Barangkali Engkau Mengerti
Hasrat tak terkatakan untuk mendekatimu
dan jarak semakin tak menentu
karena kata selalu melangkahkan rindu.
Sementara sepi mengendap jauh ke dalam kalbu,
waktu berlari meninggalkanku!
Adakah engkau menunggu
dalam langkah rindu seorang tualang?
Adakah waktu memburu
kalbumu yang mengendap ke dalam bayang-bayang?
Aku masih mencari-carimu!
Lihatlah, hasrat tak lagi menunggu
langkah rindu yang tak menentu,
sedang kata menjadi lagu kalbu
untuk mendekatimu!
Sepi menjadi mainanku!
Bekasi, Maret 2010
Analisis Puisi:
Puisi “Barangkali Engkau Mengerti” karya Sutan Iwan Soekri Munaf merupakan ekspresi batin yang mendalam tentang kerinduan, keterasingan, dan pencarian akan kehadiran seseorang yang tak kunjung bisa didekati. Dalam balutan diksi yang puitis, penyair menggambarkan perasaan terdalam manusia saat kata tak cukup menjembatani jarak, dan ketika waktu justru menjadi penghalang bagi cinta atau kedekatan yang diidamkan.
Tema
Puisi ini mengangkat tema tentang kerinduan yang tak terungkapkan dan pencarian terhadap seseorang yang jauh secara fisik maupun emosional. Tema ini berpusat pada dinamika batin antara hasrat untuk mendekat dengan realitas keterjauhan yang terus berulang. Perasaan rindu yang tak pernah tuntas menjadi denyut utama dalam setiap bait.
Makna Tersirat
Di balik larik-lariknya yang lirih, puisi ini mengandung makna tersirat tentang ketidakmampuan manusia dalam menaklukkan jarak emosional dan ketakpastian waktu. Ada harapan untuk didekati, untuk dimengerti, namun semuanya tertahan oleh batasan yang tidak selalu jelas: apakah itu keterbatasan komunikasi, ketidaksalingan perasaan, atau bahkan perpisahan yang sudah terjadi.
Makna lain yang terpendam adalah kesendirian yang diliputi oleh intensitas batin, di mana waktu seolah mempermainkan keinginan manusia, dan sepi bukan sekadar hampa, melainkan sesuatu yang bisa "dimainkan" atau dikendalikan secara simbolis sebagai cara bertahan dari luka batin.
Unsur Puisi
Berikut adalah unsur-unsur puisi yang menonjol:
- Diksi: Diksi yang digunakan penuh perasaan dan bersifat metaforis. Kata-kata seperti “hasrat”, “rindu”, “kalbu”, “bayang-bayang”, “lagu kalbu” membangun suasana emosional yang kuat.
- Larik dan bait: Struktur puisi terdiri dari 3 bait, masing-masing 5 baris. Ini memberikan keseimbangan visual dan ritmis, sekaligus ruang bagi perenungan di setiap baitnya.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mencoba mendekati sosok lain yang dirindukannya, namun ia harus menghadapi kenyataan bahwa jarak tidak hanya diukur oleh langkah, tetapi juga oleh ketidakterjangkauan secara emosional. Sang tokoh liris menyampaikan bahwa segala upaya mendekatkan diri lewat kata dan perasaan tak kunjung berhasil, bahkan waktu justru meninggalkannya, bukan membantunya mendekat.
Di bait kedua, ada semacam tanya: “Adakah engkau menunggu?” — menunjukkan keraguan apakah rindunya bersambut. Dan di bait ketiga, ia mencoba berdamai, bahwa kini “sepi menjadi mainanku” — sebuah bentuk penerimaan terhadap keterasingan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis, sunyi, dan kontemplatif. Ada kesan tenang yang diselimuti kepedihan. Penyair menciptakan suasana batin yang penuh kerinduan, disertai kesepian yang mendalam, namun tidak meledak-ledak — justru tenang dan mengendap. Rasa sedihnya halus dan filosofis.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa rindu tidak selalu bisa disampaikan lewat kata, dan tidak selalu menemukan jawabannya di waktu yang tersedia. Dalam hidup, ada saat ketika yang paling kuat hanyalah hasrat, meski tak bisa diwujudkan. Puisi ini juga memberi pesan tentang pentingnya keikhlasan dan kedewasaan dalam menghadapi jarak dan kehilangan.
Imaji
Puisi ini menggunakan imaji abstrak dan batiniah, yang menyentuh pada dimensi emosional:
- “kata selalu melangkahkan rindu” – menghadirkan imaji gerak kata yang mencoba menembus jarak.
- “waktu berlari meninggalkanku” – visualisasi waktu sebagai makhluk hidup yang justru menjauhkan.
- “kalbumu yang mengendap ke dalam bayang-bayang” – menciptakan kesan mendalam tentang emosi yang terbenam dalam kesuraman.
- “kata menjadi lagu kalbu” – imaji bunyi yang puitis dan sarat nuansa cinta.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini:
Personifikasi:
- “waktu berlari meninggalkanku” – waktu dipersonifikasikan sebagai makhluk hidup.
- “kata menjadi lagu kalbu” – kata diberi jiwa, menjadi nyanyian hati.
Metafora:
- “sepi menjadi mainanku” – sepi dijadikan objek aktif yang bisa dimainkan.
- “langkah rindu”, “hasrat tak lagi menunggu” – abstraksi perasaan dijadikan konkret sebagai tindakan.
Puisi “Barangkali Engkau Mengerti” karya Sutan Iwan Soekri Munaf adalah ekspresi lirih dari perasaan rindu, keterasingan, dan pencarian yang tak kunjung menemukan ujung. Dengan struktur tiga bait yang harmonis dan pilihan diksi yang emosional, puisi ini menggambarkan ketegangan batin seseorang yang merindukan kedekatan, namun terjebak dalam jarak yang tak bisa dijangkau oleh kata maupun waktu.
Melalui imaji halus dan majas-majas kuat, puisi ini menyentuh ranah eksistensial manusia modern yang sering merasa dekat secara fisik namun jauh secara emosional. Akhirnya, “Barangkali Engkau Mengerti” menjadi bukan hanya pernyataan harap, tapi juga refleksi paling jujur dari seseorang yang menggenggam rindu sendirian, menjadikannya lagu kalbu di tengah sepi yang ia mainkan sendiri.
Puisi: Barangkali Engkau Mengerti
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf
Catatan:
- Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
- Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
- Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
- Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.
