkan suasana dan menggambarkan dualitas lanskap yang dilihat penyair.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “burung-burung hitam melintas” seolah-olah burung membawa pesan atau simbol tertentu.
  • Simile (perbandingan): “Sisiknya berkilauan memantulkan cahaya” – menciptakan gambaran visual yang nyata.
  • Metafora: “selembar sajak tergeletak di antara gelas dan botol berserak” melambangkan karya atau perasaan yang terabaikan atau hilang.
  • Kontras: antara cahaya dan gelap, kegembiraan dan kesedihan, kebersihan dan kekacauan.
Puisi "Variasi atas 2 Lanskap" karya Iswadi Pratama adalah karya yang kaya dengan gambaran visual dan makna mendalam tentang dualitas hidup di tengah keramaian kota dan dunia seni. Dengan memadukan dua lanskap—kota yang terang dan bar yang remang—penyair mengajak pembaca menyelami berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari harapan dan kegembiraan hingga kesedihan dan kerapuhan. Puisi ini mengingatkan kita bahwa di balik cahaya dan kemeriahan, selalu ada sisi gelap yang patut disadari dan dihargai sebagai bagian utuh dari pengalaman hidup.

Iswadi Pratama
Puisi: Variasi atas 2 Lanskap
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.