Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bangku-Bangku Taman (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi “Bangku-Bangku Taman” karya Abdul Hadi WM bercerita tentang dua orang yang pernah berbagi momen di sebuah taman, duduk di bangku di bawah ...
Bangku-Bangku Taman

Bangku-bangku taman di bawah pohon-pohon rimbun, minta kita
marilah datang sepasang-sepasang
melihat, mungkin bekas pertemuan kita
coretan nama yang asing pada pohon, ditinggalkan terik siang

rumput-rumput menjadi hijau, kehadiran kita
dan kita jadi terpencil dihalau suara burung
suaramu lelah dalam angin, seketika
dongeng pun luruh, dongeng yang dahulu

1968

Sumber: Horison (Mei, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi “Bangku-Bangku Taman” karya Abdul Hadi WM adalah potret puitik tentang kenangan cinta yang tertinggal di ruang publik yang tenang—taman. Melalui narasi sederhana, puisi ini menyimpan makna yang dalam tentang hubungan manusia, waktu yang berlalu, dan kenangan yang membekas samar namun hangat. Sang penyair mengekspresikan kesendirian dan nostalgia dalam harmoni dengan alam dan keheningan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kenangan cinta yang telah berlalu dan melekat pada tempat yang pernah menjadi saksi bisu pertemuan. Taman, dalam hal ini, menjadi simbol ruang publik yang menampung keintiman yang pernah hidup, lalu ditinggalkan.

Puisi ini bercerita tentang dua orang yang pernah berbagi momen di sebuah taman, duduk di bangku di bawah pohon rimbun. Mereka mungkin kekasih, mungkin sahabat, atau dua sosok yang terhubung oleh kisah personal. Kini, saat sang tokoh kembali ke taman itu, ia melihat sisa-sisa kenangan: coretan nama, suara burung, dan angin yang membawa sisa dongeng masa lalu yang perlahan pudar.

Puisi ini tidak hanya berbicara tentang pertemuan masa lalu, tetapi juga tentang kesendirian yang hadir setelahnya, dan bagaimana alam menyaksikan, bahkan menyimpan, jejak-jejak manusia yang pernah singgah.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyentuh tentang:
  • Kerapuhan kenangan: Betapa mudahnya sebuah momen berubah menjadi bayang samar, seperti “dongeng pun luruh”.
  • Ketakterelakan waktu dan perubahan: Apa yang dulu membahagiakan kini mungkin tinggal luka atau hanya kenangan manis yang tidak kembali.
  • Kesendirian yang tidak selalu menyakitkan, tetapi membawa ketenangan yang pahit.
  • Taman sebagai metafora hidup: Tempat orang datang dan pergi, meninggalkan jejak lalu lenyap dalam arus waktu.

Unsur Puisi

Beberapa unsur puisi yang tampak dalam karya ini antara lain:
  • Struktur: 2 bait, masing-masing 4 baris (kuatrain), menyusun alur naratif yang ringkas namun padu.
  • Diksi: Sederhana, kontemplatif, melankolis.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, reflektif, dan sendu. Terdapat keheningan dan kedamaian yang dibalut oleh rasa kehilangan. Meskipun tidak mengungkapkan secara eksplisit perpisahan atau duka, pembaca dapat merasakannya dari suasana yang dibentuk oleh puisi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini memberi pesan bahwa:
  • Kenangan selalu meninggalkan jejak, meski samar, dan dapat ditemui kembali di tempat-tempat sederhana seperti taman.
  • Cinta dan hubungan, meskipun telah berlalu, tetap hidup dalam ingatan dan dalam benda-benda diam seperti bangku dan pohon.
  • Ada keindahan dalam kesendirian dan refleksi, terutama saat kita menerima masa lalu sebagai bagian dari diri kita hari ini.

Imaji

Puisi ini mengandung imaji visual dan auditif yang kuat:
  • “Bangku-bangku taman di bawah pohon-pohon rimbun” – membangun lanskap yang teduh dan hening.
  • “Coretan nama yang asing pada pohon” – menghadirkan bayangan tentang kenangan cinta yang pernah diukir.
  • “Suaramu lelah dalam angin” – menciptakan imaji suara yang luntur dan jauh.
  • “Dongeng pun luruh” – menyuguhkan gambaran kenangan yang menghilang seiring waktu.
Imaji-imaji ini memperkuat suasana nostalgia dan kesendirian.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini meliputi:
  • Personifikasi: “Bangku-bangku taman ... minta kita”, memberikan sifat hidup pada benda mati.
  • Metafora: “dongeng pun luruh” sebagai lambang hilangnya cerita masa lalu atau hubungan.
  • Hiperbola: “rumput-rumput menjadi hijau, kehadiran kita”, melebih-lebihkan pengaruh cinta pada lingkungan.
  • Elipsis dan enjambemen: Digunakan untuk memberikan efek lirih, ritmis, dan puitis.
Puisi “Bangku-Bangku Taman” karya Abdul Hadi WM adalah puisi pendek yang penuh perasaan dan permenungan. Dalam kata-kata yang hemat dan kalimat yang mengalir, puisi ini menyimpan dalamnya rindu dan sepi, kenangan yang tersimpan dalam ruang publik, dan keindahan yang justru ditemukan dalam kehilangan. Dengan gaya bahasa khas Abdul Hadi yang lirikal dan subtil, puisi ini meninggalkan jejak di hati pembaca layaknya coretan nama di pohon yang samar namun tak pernah benar-benar hilang.

Puisi ini menjadi ruang reflektif bagi siapa pun yang pernah jatuh cinta, kehilangan, dan mencoba mengingat kembali dalam diam.

Puisi: Bangku-Bangku Taman
Puisi: Bangku-Bangku Taman
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.